TEMPO.CO, Yogyakarta
- Dua prototipe mobil mungil seukuran boks kardus sepatu rancangan tim
mahasiswa gabungan Jurusan Teknik Kimia dan Jurusan Teknik Mesin UGM, yang
bergerak dengan bahan bakar ramah lingkungan, menjuarai kompetisi Chem-E-Car di
Australia. Kompetisi, yang berlangsung selama 29 September-3 Oktober 2013
tersebut merupakan ajang adu kelihaian mahasiswa bidang kimia dalam menemukan
inovasi bahan bakar dengan mengujinya di prototipe mobil berukuran kecil.
Ajang perlombaan ini diikuti oleh delapan tim kampus dari tiga negara, yakni Australia, Indonesia dan Taiwan. Penyelenggara kompetisi di Brisbane, Australia, itu merupakan sejumlah komunitas pakar bidang kimia dan mesin yang tergabung di The Royal Australian Chemical Institute Incorporated (RACI Inc), The Institution of Chemical Engineers (IChemE) Cabang Australia dan Selandia Baru serta The Institution of Professional Engineers New Zealand (IPENZ).
Dua mobil mungil karya mahasiswa UGM, yang memakai bahan bakar ramah lingkungan itu, menjadi jawara di dua kategori perlombaan, yakni adu kemampuan mesin dan presentasi poster. Mobil mungil bernama Subali Generasi V menjadi juara pertama di kategori adu kemampuan mesin. Sementara mobil berjuluk Anjani menjadi juara kedua di dua kategori tadi.
Muhammad Rizki, koordinator tim perancang Subali Generasi V, mengatakan mobil karya timnya memakai bahan bakar yang menghasilkan emisi berupa oksigen. Selain itu, daya dorong sumber energi ini lumayan mumpuni. "Mobil Subali beratnya 4,5 kg dan hanya menampung 100 miligram bahan bakar, tapi masih mampu bergerak normal meskipun beban ditambah menjadi 9 kg," ujar dia saat memamerkan Subali Generasi V kepada media pada Senin, 7 Oktober 2013.
Mahasiswa jurusan teknik mesin angkatan 2010 itu menjelaskan mobil Subali memakai sistem mekanik yang inti komponenya piston. Namun, tidak sebagaimana mesin otomotif umumnya, piston itu tidak digerakkan oleh panas hasil pembakaran. "Digerakkan oleh panas yang muncul dari tekanan gas oksigen," kata Rizki.
Taufik Sulaksono, anggota tim perancang Subali Generasi V, menambahkan tekanan gas yang menggerakkan Piston muncul dari reaksi dua jenis bahan kimia. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia angkatan 2010 itu mengatakan timnya memanfaatkan hasil reaksi kimia ketika mencampur Hidrogen Peroxida (H2O2) dengan zat katalis Potasium Iodida (KI) di suhu 70 derajat celcius. Hidrogen Peroxida merupakan zat kimia yang biasa menjadi bahan dasar pemutih pakaian, sementara Potasium biasa dikenal sebagai zat katalis yang efektif.
Taufik mengatakan hasil reaksi kimia kedua unsur tadi menghasilkan gas oksigen yang ditampung dalam tanki khusus berlapis bahan steenlis steel atau baja tahan karat. Bahan ini efektif menyimpan panas. Agar panas tidak mempengaruhi komponen mesin mobil yang banyak kabelnya, tabung itu dilapisi kayu setebal lima centi meter. "Piston kami lengkapi dengan perangkat pneumatik agar bisa menghasilkan energi gerak dari sumber tekanan gas," ujar dia.
Tim yang terdiri dari enam mahasiswa itu melengkapi Subali dengan dua tabung berlapis baja anti karat yang fungsinya sebagai wadah percampuran unsur kimia dan penampung gas bertekanan tinggi. Mereka melengkapi komponen ini dengan memasang satu tabung plastik untuk menampung hidrogen atau air yang menjadi hasil ikutan proses reaksi kimia sehingga tidak menganggu peningkatan tekanan gas di tabung baja. "Karena sifatnya energi tekanan, banyak juri bilang bahan bakar ini cocok untuk kendaraan dengan trek lurus seperti kereta api," ujar dia.
Sementara mobil mungil berjuluk Anjani memiliki bahan bakar berupa energi listrik yang muncul dari reaksi kimia sodium hidroxida (NaOH) dengan katalis aluminium (AI). Koordinator tim perancangnya, Silvano Ibrahim Aiwan mengatakan percampuran NaOH dengan aluminium foil menghasilkan gas Hidrogen (H2). "Gas hidrogen lalu bereaksi pada oksigen yang kami masukkan di tabung sehingga menghasilkan energi listrik," ujar dia.
Energi listrik inilah yang menjadi sumber energi penggerak mesin mobil Anjani. Namun, reaksi kimia seperti bisa terjadi jika di awal proses NaOH berada di suhu 40 derajat celcius dan di akhir di 70 derajat celcius. "Makanya kami bawa termos (penyimpan air panas) untuk menjaga stabilitas suhunya sebelum mencampu kedua unsur kimia tadi," kata Ibrahim.
