BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa modern menjadi identitas di dalam
filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin kuat.Tidak gampang untuk
menentukan mulai dari kapan Abad Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan
bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa
Renaissance.Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang
tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal
yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan
manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi.
Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang
Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran
dari Plato dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada
masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
Satu hal yang yang menjadi perhatian
pada masa Renaissance ini adalah perkembangannya. Perkembangan pada masa ini
menimbulkan sebuah masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang
menjadi awal dari masa modern. Timbulnya ilmu pengetahuan yang modern,
berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di
dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian
menguasai seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.
Pada masa Modern terjadi perkembangan
yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini terlihat dari kota-kota yang berkembang
menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang, kegiatan ekonomi monoter, dan
perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari keterpurukan
dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan
syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan
uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk memnuntut
manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi
menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis
yang harus dijawab berdasarkan kemampuan akal budi yang mereka miliki.
Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari
kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk dari
para filsuf.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah filsafat modern?
2.
siapakah
tokoh-tokoh filsafat modern dalam setiap aliran?
3.
Bagaimana
prinsip-prinsip dari filsafat modern?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui sejarah filsafat modern
2.
Untuk
mengetahui tokoh-tokoh filsafat modern dalam setiap aliran
3.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip dari
filsafat modern
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Filsafat Modern
Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa,
tetapi dari diri manusia sendiri. Namun
tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme, sebaliknya, meyakini
pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang
inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme,
yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
Aliran
rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637
ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua
pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau suatu kebenaran tahan terhadap ujian
kesangsian yang radikal ini, maka kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan
bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam rangka kesangsian yang metodis ini ternyata
hanya ada satu hal yang tidak dapat diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan, bahwa
“aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan
sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung
menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir (= menyadari)
maka aku ada. Itulah kebenaran yang
tidak dapat disangkal lagi. — Mengapa
kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti
itu dengan “jelas, dan terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et
distincta”. Artinya, yang jelas dan
terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam
menentukan kebenaran.
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang
sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res cogitan), (2)
realitas perluasan (res extensa, “extention”) atau materi, dan (3) Tuhan
(sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas
itu). Pikiran sesungguhnya adalah
kesadaran, tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang
lebih kecil. Materi adalah keluasan,
mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. Kedua
substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa
tergantung pada apapun juga.
Descartes adalah seorang dualis, menerapkan pembagian
tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya,
sedang binatang hanya memiliki realitas keluasan: manusia memiliki badan
sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang
adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang manusia adalah mesin otomat
yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki kecerdasan. (Mesin otomat
jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti memiliki kecerdasan buatan).
Descartes adalah pelopor kaum rasionalis, yaitu mereka
yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran. Aliran empririsme
nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776), yang memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengetahuan. Pengalaman itu
dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah
(yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi
merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Dua hal dicermati oleh Hume, yaitu substansi dan
kausalitas. Hume tidak menerima substansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan
saja tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan. Kesan adalah hasil
penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan seperti
itu. Misal kualami kesan: putih, licin, ringan, tipis. Atas dasar pengalaman
itu tidak dapat disimpulkan, bahwa ada substansi tetap yang misalnya disebut
kertas, yang memiliki ciri-ciri tadi. Bahwa di dunia ada realitas kertas,
diterima oleh Hume. Namun dari kesan itu mengapa muncul gagasan kertas, dan
bukan yang lainnya? Bagi Hume, “aku” tidak lain hanyalah “a bundle or collection
of perceptions (= kesadaran tertentu)”.
Kausalitas.
Jika gejala
tertentu diikuti oleh gejala lainnya, misal batu yang disinari matahari menjadi
panas, kesimpulan itu tidak berdasarkan pengalaman. Pengalaman hanya memberi kita urutan gejala,
tetapi tidak memperlihatkan kepada kita urutan sebab-akibat. Yang disebut kepastian hanya mengungkapkan
harapan kita saja dan tidak boleh dimengerti lebih dari “probable”
(berpeluang). Maka Hume menolak
kausalitas, sebab harapan bahwa sesuatu mengikuti yang lain tidak melekat pada
hal-hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan kita. Hukum alam adalah hukum alam. Jika kita bicara tentang “hukum alam” atau
“sebab-akibat”, sebenarnya kita membicarakan apa yang kita harapkan, yang
merupakan gagasan kita saja, yang lebih didikte oleh kebiasaan atau perasaan
kita saja.
Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa
seluruh pengetahuan tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas
tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Dengan Kritisisme Imanuel Kant (1724-1804) mencoba
mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-masing
pendekatan benar separuh, dan salah separuh.
Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita,
namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita
memandang dunia sekitar kita. Ada
kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia
tentang dunia. Kant setuju dengan Hume
bahwa kita tidak mengetahui secara pasti seperti apa dunia “itu sendiri” (“das
Ding an sich”), namun hanya dunia itu seperti tampak “bagiku”, atau “bagi semua
orang”.
Namun, menurut
Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang
dunia. Yang pertama adalah
kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum
kita menangkapnya dengan indera kita.
Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik.
Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam
manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak
terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Demikian Kant membuat kritik atas seluruh
pemikiran filsafat, membuat suatu sintesis, dan meletakkan dasar bagi aneka
aliran filsafat masa kini.
B. Tokoh-Tokoh
Filsafat Modern
1)
Rasionalisme
Hampir semua ahli pikir yang muncul
pada zaman ini merupakan ahli matematika seperti Descartes, Spinoza dan Leibniz
Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan menggunakan matematika
(logika kepastian)
Aliran
rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methodetahun 1637
ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua
pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Kalau
suatu kebenaran tahan terhadap ujian kesangsian yang radikal ini, maka
kebenaran itu 100% pasti dan menjadi landasan bagi seluruh pengetahuan.
Tetapi dalam
rangka kesangsian yang metodis ini ternyata hanya ada satu hal yang tidak dapat
diragukan, yaitu “saya ragu-ragu”. Ini bukan khayalan, tetapi kenyataan,
bahwa “aku ragu-ragu”. Jika aku menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa
aku menyangsikan adanya. Dengan lain kata kesangsian itu langsung
menyatakan adanya aku. Itulah “cogito ergo sum”, aku berpikir (= menyadari)
maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal lagi. —
Mengapa kebenaran itu pasti? Sebab aku mengerti itu dengan “jelas, dan
terpilah-pilah” — “clearly and distinctly”, “clara et distincta”.
Artinya, yang jelas dan terpilah-pilah itulah yang harus diterima sebagai
benar. Dan itu menjadi norma Descartes dalam menentukan kebenaran.
Descartes menerima 3 realitas atau
substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu (1) realitas pikiran (res
cogitan), (2) realitas perluasan (res extensa, “extention”)
atau materi, dan (3) Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab
sempurna dari kedua realitas itu). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran,
tidak mengambil ruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih
kecil. Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi,
dan tak memiliki kesadaran. Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya
Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga. Descartes adalah
seorang dualis, menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas
yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedang binatang hanya memiliki realitas
keluasan: manusia memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran
sebagaimana malaikat. Binatang adalah mesin otomat, bekerja mekanistik, sedang
manusia adalah mesin otomat yang sempurna, karena dari pikirannya ia memiliki
kecerdasan. (Mesin otomat jaman sekarang adalah komputer yang tampak seperti
memiliki kecerdasan buatan).
Descartes adalah pelopor kaum
rasionalis, yaitu mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam
pikiran.
http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-pemikiran
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Rene Descartes (1596-1650)
b.
Baruch Spinoza (1632-1677)
c.
G.W. Leibnitz (1646-1710)
d.
Blaise Pascal
e.
Christian Wolff
2)
Empirisme
Berasal dari kata empiria, empeiros
(yunani), yang berati berpengalaman dalam, berkenalan dengan, terampil untuk.
Dalam bahasa latin “experiential” (pengalaman). Epistemologis-empiris hobbes
mengajarkan bahwa pengenalan atau pengetahuan didapat karena pengalaman dan
pengalaman merupakan awal segala pengetahuan. Segala jenis pengetahuan
diturunkan dari pengalaman dan hanya pengalaman yang dapat memberi jaminan akan
sebuah kepastian. Sementara itu menurut john locke semua jenis pengetahuan
lahir dari pengalaman. Ia menerima keraguan sebagaimana diajarkan Descartes
tetapi ia menolak metode intuisi dan metode deduktif ala Descartes. Hal ini
menghapus kesan filsafat Plato tentang ide. Tokoh lain David hume seorang
empiris yang konsisten. Sepertinya halnya Locke ia berpendapat. “Bahwa
keseluruhan isi dari pikiran berasal dari pengalaman”. Ia berbeda terminolog
dengan pendahulunya, ia membedakan dalam dua persepsi. Yakni kesan dan ide
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Thomas Hobbes (1588-1679)
b.
John Locke (1632-1704)
c.
