Berita Terkini :
http://picasion.com/
Home » » HEWAN DAN LINGKUNGANNYA

HEWAN DAN LINGKUNGANNYA

Saturday, December 29, 2012 | 0 comments


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Hubungan  keterkaitan dan  ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya .Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan.
Ekosistem  mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah hubungan hewan dengan lingkungannya?
2.      Bagaimanakah intraksi hewan dengan lingkungan hidup?
3.      Apakah manfaat interaksi hewan dengan lingkungannya?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui  hubungan hewan dengan lingkungannya.
2.      Mengetahui intraksi hewan dengan lingkungan hidup.
3.      Mengeathui manfaat interaksi hewan dengan lingkungannya.

D.    BATASAN MASALAH
Makalah ini membahas tentang ekologi hewan terhadap lingkungannya.










BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Ekologi
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Ekologi mencoba memahami hubungan timbal balik, interaksi antara tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dengan alam lingkungannya, agar dapat menjawab pertanyaan; dimana mereka hidup, bagaimana mereka hidup dan mengapa mereka hidup disana. Hubungan- hubungan tersebut demikian kompleks dan erat sehingga Odum (1971) menyatakan bahwa ekologi adalah “Environmental Biology“.
B.     Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk lain (UURI 23 TH 1997).
Manusia bersama tumbuhan, hewan, dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair, dan padat,tanah dan batu. Ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup di dalamnya di sebut lingkungan hidup makhluk hidup tersebut.
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam factor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing unsure lingkungan hidup tersebut. kedua, hubungan atau interaksi antara unsure dalam lingkungan hidup. Misalnya, dalam suatu ruang terdapat delapan buah kursi, empat buah meja, dan empat buah pot dengan tanaman kuping gajah. Dalam ruangan itu kuris diletakkan disepanjang satu dinding, dengan sebuah meja did muka setiap kursi dan sebuiah pot diatas masing-masing meja. Sifat ruangan berbeda jika dua kursi dengan sebuah meja diletakkan diitengah masing-masing dinding dan sebuah pot dimasing-masing sudut.
Hal serupa juga berlaku untuk hubunganm atau interaksi social dalam hal unsur-unsur itu terdiri atas benda hidup yang mobil, yaitu manusia dan hewan. Dengan demikian lingkungan hidup tidak saja menyangkut komponen biofisik, melainkan juga hubungan social budaya manusia.
Ketiga, kelakuan atau kondisi unsure lingkungan hidup. Misalnya, suatu kota yang penduduknya aktif dan bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari sebuah kota yang serupa, tetapi penduduknya santai dan malas. Demikian pula suatu daerah dengan lahan yang landai dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari daerah dengan lahan yang berlereng dan tererosi.
Keempat, factor non materiil suhu, cahaya, dan kebisingan. Kita dapat dengan mudah merasakannya. Suatu lingkungan yang panas, silau, dan bisingsangatlah berbeda dengan lingkungan yang sejuk, cahay yang cukup, tapi tidak silau dan tenang.
1.      Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Daya
Dengan mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat pmenuhan kebutuhan dasar, berarti lingkungan merupakan sumber daya. Dari lingkungan kita mendapatkan unsure-unsur yang kita perlukan untuk produksi dan konsumsi.
Air adalah sumber daya yang kita perlukan untuk produksi. Udara dan air, kecuali sebagai factor produksi, juga merupakan unsure lingkungan yang kita konsumsi, yaitu udara untuk pernafasan kita dan air untuk kita minum dan kepeeluan rumah tangga lainnya.
Sumber daya umum memiliki sifat-sifat yang berbeda dari modal yang ada pada perusahaan. Sumber daya umum dapat did nikmati secara bebas sedangkan sumber daya pabrik harus mengeluarkan dana.
Sumber daya mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi atau permintaan pelayanan ada dibawah batas daya regenerasi atau asimilasi, sumber daya terbarui dapat digunakan secara efektif. Akan tetapi apabila melampaui batas, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu sebagai factor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan. Untuk menghindari penggunaan yang tidak rasional diperlukan campur tangan pemerintah dalam penjgelolaan sumber daya itu.
2.      Kebutuhan Dasar
Dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
a.         Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati
b.        Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi
c.         Kebutuhan dasar untuk memilih
Kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan memilih hanya mungkin apabila kelangsungan hidup hayati terpenuhi dan terjamin. Batas antara kebutuhan dasar golongan pertama dan kedua tidaklah jelas, melainkan merupakan suatu daerah peralihan. Dalam daerah peralihan dikategorikan sebagai kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati dan sebagai kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi.