Dia menambahkan prinsip teori kimia temuan timnya ini berpotensi untuk menemukan teknologi pembuatan baterei karena sifatnya menghasilkan listrik dan menyimpannya. Namun, menurut dia untuk sampai ke penemuan teknologi baterei perlu riset panjang. "Kami ingin mencoba reaksi kimia dari pencampuran unsur-unsur lainnya, munkin untuk ikut kompetisi di Singapura beberapa bulan lagi," ujar dia.
Ajang perlombaan ini diikuti oleh delapan tim kampus dari tiga negara, yakni Australia, Indonesia dan Taiwan. Penyelenggara kompetisi di Brisbane, Australia, itu merupakan sejumlah komunitas pakar bidang kimia dan mesin yang tergabung di The Royal Australian Chemical Institute Incorporated (RACI Inc), The Institution of Chemical Engineers (IChemE) Cabang Australia dan Selandia Baru serta The Institution of Professional Engineers New Zealand (IPENZ).
Dua mobil mungil karya mahasiswa UGM, yang memakai bahan bakar ramah lingkungan itu, menjadi jawara di dua kategori perlombaan, yakni adu kemampuan mesin dan presentasi poster. Mobil mungil bernama Subali Generasi V menjadi juara pertama di kategori adu kemampuan mesin. Sementara mobil berjuluk Anjani menjadi juara kedua di dua kategori tadi.
Muhammad Rizki, koordinator tim perancang Subali Generasi V, mengatakan mobil karya timnya memakai bahan bakar yang menghasilkan emisi berupa oksigen. Selain itu, daya dorong sumber energi ini lumayan mumpuni. "Mobil Subali beratnya 4,5 kg dan hanya menampung 100 miligram bahan bakar, tapi masih mampu bergerak normal meskipun beban ditambah menjadi 9 kg," ujar dia saat memamerkan Subali Generasi V kepada media pada Senin, 7 Oktober 2013.
Mahasiswa jurusan teknik mesin angkatan 2010 itu menjelaskan mobil Subali memakai sistem mekanik yang inti komponenya piston. Namun, tidak sebagaimana mesin otomotif umumnya, piston itu tidak digerakkan oleh panas hasil pembakaran. "Digerakkan oleh panas yang muncul dari tekanan gas oksigen," kata Rizki.
Taufik Sulaksono, anggota tim perancang Subali Generasi V, menambahkan tekanan gas yang menggerakkan Piston muncul dari reaksi dua jenis bahan kimia. Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia angkatan 2010 itu mengatakan timnya memanfaatkan hasil reaksi kimia ketika mencampur Hidrogen Peroxida (H2O2) dengan zat katalis Potasium Iodida (KI) di suhu 70 derajat celcius. Hidrogen Peroxida merupakan zat kimia yang biasa menjadi bahan dasar pemutih pakaian, sementara Potasium biasa dikenal sebagai zat katalis yang efektif.
Taufik mengatakan hasil reaksi kimia kedua unsur tadi menghasilkan gas oksigen yang ditampung dalam tanki khusus berlapis bahan steenlis steel atau baja tahan karat. Bahan ini efektif menyimpan panas. Agar panas tidak mempengaruhi komponen mesin mobil yang banyak kabelnya, tabung itu dilapisi kayu setebal lima centi meter. "Piston kami lengkapi dengan perangkat pneumatik agar bisa menghasilkan energi gerak dari sumber tekanan gas," ujar dia.
Tim yang terdiri dari enam mahasiswa itu melengkapi Subali dengan dua tabung berlapis baja anti karat yang fungsinya sebagai wadah percampuran unsur kimia dan penampung gas bertekanan tinggi. Mereka melengkapi komponen ini dengan memasang satu tabung plastik untuk menampung hidrogen atau air yang menjadi hasil ikutan proses reaksi kimia sehingga tidak menganggu peningkatan tekanan gas di tabung baja. "Karena sifatnya energi tekanan, banyak juri bilang bahan bakar ini cocok untuk kendaraan dengan trek lurus seperti kereta api," ujar dia.
Sementara mobil mungil berjuluk Anjani memiliki bahan bakar berupa energi listrik yang muncul dari reaksi kimia sodium hidroxida (NaOH) dengan katalis aluminium (AI). Koordinator tim perancangnya, Silvano Ibrahim Aiwan mengatakan percampuran NaOH dengan aluminium foil menghasilkan gas Hidrogen (H2). "Gas hidrogen lalu bereaksi pada oksigen yang kami masukkan di tabung sehingga menghasilkan energi listrik," ujar dia.
Energi listrik inilah yang menjadi sumber energi penggerak mesin mobil Anjani. Namun, reaksi kimia seperti bisa terjadi jika di awal proses NaOH berada di suhu 40 derajat celcius dan di akhir di 70 derajat celcius. "Makanya kami bawa termos (penyimpan air panas) untuk menjaga stabilitas suhunya sebelum mencampu kedua unsur kimia tadi," kata Ibrahim.
Dia menambahkan prinsip teori kimia temuan timnya ini berpotensi untuk menemukan teknologi pembuatan baterei karena sifatnya menghasilkan listrik dan menyimpannya. Namun, menurut dia untuk sampai ke penemuan teknologi baterei perlu riset panjang. "Kami ingin mencoba reaksi kimia dari pencampuran unsur-unsur lainnya, munkin untuk ikut kompetisi di Singapura beberapa bulan lagi," ujar dia.