David Hume (1711-1776)
http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-pemikiran
3)
Kantianisme
Immanuel Kant dengan gigih berupaya
mendamaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme, ia berpendapat
bahwa pengetahuan adalah hasil kerjasama dua unsur, yakni “pengalaman” dan
“kearifan budi”. Pengalaman indrawi datang kemudian sedangkan akal budi
merupakan unsur priori (yang datang terlebih dahulu)
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Immanuel Kant (1724-1804)
4)
Idealisme
Filsafat Fichte adalah filsafat
pengetahuan (wissenchaftslehre) yang sekarang dikenal dengan sebuatan epistemologi.
Ia membedakan pengetahuan menjadi dua, yakni teoritis (metafisika) dan praktis
(etika)
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
George
Berkeley (1684-1753)
b.
J.G.
Fichte (1762 - 1814)
c.
F.W.J.
Schelling (1775 - 1854)
d.
G.W.F.
Hegel (1770 - 1831)
e.
Voltaire
f.
Jean
Jacques Rousseau (1712-1788)
5)
Positivisme
Pelopor utama positivisme adalah
Auguste Comte. Seorang filsuf prancis yang besar pengaruhnya terhadap teknologi
modern dan perkembangan sains. Comte mengajukan tesis tentang manusia, yang
mengatakan bahwa manusia berkembang dalam tiga tahap, yakni tahap teologi,tahap
metafisika
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Auguste Comte (1798 - 1857)
b.
John Stuart Mill (1806 - 1873)
c.
Herbert Spencer (1820 - 1903)
6)
Materialisme
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Ludwig Feuerbach (1804 - 1872)
b.
Karl Marx (1818 - 1883)
c.
Friedrich Engels (1820 – 1895)
7)
Pragmatisme
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
William James (1842 -1910)
b.
John Dewey (1859 - 1952)
8)
Vitalisme
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Henri Bergson (1859 - 1941)
9)
Fenomenologi
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Edmund Husserl (1859 - 1938)
b.
Max Scheler (1874 - 1928)
10) Eksistensialisme
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Martin Heidegger (1883 - 1976)
b.
Jean Paul Satre (19051980)
c.
Karl Jaspers (1883 - 1969)
d.
Gabriel Marcel (1889 - 1973)
e.
Soren Kierkegaard (1813 - 1855)
f.
Friedrich Nietzsche (1844 - 1900)
g.
Nicolas Alexandrovitch Berdyaev (1874 - 1948)
11) Analitis
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Bertrand Russel
b.
Ludwig Wittgenstein (1889 - 1951)
c.
Gilbert Ryle
d.
John Langshaw Austin
12) Strukturalisme
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Levi Strauss
b.
Jacques Lacan
c.
Michel Foucoult
13) Postmodernisme
v
Tokoh-Tokoh
Penting:
a.
Francois Lyotard
b.
Jacques Derrida
c.
Richard Rorty
d.
Michel Foucoult
14) Renaissance
Munculnya Galilieo memberi arah yang
tepat bagi perkembangan ilmu alam. Leonardo Davincie memperkenalkan dasar
pengalaman bagi dasar ilmu alam dan matematika, serta mencoba menghindari diri
sedapat mungkin dari filsafat spekulatif. Demikian juga Copernicus yang dengan
pendapatnya mengenai bumi menge
C. Prinsip-
Prinsip Dasar Filsafat Modern
Istilah modern
berasal dari kata latin “moderna”yang artinya “sekarang”, “baru” atau “saat
kini”. Dari pengertian dasar tersebut kita dapat mengasumsikan bahwa didalam
kehidupan modern muncul kesadaran waktu akan kekinian. Asumsi ini tidaklah
berarti sebelumnya orang tidak hidup di masa kini, akan tetapi lebih tepat
mengatakan bahwa sebelumnya orang kurang menyadari bahwa manusia bisa
mengadakan perubahan - perubahan secara kualitatif. Oleh sebab itu “modernitas”
tidaklah hanya berarti sebagai zaman periode saja. Akan tetapi dapat juga
diartikan sebagai bentuk kesadaran intelektual yang terkait dengan masa kini.
Dan arti ini lebih
mendasar dibandingkan pemahaman- pemahaman yang bersifat sosiologis atau
ekonomis, meskipun pemahaman akhir- akhir ini tentang masyarakat modern lebih
merujuk tumbuhnya sainstek dan ekonomi kapitalisme. Karena pemahaman ini lebih
bersifat epistemologi; perubahan bentuk- bentuk kesadaran berfikirlah yang kita
inginkan bukan perubahan secara institusional sebuah masyarakat.
Pada masa sebelum modern, perkembangan alam pikiran barat
sangat terkekang oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama.