a.       Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati
Makhluk hidup selalu beruasaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, tidak saja secara individu, melainkan juga sebagai jenis. Kelangsungan hidup sebagai jenis bahkan mempunyai bobot yang lebih tinggi dari kelangsungan hidup individual, sehingga kita jumpai kelakuan altruism, yaitu pengorbanan diri untuk pertahankan kalangsungan hidup jenis.
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup secara hayati, manusia haruslah mendapatkan air, udara dan pangan dalam kuantitas dan mutu tertentu. Kebutuhan dasar ini meliputi bersifat mutlak. Kecuali itu dia itu harus terlindung dari serangan organism yang berbahaya, yaitu hewan buas, pathogen, parasit, dan dan vector penyakit. Juga harus dapat mempunyai keturunan untuk menjaga kelangsungan hidup jenisnya.
Dalam lingkungan yang berrnutu baik, haruslah terdapat pelayanan yang efektif agar kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati itu dapat terpenuhidengan baik secara merata. Pelayanan itu terdiri atas, usaha menjaga keselamatan jiwa, termasuk dari anacaman perang dan perlindungan terhadap kejahatan, pelayanan air minum yang bersih, kesehatan dan sanitasi, serta jaminan social kepada yang memerlukan untuk dapat mendapatkan kebutuhan dasar tersebut.

b.       Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi
Berbeda dengan makhluk hidup lainnya, manusia tidak cukup sekedar hidup secara hayati,  melainkan karena kebudayaannya ia harus hidup secara manusiawi. Kebutuhan dasar untuk hidup yang mansuawi sebagain bersifat materiil dan sebagian lagi bersifat non-materiil.
Kebutuhan dasar yang membuat kehidupan menjadi manusiawi adalah pakaian, rumah, dan energy. Sebagaian kebutuhan dasar terakhir yaitu lapangan pekerjaan. Hewan yang hidup berkelompok terdapat pembagian pekerjaan, sehingga masing-masing anggota kelompok mempunjyai lapangan pekerjaan. Namun, lapangan pekerjaan itu semata-mata merupakan sumber kehidupan untuk mendapatkan sebagian dari hasil pekerjaan bersama yang dapat melangsungkan kehidupan hayatinya.

c.        Kebutuhan dasar untuk memilih
Kemampuan memilih merupakan sifat hakiki makhluk untuk mempertahankan kehidupannya. Paik pada tumbuhan, hewan, maupn manusia. Kesempatan untuk memilihi merupakan hal yanjg esensial. Kesempatan memilih meliputi keputusan menentukan nasib dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya. Kesempatan memilih dipengaruhi oleh berbagai macam factor, antara lain undanjg-undang dan peraturan pemerintah yang lain serta factor social-budaya dan ekonomi.

