Ini
adalah sekelumit kisah tentang perjalanan memperjuangkan mimpi menjadi seorang
awardee beasiswa. Perjalanan yang terasa amat melelahkan dan panjang. Tetapi,
demi sebuah mimpi, dia harus mengorbankan apa yang bisa dikorbankan tanpa harus
mengenal lelah dengan melibatkan sang Khaliq.
Sebelumnya,
izinkan saya bercerita sedikit mengenai proses awal bagaimana proses dan
tantangan mendapatkan beasiswa ini. Bang Rizal Rizal
EnsyaMada adalah satu dari senior saya di Straya Language Institute yang
diamanahi sebagai orang dibalik layar tentang keberadaan Sekolah Beasiswa
Straya, dimana siswanya sejauh ini tersebar dari sabang sampai dengan merauke.
Dia
lahir dan besar di Kabupaten Lombok Timur, dari seorang keluarga atau orang tua
yang bisa di bilang “biasa-biasa aja” karena kedua orang tuanya nya sendiri
tidak pernah mengenyam pendidikan dasar sama sekali dan sudah dipastikan tentu
tidak bisa membaca dan menulis. So, Bang Rizal bisa dibilang tidak memiliki
riwayat maupun “dosis” privilege dalam keluarganya yang betul-betul educated
person.
Alhasil,
ini memacu semangatnya berani bermimpi dan berazzam untuk sekolah ke jenjang
yang paling tinggi dengan beasiswa fully-funded (Beasiswa penuh) tentunya
inshaAllah, dan masyaAllah………. Dari ia studi semenjak di bangku Sekolah Dasar
sampai dengan S3 (Program Doktoral) dapat sepenuhnya menggunakan melalui
kesempatan beasiswa. Tentu ini semua tidaklah mudah untuk diwujudkan. Oleh
karena itu, berikut proses beliau meraih beasiswa S3 dengan filosofinya yang
intinya jangan pernah lelah berbuat baik dan membantu sesama.
Sempat
keterima di beberapa kampus Luar Negeri dengan skema beasiswa, namun karena
Covid 19 melanda, jadi harus ketunda bahkan supervisornya yang akan jadi
pembimbing nya pindah dan ada juga yg pensiun duluan.
Ironinya,
di antara visa yang dia tunggu malah duluan keluar yang Taiwan. Hingga pada
akhirnya, ia dapat berangkat Studi lanjut jenjang S3 ke Taiwan.
Perjuangan
menjadi awardee di Negeri Formosa tersebut belum selesai sampai tahap final.
Sebelumnya ada banyak sekali persiapan keberangkatan yang cukup menyita uang,
waktu, tenaga dan kesabaran yang dilewatinya. Misalnya saja mulai dari mengurus
legalisir ijazah, transkrip nilai, dokumen-dokumen persyaratan kampus lainnya
seperti visa pelajar.
Untuk
visa resident sendiri perlu mengurus notaris ijazah asli, terjemahan dan
legalisir untuk perpanjangan visa nanti setiba di Taiwan. Secara umum tiket
pesawat dibelikan dari ibu kota masing-masing negara. Jadi, kalau kita berasal
dari kota lain, maka siap-siap saja dengan biaya transportasi mandiri. Belum
lagi tes PCR sebelum keberangkatan. Karena aturan PCR sudah gak berlalu pergi
15 Agustus jadi gak perlu tes PCR sebelum terbang ke Luar Negeri.. Ini juga
belum terhitung biaya untuk beli koper, pakaian dan barang-barang persiapan
yang lain yang perlu dibawa selama di negara tujuan. Terakhir menyiapkan uang
saku selama satu dua bulan sebelum beasiswa cair.
Setelah
dinyatakan diterima oleh Supervisor di Universitas, bahagia tentu ada namun ada
hal lain yang mesti dipikirkan seperti financial dalam memenuhi semua dokumen
persyaratan di atas. Seperti contoh dalam mengurus visa pelajar di mana ini
harus bolak-balik Surabaya, Jogja, Jakarta, dan Lombok.
Kurang
lebih begitu kira-kira ringkasan rencana studinya, saya tahu betul prosesnya
sangatlah panjang, dibutuhkan tekad dan mental yang kuat melewati tantangan
tersebut. Kalau mau kilas balik ke belakang, perjuangannya meraih beasiswa ini
malah lebih susah lagi. Tidak semudah membalik telapak tangan Ferguso!
Kita
seperti mendaki pegunungan terjal yang bahkan tak tahu berapa lagi mencapai
puncak. Mungkin awalnya terlihat mulus seperti yang nampak, kemudian ke
belakangan lagi harus menerima kenyataan pahit ditolak berbagai beasiswa, belum
penghabisan dan pengorbanan yang telah dilakukan. Memang di sini dibutuhkan
strategi tepat, motivasi jangka panjang, mental kuat disertai sikap pantang
menyerah. Seperti yang dibaratkan sebelumnya, perjuangan mendaki gunung yang
terjal.
Namun
terlepas dari semua strategi itu, strategi utama yang mesti dipenuhi adalah
dengan menguasai bahasa inggris sebagai syarat utama daftar kampus maupun
beasiswa. Meski kampus atau negara tujuan tak memakai bahasa inggris, tapi saat
akan mempublikasikan thesis dan disertasi nanti pasti perlu menulis dalam
bahasa inggris, termasuk ketika inisiatif mengikuti konferensi internasional.
Perjuangan
mendapatkan beasiswa setelah sekian berjuang merupakan suatu anugerah yang
mesti dirayakan mengingat latar belakangnya dimana berasal dari warga
biasa-biasa aja. Perjuangannya mendapatkan beasiswa S3 sangatlah layak.
Bolak-balik pulau ke pulau sampai semua persyaratan kampus dapat sepenuhnya
terpenuhi……..masyaAllah cobaan tidak selesai sampai di sana. Ada lagi dari segi
financial.,…..namun dengan kegigihan dan tekadnya yang kuat akhirnya bisa pula
berangkat dengan lega dibarengi suka-cita keluarga tercinta.
Beliau
adalah orang baik, suka berbagi ilmu, dan yg paling penting adalah gelar
akademik bukan ukuran utk dapat bergaul, bercanda, diskusi, dll……..meskipun
lawan bicaranya jauh di belakang. Pembawaan yang amat langka saya temukan utk
sekelas Kandidat Doktor.
Terakhir,
terima kasih telah membantu dan membimbing saya selama proses kemarin, hingga saya
bisa dinyatakan lulus beasiswa LPDP tahun ini….
Dari
sekian banyak awardee, saya mengenal bimbingan ini dari keluarga yang
sederhana, bahkan rumahnya dekatan dengan hewan ternak peliharaan nya dengan
akses jalan menuju rumahnya ia sebut sebagai jalan gaza dan endingnya
mendapatkan apa yang dia hajatkan.
Mimpi
kami sederhana, bagaimana anak-anak kurang mampu ditengah keterbatasan bisa
menata mimpi kuliah dengan beasiswa, karena tentu bukan anak Sultan. Itulah
kenapa Sekolah Beasiswa Straya
Language Institute itu ada.
0 comments:
Post a Comment