Perkembangan penalaran tidak dilarang tetapi harus disesuaikan dan diabadikan
pada keyakinan agama. Filsafat pada masa itu mencurahkan perhatian terhadap
masalah metafisik. Saat itu sulit membedakan mana filsafat dan mana teologi
gereja. Hal ini sangat berbeda dengan pemikiran modern yang sudah dijelaskan
dalam pembahasan pertama.
Masa filsafat modern diawali dengan munculnya Renaissance
sekitar abad 15 dan 16 M, kata “renaissance” berarti kelahiran kembali. Yang
dimaksud dengannya adalah usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik
(Yunani Romawi). Pokok permasalahan pada masa ini, sebagaimana periode
skolastik adalah sintesa agama dan filsafat dengan arah yang berbeda. Era
renaissance ditandai dengan tercurahnya perhatian pada berbagai bidang
kemanusiaan baik sebagai individu maupun sosial.
Filosof pada masa renaissance antara lain Fancis Bacon.
Dia berpendapat bahwa filsafat harus dipisahkan dari teologi meskipun ia
meyakini bahwa penalaran dapat menunjukkan Tuhan. Tetapi ia menganggap bahwa
segala sesuatu yang bercirikan lain dalam teologi hanya dapat diketahui dengan
wahyu sedangkan wahyu sepenuhnya bergantuing pada penalaran. Hal ini
menunjukkan bahwa bacon termasuk orang- orang yang membenarkan konsep ganda,
yaitu kebenaran wahyu dan akal.
Sejarah filsafat
modern lalu bisa dilukiskan sebagai pemberontakan intelektual terus menerus
terhadap metafisika tradisional. Karena pemikiran yang berdasrkan pada iman
(teologi) lebih dikalahkan oleh pemikiran yang berdasarkan pada akal (rasio).
Disisi lain filsafat modern juga menjadi sebuah emansipasi, sebuah kemajuan
berfikir yang sebelumnya didominasi oleh pemikiran metafisika tradisional yang
didukung oleh kekuasaan gereja. Pada posisi ini mendukung radikalisasi lebih
lanjut yaitu pemisahan ilmu pengetahuan dari filsafat. Kalau filsafat
tradisional lebih mempermasalahkan kepada hal- hal yang bersifat teosentris
yaitu persoalan kenyataan Adi Kodrati, entah yang disebut Allah, ruh dsb.
Filsafat modern lebih mempermasalahkan kepada hal- hal yang bersifat
antroposentris yaitu bagaimana menemukan dasar pengetahuan yang shohih tentang
semua itu hal ini menjadi sebuah usaha untuk melepaskan diri dari tradisi. Oleh
karena itu, diluncurkan tema- tema sebagai refleksi baru seperti: rasio,
persepsi, afeksi sehingga pada masa filsafat modern ini pengetahuan baru sudah
banyak muncul seperti yang sekarang ini kita kenal dengan “ilmu pengetahuan
modern” yakni ilmu-ilmu alam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat
Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi tanda
berakhirnya era skolastisisme. Waktu munculnya filsafat modern adalah abad
ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara. Filsafat Modern
ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes, seorang
filsuf terkemuka di zaman Modern.
Tokoh-Tokoh Filsafat Modern yang terpenting pada saat itu
antara lain :
a.
Nicolaus Copernicus
b.
Johannes Kepler
c.
Galileo Galilei
d.
Francis Bacon (1561-1626)
Pada dasarnya juga bahwa filsafat modern
tersebut dapat mengasumsikan
bahwa didalam kehidupan modern muncul kesadaran waktu akan kekinian. Asumsi ini
tidaklah berarti sebelumnya orang tidak hidup di masa kini, akan tetapi lebih
tepat mengatakan bahwa sebelumnya orang kurang menyadari bahwa manusia bisa mengadakan
perubahan - perubahan secara kualitatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Bertens, K,
Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta; 1998.
_________,Panorama
filsafat modern,DARAS, Jakarta; 2005
Hardiman
F.Budi, filsafat modern, gramedia, jakarta; 2004.
Syadali
Ahmad,dkk filsafat umum, pustaka setia, bandung; 2004
http://www.filsafatislam.com/tokoh-filsafat/ikhtisar-sejarah-filsafat-modern-kajian-tokoh-dan-pemikiran
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Modern
terimakasih kang atas postingannya sangat bermanfaat sekali,, saya kira filsafat modern hanya mempunyai 2 aliran saja tapi masih banyak dan telah disebutkan dengan jelas dalam postingan,, terimakasih sekali lagi..
ReplyDeleteTrimaksaih atas referensinya.
ReplyDeleteAlhamdulillah sangat bermanfaat bagi pelajar
Trimaksih
ReplyDelete