3.      Manfaat Dan Resiko Lingkungan
Factor lingkungan ada yang bermanfaat dna ada yang merugikan kita untuk mendapatkan kebutuhan dasar kita. Manfaat dan resiko lingkungan merupakan factor hayati dan factor kimia serta dapat bersifat alamiah atau buatan manusia. Manfaat atau resiko lingkungan dapat tersebar secara aktif dengan kekuatannya sendiri, misalnya dengan terbang atau kekuatan fisiknya. Dapat juga terbawa secara pasif oleh kekuatan fisik tertentu, misalnya arus udara dan air.
Penyebaran manfaat dan resiko lingkungan  tidak saja secara alamiah, melainkan juga dapat melalui factor teknologi dan social budaya lain. Antara manfaat dan resiko lingkungan itu saling terikat satu sama lainnya yaitu ketika ada manfaat lingkungan maka selalu akan menimbulkan resiko lingkungan. Misalnya menggunakan oksigen dalam udara untuk pembakaran bensin dalam mesin akan menimbulkan resiko pencemaran. Apabila resiko yang diakabatkan oleh pemanfaatan ini diperkecil, manfaat yang diambil umumnya juga akan berkurang.
Beberapa masalah lingkungan hidup:
a)      Banjir
b)      Kekeringan
c)      Tanah longsor
d)     Erosi
e)      Pemanasan global
f)       Kebakaran hutan
g)      Lahan kritis
h)      Pencemaran (air, udara, tanah)
Masalah Lingkungan Hidup Timbul Pada dasarnya Karena:
a)      Dinamika penduduk
b)      Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang kurang bijaksana
c)      Kurang terkendalinya pemanfaatan ilmu pengethuan dan tehnologi maju
d)     Dampak negatif yang muncul dari kemajuan ekonomi
e)      Benturan tata ruang.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha untuk memelihara atau dan memeperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasar kita terpenuhi dengan sebaik-baiknya, Beberapa hal yang terkait dengan kegiatan ini:
1)      Domestikasi, yaitu pemeliharaan tumbuhan dan hewan liar. Hal ini dimulai sangat awal pada kebudayaan manusia.
2)      Citra lingkungan, kearifan ekologi atau gambaran tentang lingkungan idup. Ini dapat didasarkan pada:

a)      ilmu pengetahuan
b)      mistik
3)      Cagar alam, adalah sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi flora, fauna yang ada di dalamnya
4)      Cagar budaya, pengertiannya serupa dengan cagar alam, yang dilindungi bukan suatu daerah yang bersifat alamiah, melainkan hasil budaya manusia. Misal: Candi, Kraton, Bngunan kuno
5)      Cagar biosfir, dapat meliputi daerah yang dibudidayakan manusia, misalnay untuk pertanian secara tradisional dan pemukiman. Di sini boleh ada permukiman.
6)      Taman nasional, pada prinsipnya sama dengan cagar alam, namun di dalamnya dapat dilakukan kegiatan pembangunan yang tidak bertentangan dengan tujuan pencagar alaman. Misal: pariwisata, pendidikan, penelitian.
C.    Interaksi Manusia Dengan Lingkungannya
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Ia membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Manusia di sebut fenotif adalah perwujudan yang dihasilkan oleh intraksi  sifat keturunannya dengan factor ligkungan. Sifat keturunan yang terkandung didalam gen yang merupakan bagian kromosom di dalam masing-masing sel tubuh, menentukan potensi perwujudan manusia, yaitu genotife. Dobzhansky, seorang ilmu keturunan terkenal, malah menyatakan gen menentukan tanggapan apa yang terjadi terhadap fakroe lingkungan. Jadi menurutnya, gen bukanlah penentu sifat melainkan penentu reaksi atau tanggapan terhadap lingkungan. Hal ini terlihat pada tumbuhan hijau yang ditempatkan diddalam kamar gelap. Tumbuhan itu tidak mampu membentu zat hijau daun. Setelah ia dikeluarkan dari kamar gelap dan terkena cahaya matahari terbentuklah zat hijau daun. Jadi makhluk hidup itu terbentuk oleh lingkungannya.
Hubungan anatar manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan akan mempengaruhi manusia. Misalnya, seorang yang bekerja dalam sebuah ruangan kecil yang tertutup. Dengan pernafasannya ia akan mengurangi kadar O2 dalam udara dikamar dan menambahkan kadar CO2. Pernafasannya juga menghasilkan panas, sehingga suhu dalam ruangan naik. Kenaikan suhu menstimulasi pembentukkan keringat, sehingga hawa dalam ruangan itu menjadi tidak sedap. Dengan penurunan kadar oksigen , kenaikan kadar gas karbodioksida, kenaikan suhu dan bau keringat, menjadi pengaplah ruangan. Prestasi kerja orang itu akan  menurun. Makin lama makin menurunlah kualitas lingkungan dalam kamar itu.
Interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya tidaklah sesederhana itu, melainkan kompleks. Karena pada umumnya dalam lingkungan hidup itu terdapat banyak unsure. Pengaruh terhadap suatu unsure akan merambat dalam unsure lain, sehingga pengaruhnya terhadap manusia sering tidak dapat dirasakan.
Manusia hidup dari unsure-unsur lingkungan hidupnya. Udara untuk bernafas, air untuk minum, keperluan rumah tangga dan kebutuhan lain, tumbuhan dan hewan untuk makan, tenaga dan kesenangan, serta lahan untuk tempat tinggal dan produksi pertanian. Oksigen yang kita hirup dari udara dalam pernafasan kita, sebagain besar berasal dari tumbuhan dalam proses fotosintesis dan sebaliknya karbondioksida yang kita hasilkan dalam pernafasan digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Manusia adalah bagian integral lingkungan hidupnya yang tak dapat terpisahkan.
D.    Interaksi Antarindividu Dan Antarspesies
1.       Intraspesifik (antarindividu)
Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan serangga.  Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual misalnya.  Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan.  Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi.  Pada spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur dan pupa).  Walaupun demikian, tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat.  Kompetisi umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif sedikit.
2.       Interspesifik (antarspesies)
Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga.  Berbagai pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:
a)      Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan lingkungan dan sumber makanan.  Pada saat awal yang dominan adalah hama primer, kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan cendawan atau sisa-sisa.
b)      Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama (bandingkan dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda).
c)      Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepikXylocoris sp.) atau spesies hama yang menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
d)     Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang.  Termasuk parasitisme adalah serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga penyakit terhadap hama pascapanen.

