BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada
dasarnya manusia memiliki daya berpikir dan rasa ingin tahu yang tinggi
termasuk dari mana awal kehidupanya di muka bumi. Karena rasa ingin tahu yang
tinggi maka mereka menggunakan kecerdasannya untuk mengungkap asal mula
kehidupan. Hal ini yang mendorong para peneliti melakukan percobaan untuk
mendapat jawaban pertanyaan tersebut. Asal-usul kehidupan menurut pandangan
ilmu pengetahuan belum sepenuhnya terkuak. Ada hal-hal yang masih menjadi
misteri. Pertanyaan ”apakah hidup?” dan “dari manakah asal kehidupan?’
merupakan masalah dari abad ke abad. Para pakar telah mengkaji dan mencoba
menjawabnya \ dengan berbagai teori dan percobaan. Dalam mengkaji asal-usul
kehidupan awalnya muncul pendapat bahwa manusia berasal dari benda mati. Hal
ini mengundang reaksi dari berbagai pihak, ada yang sependapat dengan teori
tersebut tapi tidak sedikit pula yang menentangnya. Salah satu yang menentang
teori tersebut adalah Lazzaro Spallanzani. untuk membuktikan pendapatnya maka
dia melakukan pecobaan dengan menggunakan air kaldu yang dipanaskan dan ditutup
rapat. Pendapat ini pun masih belum bisa menjawab pertanyaan tewntang asal mula
kehidupa. Untuk mengkaji kebenaran teori ini Lazzaro Spallanzani tentang asal
usul kehidupan, maka kami melakukan percobaan seperti yang dia lakukan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori asal usul kehidupan menurut teori Abiogenesis
dan Biogenesis?
C.
Batasan Masalah
Makalah
ini cukup penulis batasi tentang masalah yang telah disebutkan pada rumusan di
atas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
EPILOG
Sampai saat ini belum ada seorang
ilmuwan pun yang berhasih memecahkan masalah bagaimana asal-usul kehidupan
di bumi ini. Banyak teori atau paham-paham yang dikemukakan oleh ilmuwan
mengenai masalah tersebut, tetapi semuanya belum dapat memberikan jawaban yang
memuaskan.
Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani
Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap masalah asal usul kehidupan
tersebut. Namun, jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos saja.
Berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang asal usul makhluk hidup.
B.
TEORI ABIOGENESIS
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles
(384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani
Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali
menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa
telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti
induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk
ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari
Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk
tersebut ? Menurut pengzanut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi
begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis
ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan
generation spontanea kita gabungkan, mak pendapat paham tersebut adalah makhluk
hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang
terkjadinya secara spontan, misalnya :
a. Ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama,
yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga
pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie
Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk
mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air
rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan
Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka
C.
TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan selama ratusan
tahun, tidak semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu
terhadap kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian
memecahkan masalah tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas
terhadap pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia,
1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis
Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari
tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi
pudar karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
a)
Percobaan
Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya
terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya
Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi
selengkapnya adalah sebagai berikut :
§ Stoples I : diisi dengan sekerat
daging, ditutup rapat-rapat.
§ Stoples II :diisi dengan sekerat
daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
§ Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan
tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut
diletakkan pada tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam
ketiga stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
§
Stoples I: daging
tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung
lalat.
§
Stoples II: daging
tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut,
Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam
daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk,
tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat
tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan
pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan
lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative
sedikit.
b)
Percobaan Lazzaro
Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi,
Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia
mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi,
tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani
menggunakan air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun
percoban yang yang dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut :
§
Labu I: diisi air
70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa menit dan dibiarkan tetap
terbuka.
§
Labu II: diisi 70
cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan
antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar.
Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah
dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan
dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap
keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai
berikut :
§
Labu I: air kaldu
mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi
tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak
mengandung mikroba.
§
Labu II: air kaldu
labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya
juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan
terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya
berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan
tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu
tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari
kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi kontaminasi
mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan
keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut
mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan
udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
c)
Percobaan Louis
Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap
paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan
percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air
kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah
sebagai berikut :
§
Langkah I: labu
disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara
gabus dengan mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus
tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.
§
Langkah II:
selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep
jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
§
angkah III: labu
yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu didalamnya
mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu
diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan
air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi busuk dan
banyak mengandung mikroorganisme.
Melaui pemanasan terhadap perangkat
percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati.
Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa
kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan,
maka air pada pipa akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian
yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang
bergentayangan diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap
jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara
bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang
masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air
kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara
bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan
keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk.
Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi
akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian
terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation
spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang
terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi,
Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan
munculah paham/teori baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan
teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk
hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur
berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk
hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan
percobaannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis atau generation
spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa
masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan
Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori tentang asal usul kehidupan yang
dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan
bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang
istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang
ada di planet ini berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan
bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa
kehidupan tidak berasal usul.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdsarkan
pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masing-msing para ahli ilmu
pengetahuan alam memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai asal usul
kehidupan sesuai dengan eksperimen-eksperimen yang telah dilekaukannya.
Masing-masing
pendapat tersebut didasrkan oleh percobaan yang telah dibuktikan sendiri oleh
para ahli tersebut. Dan berdasarkan percobaan yang telah dilekukan
tersebut masing-masing memiliki kelemahan-kelemahan sehingga masing-masing
teori yang dipaparkannya saling melengkapi satu sama lain
DAFTAR PUSTAKA
Sudarno.1994.Biologi.Surakarta:PT
Pabelan Surakarta
American Chemical Society (2005, April 7). DNA
With Three Base Pairs – A Step Towards Expanding The Genetic Code. ScienceDaily.
Retrieved May 17, 2011, from http://www.sciencedaily.com
/releases/2005/03/050328145139.htm
Cairns-Smith, A.G. 1985. Seven Clues to the
Origin of Life: A Scientific Detective Story. Cambridge: Cambridge UP.
David E. Bryant, Katie E. R. Marriott, Stuart A.
Macgregor, Colin Kilner, Matthew A. Pasek, Terence P. Kee. On the
prebiotic potential of reduced oxidation state phosphorus: the
H-phosphinate-pyruvate system. Chemical Communications, 2010;
46 (21): 3726 DOI: 10.1039/c002689a
Doi et al. Artificial DNA Made
Exclusively of Nonnatural C-Nucleosides with Four Types of Nonnatural Bases.
Journal of the American Chemical Society, 2008; 130 (27): 8762 DOI: 10.1021/ja801058h
0 comments:
Post a Comment