E.     Hubungan Antar Organisme
Hubungan simbiosis, adalah hubungan timbal balik diantar organisme hidup yang tidak sama spesiesnya.
Hubungan Sosial, suatu hubungan antar orgnisme hidup yang sama spesiesnya, dimana mereka membutuhkan sesuatu yang sama dari lingkunganya.
1)      Kooperatif
2)      Non kooperatif
3)      simbiosis parasitisme
4)      simbiosis komensialisme
5)      simbiosis mutualisme
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejah teraan manusia serta makluk lain (UURI 23 TH 1997).
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkanya makluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
F.     Isu – Isu Tentang Perusakan Lingkungan Dewasa Ini
Beberapa isu – isu tentang perusakan lingkungan yang sedang gencar – gencarnya dibahas oleh berbagai pihak yang peduli dan prihatin akan kondisi lingkungan saat ini sedang menjadi topik dunia. Berbagai jenis revolusi dan gerakan cinta lingkungan telah digerakkan untuk menjadi sesuatu yang benar – benar dipikirkan untuk masa depan. Seperti contoh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Green Peace, Green Light, Green Movie Community, dan sebagainya. Berbagai inti permasalahan lingkungan digali dari segi sosial, politik, hukum dan ekonomi. Karena keseluruhan aspek ilmu menimbulkan sebab dan akibat yang saling berhubungan dengan lingkungan. Dalam Majalah Sustainable Constuction dijelaskan apa saja yang menjadi penyumbang perusakan lingkungan, dantaranya :
1.      Pertambahan jumlah populasi manusia dimuka bumi
Jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan semakin sesaknya populasi penduduk dunia, hal ini menyebabkan bumi tidak sanggup lagi menampung ledakan populasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk menyebabkan kebutuhan konsumsi semakin tinggi. Berbagai rentetan sosial seperti pengangguran, kelaparan, serta penyakit – penyakit lain yang timbul akibat lingkungan pemukiman yang tidak layak huni.
2.       Eksploitasi dan konsumsi sumber daya yang berlebihan
Keinginan manusia untuk meningkatkan kenyamanan hidup menyebabkan mereka selalu ingin mengambil sumber daya alam secara terus – menerus, selain itu dituntut pula dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Adanya teknologi menyebabkan perubahan gaya hidup, dan sekarang manusia tidak puas memiliki hunian secukupnya. Hal ini berdampak pada pemikiran mereka untuk menggunakan tanah semaksimal mungkin untuk bangunan karena harga tanah yang semakin menjulang tinggi. Lama kelamaan ruang terbuka hijau akan semakin berkurang.
3.      Sumber daya yang tak terbaharukan
Gas bumi dan biji besi merupakan dua contoh sumber daya yang tak terbaharukan. Kayu merupakan salah satu sumber daya yang sangat lama terbaharukan dan kini kayu menjadi material yang tidak sustainable karena tidak mudah terbaharukan. Eksploitasi besar-besaran menyebabkan kita kehabisan sumber daya dengan sangat cepat. Kasus kebakaran, pencurian dan penebangan pohon mengakibatkan hutan tidak sanggup lagi menyerap CO2 dan mengolahnya menjadi H2O.



4.       Proses pengolahan dan transportasi
Proses pengolahan dan pengangkutan bahan mentah yang bersumber dari alam menyebabkan perlunya energi dan bahan bakar yang sangat banyak. Yang pada akhirnya berakibat timbulnya emisi atau gas buangan hasil proses pembakaran energi.
5.       Pemanasan Global
Konsumsi manusia dalam pengambilan sumber daya, penggunaan transportasi, kapadatan penduduk, pembabatan hutan dan lain sebagainya menyebabkan meningkatnya konsentrasi CO2. Atmosfer di lapisan bumi menjadi menipis dan semakin tebalnya kadar CO2 di udara, sehingga panas matahari terperangkap yang kemudian menyebabkan terganggunya pelepasan panas dari bumi ke luar atmosfer. Hal inilah disebut dengan pemanasan global atau Global Warming, dengan efek yang menyebabkan perubahan iklim yang cukup drastis.
6.       Konstruksi, menyumbang kerusakan lingkungan terbesar.
Kontribusi bidang konstruksi terhadap kerusakan alam antara lain : dimulai dari pengambilan material dari berbagai sumber terkait dengan proses pengangkutannya, pengolahan material – material yang akan dipergunakan, pendistribusian material jadi dari sumbernya ke pemakai, proses konstruksi itu sendiri, pengambilan lahan untuk bangunan, dan konsumsi energi yang dimulai saat bangunan dipakai. Secara global sector konstruksi mengonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi, dan 16% air. Konsruksi juga menyumbangkan emisi CO2 terbanyak, yaitu 45%. Hal ini menandakan bahwa dalam pembangunan kita tidak lagi meningkatkn kualitas hidup kita, sebab kerusakan alam yang terjadi sebagai akibatnya sama dengan penurunan kualitas manusia. Dalam hal ini untuk pemecahan bidang konstuksi sangat diperlukan langkah yang bijaksana untuk menerapkan konstruksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dimana konstruksi tersebut berusaha meminimalisasi kerusakan yang ada di alam.
Dalam pengambilan material untuk pembangunnan diperlukan pemikiran transportasi untuk meminimalisasi perusakan lingkungan.
Dampak daripada konstruksi menurut data-data dari Alex Bueci dalam workshop PT. Holcim Indonesia ditampilkan bahwa konstruksi mengonsumsi 50% hasil alam, 40% energi, dan 16% air. Limbah akibat konstruksi baik untuk pembangunan dan peruntuhan jauh lebih banyak dibandingkan gabungan volume seluruh limbah rumah tangga. Dan secara keseluruhan kegiatan konstruksi menyumbangkan 45% emisi CO2, melebihi gabungan antara transportasi dan industry lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menuju Arsitektur Berwawasan Lingkungan
Dalam buku Dasar–dasar Eko-arsitektur dijelaskan bagaimana konsep arsitektur berwawasan lingkungan serta kualitas konstruksi dan bahan bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Dalam penerapannya, alam merupakan suatu pola perencanaan eko-arsitektur. Lingkungan alam sebagai makrokosmos dan lingkungan buatan (rumah) sebagai mikrokosmos. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pola perencanaan eko arsitetur antara lain : Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat. Perencanaan pembangunan hendaknya mmperhatikan orientasi terhadap sinar matahari, arah angin, perubahan suhu siang dan malam serta penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Hal ini dilakukan sebagai suatu usaha untuk menghemat energi.
 Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi. Beberapa hal yang bisa dilakuan antara lain dengan meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin, optimalisasi pada penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, menggunakan energi alternatif dan energi surya.
Memelihara sumber lingkungan udara, tanah, dan air yaitu dengan memperhatikan berbagai aspek bahan pencemar yang bisa mengganggu peredaran air, kebersihan udara dan tanah.
 Memelihara dan memperbaiki peredaran alam. Setiap aktivitas manusia harus memperhatikan semua ekosistem yang harus dimengerti sebagai suatu peredaran di alam dan manusia tidak boleh merusaknya. Contoh : dalam kegiatan penggunaan bahan bangunan harus memperhatikan rantai bahannya sehingga tetap berfungsi juga sebagai peredaran.
 Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
 Penghuni ikut serta secara aktif pada perencanaan pembangunan, dan pemeliharaan perumahan.
Tempat kerja dan pemukiman dekat. Hal ini dimaksudkan agar akses atau pencapaian dari rumah ke tempat kerja bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda sehingga mampu mengurangi emisi atau gas buangan yang terlalu banyak dari kendaraan bermotor.
 Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari – hari.
Menggunakan teknologi sederhana yaitu dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi mudah dirawat dan dipelihara serta sesuai dengan teknologi pertukangan.
Konsep arsitektur ekologis adalah memperhatikan prinsip-prinsip ekologis pada perencanaan lingkungan buatan. Seperti pada gambar di dibawah, peredaran yang ada di lingkungan baik berupa pemanfaatan sinar matahari, udara, air hujan dan tanaman dimanfaatkan sebaik mungkin untuk perencanaan suatu bangunan.











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara hewan dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Lingkungan bagi hewan adalah semua factor biotic dan abiotik yang ada disekitar hewan dan dapat mempengaruhinya. Hewan dan lingkungannya merupakan interaksi antara hewan dengan hewan dan hewan dengan lingkungannya yang saling mempengarhi satu sama lainnya. Lingkungan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh hewan dan yang nantinya akan tercipta hubungan timbale balik yang baik dengan hewan. Jika mutu lingkungannya bagus maka intraksi antar individu maupun organism yang ada dilingkungan tersebut akan baik pula.
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang masing-masing sebagai ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang masing-masing sebagi subsistem yang meliputi aspek social budaya, ekonomi dan fisik dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan subsiostem yang lain dan dengan daya dukung yang berbeda. Sumber daya alam dan budaya merupakan modal dasar pembangunan menurut






DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2011. Ekologi Pembangunan. Pancor : Perpustakaan STKIP Hamzanwadi Pancor
Anoniym, 2011. Ekologi Hutan. Pancor : Perpustakaan STKIP Hamzanwadi Pancor
Dhiaf, 2011. Hewan Dan Lingkungannya. http://dhiaf.wordpress.com/. Download : 24 oktober 2011, 10.00
Agus, 2011. Interaksi hewan dengan lingkungannya. http://www.slideshare.net/agus_43/ekologi-dan-lingkungan. Download : 24 oktober 2011, 10. 15

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Entri Populer

Negara PengunjuNg

free counters
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rizal Suhardi Eksakta * - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger