BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup
dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor
abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan,
dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Hubungan keterkaitan
dan ketergantungan antara seluruh
komponen ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang
(homeostatis). Perubahan terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen
lainnya .Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan
perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan.
Ekosistem mampu
memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen penyusunnya yaitu
organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu
cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian
alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam
tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah hubungan hewan dengan lingkungannya?
2.
Bagaimanakah intraksi hewan dengan lingkungan hidup?
3.
Apakah manfaat interaksi hewan dengan lingkungannya?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui hubungan
hewan dengan lingkungannya.
2.
Mengetahui intraksi hewan dengan lingkungan hidup.
3.
Mengeathui manfaat interaksi hewan dengan lingkungannya.
D.
BATASAN MASALAH
Makalah
ini membahas tentang ekologi hewan terhadap lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ekologi
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh
Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oikos = Tempat
Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan
dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi
tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya.
Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan
tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran
materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang
menciptakan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan
hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antar komponen dalam
sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu
dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di
sekitarnya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik
antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor
biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan
mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi
makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu
kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang
menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang
menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Ekologi mencoba memahami hubungan
timbal balik, interaksi antara tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dengan alam
lingkungannya, agar dapat menjawab pertanyaan; dimana mereka hidup, bagaimana
mereka hidup dan mengapa mereka hidup disana. Hubungan- hubungan tersebut
demikian kompleks dan erat sehingga Odum (1971) menyatakan bahwa ekologi adalah
“Environmental Biology“.
B.
Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makluk lain (UURI 23 TH 1997).
Manusia bersama tumbuhan, hewan,
dan jasad renik menempati suatu ruang tertentu. Kecuali makhluk hidup, dalam
ruang itu terdapat juga benda tak hidup, seperti misalnya udara yang terdiri
atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair, dan padat,tanah dan batu. Ruang
yang ditempati suatu makhluk hidup bersama benda hidup dan tak hidup di
dalamnya di sebut lingkungan hidup makhluk hidup tersebut.
Sifat lingkungan hidup ditentukan
oleh bermacam-macam factor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing unsure
lingkungan hidup tersebut. kedua, hubungan atau interaksi antara unsure dalam
lingkungan hidup. Misalnya, dalam suatu ruang terdapat delapan buah kursi,
empat buah meja, dan empat buah pot dengan tanaman kuping gajah. Dalam ruangan
itu kuris diletakkan disepanjang satu dinding, dengan sebuah meja did muka
setiap kursi dan sebuiah pot diatas masing-masing meja. Sifat ruangan berbeda
jika dua kursi dengan sebuah meja diletakkan diitengah masing-masing dinding
dan sebuah pot dimasing-masing sudut.
Hal serupa juga berlaku untuk
hubunganm atau interaksi social dalam hal unsur-unsur itu terdiri atas benda
hidup yang mobil, yaitu manusia dan hewan. Dengan demikian lingkungan hidup
tidak saja menyangkut komponen biofisik, melainkan juga hubungan social budaya
manusia.
Ketiga, kelakuan atau kondisi
unsure lingkungan hidup. Misalnya, suatu kota yang penduduknya aktif dan
bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari sebuah kota yang
serupa, tetapi penduduknya santai dan malas. Demikian pula suatu daerah dengan
lahan yang landai dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari daerah
dengan lahan yang berlereng dan tererosi.
Keempat, factor non materiil suhu,
cahaya, dan kebisingan. Kita dapat dengan mudah merasakannya. Suatu lingkungan
yang panas, silau, dan bisingsangatlah berbeda dengan lingkungan yang sejuk,
cahay yang cukup, tapi tidak silau dan tenang.
1.
Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Daya
Dengan
mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat pmenuhan kebutuhan dasar, berarti
lingkungan merupakan sumber daya. Dari lingkungan kita mendapatkan unsure-unsur
yang kita perlukan untuk produksi dan konsumsi.
Air
adalah sumber daya yang kita perlukan untuk produksi. Udara dan air, kecuali
sebagai factor produksi, juga merupakan unsure lingkungan yang kita konsumsi,
yaitu udara untuk pernafasan kita dan air untuk kita minum dan kepeeluan rumah
tangga lainnya.
Sumber
daya umum memiliki sifat-sifat yang berbeda dari modal yang ada pada
perusahaan. Sumber daya umum dapat did nikmati secara bebas sedangkan sumber
daya pabrik harus mengeluarkan dana.
Sumber
daya mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama eksploitasi
atau permintaan pelayanan ada dibawah batas daya regenerasi atau asimilasi,
sumber daya terbarui dapat digunakan secara efektif. Akan tetapi apabila
melampaui batas, sumber daya akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya
itu sebagai factor produksi dan konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami
gangguan. Untuk menghindari penggunaan yang tidak rasional diperlukan campur
tangan pemerintah dalam penjgelolaan sumber daya itu.
2.
Kebutuhan Dasar
Dapat
dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
a.
Kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup hayati
b.
Kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup manusiawi
c.
Kebutuhan dasar untuk
memilih
Kelangsungan
hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan memilih hanya mungkin apabila
kelangsungan hidup hayati terpenuhi dan terjamin. Batas antara kebutuhan dasar
golongan pertama dan kedua tidaklah jelas, melainkan merupakan suatu daerah
peralihan. Dalam daerah peralihan dikategorikan sebagai kebutuhan dasar untuk
kelangsungan hidup hayati dan sebagai kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup
yang manusiawi.
a.
Kebutuhan dasar
untuk kelangsungan hidup hayati
Makhluk
hidup selalu beruasaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, tidak saja secara
individu, melainkan juga sebagai jenis. Kelangsungan hidup sebagai jenis bahkan
mempunyai bobot yang lebih tinggi dari kelangsungan hidup individual, sehingga
kita jumpai kelakuan altruism, yaitu pengorbanan diri untuk pertahankan
kalangsungan hidup jenis.
Untuk
dapat mempertahankan kelangsungan hidup secara hayati, manusia haruslah
mendapatkan air, udara dan pangan dalam kuantitas dan mutu tertentu. Kebutuhan
dasar ini meliputi bersifat mutlak. Kecuali itu dia itu harus terlindung dari
serangan organism yang berbahaya, yaitu hewan buas, pathogen, parasit, dan dan
vector penyakit. Juga harus dapat mempunyai keturunan untuk menjaga
kelangsungan hidup jenisnya.
Dalam
lingkungan yang berrnutu baik, haruslah terdapat pelayanan yang efektif agar
kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati itu dapat
terpenuhidengan baik secara merata. Pelayanan itu terdiri atas, usaha menjaga
keselamatan jiwa, termasuk dari anacaman perang dan perlindungan terhadap
kejahatan, pelayanan air minum yang bersih, kesehatan dan sanitasi, serta
jaminan social kepada yang memerlukan untuk dapat mendapatkan kebutuhan dasar
tersebut.
b.
Kebutuhan dasar
untuk kelangsungan hidup yang manusiawi
Berbeda
dengan makhluk hidup lainnya, manusia tidak cukup sekedar hidup secara
hayati, melainkan karena kebudayaannya
ia harus hidup secara manusiawi. Kebutuhan dasar untuk hidup yang mansuawi
sebagain bersifat materiil dan sebagian lagi bersifat non-materiil.
Kebutuhan
dasar yang membuat kehidupan menjadi manusiawi adalah pakaian, rumah, dan
energy. Sebagaian kebutuhan dasar terakhir yaitu lapangan pekerjaan. Hewan yang
hidup berkelompok terdapat pembagian pekerjaan, sehingga masing-masing anggota
kelompok mempunjyai lapangan pekerjaan. Namun, lapangan pekerjaan itu
semata-mata merupakan sumber kehidupan untuk mendapatkan sebagian dari hasil
pekerjaan bersama yang dapat melangsungkan kehidupan hayatinya.
c.
Kebutuhan dasar
untuk memilih
Kemampuan
memilih merupakan sifat hakiki makhluk untuk mempertahankan kehidupannya. Paik
pada tumbuhan, hewan, maupn manusia. Kesempatan untuk memilihi merupakan hal
yanjg esensial. Kesempatan memilih meliputi keputusan menentukan nasib dirinya,
keluarganya, dan masyarakatnya. Kesempatan memilih dipengaruhi oleh berbagai
macam factor, antara lain undanjg-undang dan peraturan pemerintah yang lain
serta factor social-budaya dan ekonomi.
3.
Manfaat Dan Resiko Lingkungan
Factor
lingkungan ada yang bermanfaat dna ada yang merugikan kita untuk mendapatkan
kebutuhan dasar kita. Manfaat dan resiko lingkungan merupakan factor hayati dan
factor kimia serta dapat bersifat alamiah atau buatan manusia. Manfaat atau
resiko lingkungan dapat tersebar secara aktif dengan kekuatannya sendiri, misalnya
dengan terbang atau kekuatan fisiknya. Dapat juga terbawa secara pasif oleh
kekuatan fisik tertentu, misalnya arus udara dan air.
Penyebaran
manfaat dan resiko lingkungan tidak saja
secara alamiah, melainkan juga dapat melalui factor teknologi dan social budaya
lain. Antara manfaat dan resiko lingkungan itu saling terikat satu sama lainnya
yaitu ketika ada manfaat lingkungan maka selalu akan menimbulkan resiko
lingkungan. Misalnya menggunakan oksigen dalam udara untuk pembakaran bensin
dalam mesin akan menimbulkan resiko pencemaran. Apabila resiko yang diakabatkan
oleh pemanfaatan ini diperkecil, manfaat yang diambil umumnya juga akan
berkurang.
Beberapa masalah lingkungan hidup:
a)
Banjir
b)
Kekeringan
c)
Tanah longsor
d)
Erosi
e)
Pemanasan global
f)
Kebakaran hutan
g)
Lahan kritis
h)
Pencemaran (air,
udara, tanah)
Masalah Lingkungan Hidup Timbul
Pada dasarnya Karena:
a)
Dinamika penduduk
b)
Pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya yang kurang bijaksana
c)
Kurang terkendalinya
pemanfaatan ilmu pengethuan dan tehnologi maju
d)
Dampak negatif yang
muncul dari kemajuan ekonomi
e)
Benturan tata ruang.
Pengelolaan lingkungan hidup
merupakan usaha untuk memelihara atau dan memeperbaiki mutu lingkungan agar
kebutuhan dasar kita terpenuhi dengan sebaik-baiknya, Beberapa hal yang terkait
dengan kegiatan ini:
1)
Domestikasi, yaitu
pemeliharaan tumbuhan dan hewan liar. Hal ini dimulai sangat awal pada
kebudayaan manusia.
2)
Citra lingkungan,
kearifan ekologi atau gambaran tentang lingkungan idup. Ini dapat didasarkan
pada:
a)
ilmu pengetahuan
b)
mistik
3)
Cagar alam, adalah
sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi flora, fauna yang ada di dalamnya
4)
Cagar budaya,
pengertiannya serupa dengan cagar alam, yang dilindungi bukan suatu daerah yang
bersifat alamiah, melainkan hasil budaya manusia. Misal: Candi, Kraton, Bngunan
kuno
5)
Cagar biosfir, dapat
meliputi daerah yang dibudidayakan manusia, misalnay untuk pertanian secara
tradisional dan pemukiman. Di sini boleh ada permukiman.
6)
Taman nasional, pada
prinsipnya sama dengan cagar alam, namun di dalamnya dapat dilakukan kegiatan
pembangunan yang tidak bertentangan dengan tujuan pencagar alaman. Misal:
pariwisata, pendidikan, penelitian.
C.
Interaksi Manusia Dengan Lingkungannya
Manusia berinteraksi dengan
lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Ia
membentuk dan terbentuk oleh lingkungan hidupnya. Manusia di sebut fenotif
adalah perwujudan yang dihasilkan oleh intraksi
sifat keturunannya dengan factor ligkungan. Sifat keturunan yang
terkandung didalam gen yang merupakan bagian kromosom di dalam masing-masing
sel tubuh, menentukan potensi perwujudan manusia, yaitu genotife. Dobzhansky,
seorang ilmu keturunan terkenal, malah menyatakan gen menentukan tanggapan apa
yang terjadi terhadap fakroe lingkungan. Jadi menurutnya, gen bukanlah penentu sifat
melainkan penentu reaksi atau tanggapan terhadap lingkungan. Hal ini terlihat
pada tumbuhan hijau yang ditempatkan diddalam kamar gelap. Tumbuhan itu tidak
mampu membentu zat hijau daun. Setelah ia dikeluarkan dari kamar gelap dan
terkena cahaya matahari terbentuklah zat hijau daun. Jadi makhluk hidup itu
terbentuk oleh lingkungannya.
Hubungan anatar manusia dengan
lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan akan
mempengaruhi manusia. Misalnya, seorang yang bekerja dalam sebuah ruangan kecil
yang tertutup. Dengan pernafasannya ia akan mengurangi kadar O2 dalam udara
dikamar dan menambahkan kadar CO2. Pernafasannya juga menghasilkan panas,
sehingga suhu dalam ruangan naik. Kenaikan suhu menstimulasi pembentukkan
keringat, sehingga hawa dalam ruangan itu menjadi tidak sedap. Dengan penurunan
kadar oksigen , kenaikan kadar gas karbodioksida, kenaikan suhu dan bau
keringat, menjadi pengaplah ruangan. Prestasi kerja orang itu akan menurun. Makin lama makin menurunlah kualitas
lingkungan dalam kamar itu.
Interaksi antara manusia dengan
lingkungan hidupnya tidaklah sesederhana itu, melainkan kompleks. Karena pada
umumnya dalam lingkungan hidup itu terdapat banyak unsure. Pengaruh terhadap
suatu unsure akan merambat dalam unsure lain, sehingga pengaruhnya terhadap
manusia sering tidak dapat dirasakan.
Manusia hidup dari unsure-unsur
lingkungan hidupnya. Udara untuk bernafas, air untuk minum, keperluan rumah
tangga dan kebutuhan lain, tumbuhan dan hewan untuk makan, tenaga dan
kesenangan, serta lahan untuk tempat tinggal dan produksi pertanian. Oksigen
yang kita hirup dari udara dalam pernafasan kita, sebagain besar berasal dari
tumbuhan dalam proses fotosintesis dan sebaliknya karbondioksida yang kita
hasilkan dalam pernafasan digunakan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Manusia adalah bagian integral lingkungan hidupnya yang tak dapat terpisahkan.
D.
Interaksi Antarindividu Dan Antarspesies
1.
Intraspesifik (antarindividu)
Interaksi antarindividu dalam satu
spesies menentukan distribusi dan kelimpahan serangga. Pada kepadatan populasi rendah, laju
pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual
misalnya. Ketika populasi bertambah, laju
pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan
kesesuaian lingkungan. Sejalan dengan
pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan untuk makan dan
perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi. Pada spesies tertentu bahkan terjadi
kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur dan pupa). Walaupun demikian, tekanan populasi seperti
ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. Kompetisi umumnya terjadi pada populasi di
penyimpanan yang kosong, sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di
mana jumlah makanan relatif sedikit.
2.
Interspesifik (antarspesies)
Interaksi
antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga. Berbagai pola interaksi ditemukan di
penyimpanan, yaitu:
a)
Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada
pernyimpanan kerena perubahan lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama
primer, kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan
cendawan atau sisa-sisa.
b)
Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung
ekologis yang sama (bandingkan dengan suksesi dimana masing-masing spesies
memiliki peran berbeda).
c)
Predasi, bisa oleh
spesies predator (misal kepikXylocoris sp.) atau spesies hama yang menjadi
karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
d)
Parasitisme,
kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan Pteromalidae
menjadi parasitoid hama gudang. Termasuk
parasitisme adalah serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan
cendawan entomophaga penyakit terhadap hama pascapanen.
E.
Hubungan Antar Organisme
Hubungan simbiosis, adalah
hubungan timbal balik diantar organisme hidup yang tidak sama spesiesnya.
Hubungan Sosial, suatu hubungan
antar orgnisme hidup yang sama spesiesnya, dimana mereka membutuhkan sesuatu
yang sama dari lingkunganya.
1)
Kooperatif
2)
Non kooperatif
3)
simbiosis parasitisme
4)
simbiosis
komensialisme
5)
simbiosis mutualisme
Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejah teraan
manusia serta makluk lain (UURI 23 TH 1997).
Pencemaran lingkungan hidup adalah
masuknya atau dimasukkanya makluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
pada tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya.
F.
Isu – Isu Tentang Perusakan Lingkungan Dewasa Ini
Beberapa
isu – isu tentang perusakan lingkungan yang sedang gencar – gencarnya dibahas
oleh berbagai pihak yang peduli dan prihatin akan kondisi lingkungan saat ini
sedang menjadi topik dunia. Berbagai jenis revolusi dan gerakan cinta
lingkungan telah digerakkan untuk menjadi sesuatu yang benar – benar dipikirkan
untuk masa depan. Seperti contoh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI),
Green Peace, Green Light, Green Movie Community, dan sebagainya. Berbagai inti
permasalahan lingkungan digali dari segi sosial, politik, hukum dan ekonomi.
Karena keseluruhan aspek ilmu menimbulkan sebab dan akibat yang saling
berhubungan dengan lingkungan. Dalam Majalah Sustainable Constuction dijelaskan
apa saja yang menjadi penyumbang perusakan lingkungan, dantaranya :
1.
Pertambahan jumlah
populasi manusia dimuka bumi
Jumlah penduduk
yang terus bertambah menyebabkan semakin sesaknya populasi penduduk dunia, hal
ini menyebabkan bumi tidak sanggup lagi menampung ledakan populasi yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Kepadatan penduduk menyebabkan kebutuhan
konsumsi semakin tinggi. Berbagai rentetan sosial seperti pengangguran,
kelaparan, serta penyakit – penyakit lain yang timbul akibat lingkungan
pemukiman yang tidak layak huni.
2.
Eksploitasi dan konsumsi sumber daya yang
berlebihan
Keinginan
manusia untuk meningkatkan kenyamanan hidup menyebabkan mereka selalu ingin
mengambil sumber daya alam secara terus – menerus, selain itu dituntut pula
dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Adanya teknologi menyebabkan
perubahan gaya hidup, dan sekarang manusia tidak puas memiliki hunian
secukupnya. Hal ini berdampak pada pemikiran mereka untuk menggunakan tanah
semaksimal mungkin untuk bangunan karena harga tanah yang semakin menjulang
tinggi. Lama kelamaan ruang terbuka hijau akan semakin berkurang.
3.
Sumber daya yang tak
terbaharukan
Gas bumi dan
biji besi merupakan dua contoh sumber daya yang tak terbaharukan. Kayu
merupakan salah satu sumber daya yang sangat lama terbaharukan dan kini kayu
menjadi material yang tidak sustainable karena tidak mudah terbaharukan. Eksploitasi
besar-besaran menyebabkan kita kehabisan sumber daya dengan sangat cepat. Kasus
kebakaran, pencurian dan penebangan pohon mengakibatkan hutan tidak sanggup
lagi menyerap CO2 dan mengolahnya menjadi H2O.
4.
Proses pengolahan dan transportasi
Proses pengolahan
dan pengangkutan bahan mentah yang bersumber dari alam menyebabkan perlunya
energi dan bahan bakar yang sangat banyak. Yang pada akhirnya berakibat
timbulnya emisi atau gas buangan hasil proses pembakaran energi.
5.
Pemanasan Global
Konsumsi manusia
dalam pengambilan sumber daya, penggunaan transportasi, kapadatan penduduk,
pembabatan hutan dan lain sebagainya menyebabkan meningkatnya konsentrasi CO2.
Atmosfer di lapisan bumi menjadi menipis dan semakin tebalnya kadar CO2 di
udara, sehingga panas matahari terperangkap yang kemudian menyebabkan
terganggunya pelepasan panas dari bumi ke luar atmosfer. Hal inilah disebut
dengan pemanasan global atau Global Warming, dengan efek yang menyebabkan
perubahan iklim yang cukup drastis.
6.
Konstruksi, menyumbang kerusakan lingkungan
terbesar.
Kontribusi
bidang konstruksi terhadap kerusakan alam antara lain : dimulai dari
pengambilan material dari berbagai sumber terkait dengan proses
pengangkutannya, pengolahan material – material yang akan dipergunakan,
pendistribusian material jadi dari sumbernya ke pemakai, proses konstruksi itu
sendiri, pengambilan lahan untuk bangunan, dan konsumsi energi yang dimulai
saat bangunan dipakai. Secara global sector konstruksi mengonsumsi 50% sumber
daya alam, 40% energi, dan 16% air. Konsruksi juga menyumbangkan emisi CO2
terbanyak, yaitu 45%. Hal ini menandakan bahwa dalam pembangunan kita tidak
lagi meningkatkn kualitas hidup kita, sebab kerusakan alam yang terjadi sebagai
akibatnya sama dengan penurunan kualitas manusia. Dalam hal ini untuk pemecahan
bidang konstuksi sangat diperlukan langkah yang bijaksana untuk menerapkan
konstruksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dimana konstruksi tersebut
berusaha meminimalisasi kerusakan yang ada di alam.
Dalam pengambilan material untuk
pembangunnan diperlukan pemikiran transportasi untuk meminimalisasi perusakan
lingkungan.
Dampak daripada konstruksi menurut
data-data dari Alex Bueci dalam workshop PT. Holcim Indonesia ditampilkan bahwa
konstruksi mengonsumsi 50% hasil alam, 40% energi, dan 16% air. Limbah akibat
konstruksi baik untuk pembangunan dan peruntuhan jauh lebih banyak dibandingkan
gabungan volume seluruh limbah rumah tangga. Dan secara keseluruhan kegiatan
konstruksi menyumbangkan 45% emisi CO2, melebihi gabungan antara transportasi
dan industry lain.
Beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk menuju Arsitektur Berwawasan Lingkungan
Dalam buku Dasar–dasar
Eko-arsitektur dijelaskan bagaimana konsep arsitektur berwawasan lingkungan
serta kualitas konstruksi dan bahan bangunan untuk rumah sehat dan dampaknya
terhadap kesehatan manusia. Dalam penerapannya, alam merupakan suatu pola
perencanaan eko-arsitektur. Lingkungan alam sebagai makrokosmos dan lingkungan
buatan (rumah) sebagai mikrokosmos. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pola perencanaan eko arsitetur antara lain : Penyesuaian terhadap
lingkungan alam setempat. Perencanaan pembangunan hendaknya mmperhatikan
orientasi terhadap sinar matahari, arah angin, perubahan suhu siang dan malam
serta penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Hal ini dilakukan
sebagai suatu usaha untuk menghemat energi.
Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat
diperbaharui dan mengirit penggunaan energi. Beberapa hal yang bisa dilakuan
antara lain dengan meminimalisasi penggunaan energi untuk alat pendingin,
optimalisasi pada penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui,
menggunakan energi alternatif dan energi surya.
Memelihara sumber lingkungan
udara, tanah, dan air yaitu dengan memperhatikan berbagai aspek bahan pencemar
yang bisa mengganggu peredaran air, kebersihan udara dan tanah.
Memelihara dan memperbaiki peredaran alam.
Setiap aktivitas manusia harus memperhatikan semua ekosistem yang harus
dimengerti sebagai suatu peredaran di alam dan manusia tidak boleh merusaknya.
Contoh : dalam kegiatan penggunaan bahan bangunan harus memperhatikan rantai bahannya
sehingga tetap berfungsi juga sebagai peredaran.
Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat
energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
Penghuni ikut serta secara aktif pada
perencanaan pembangunan, dan pemeliharaan perumahan.
Tempat kerja dan pemukiman dekat.
Hal ini dimaksudkan agar akses atau pencapaian dari rumah ke tempat kerja bisa
dilakukan dengan berjalan kaki atau bersepeda sehingga mampu mengurangi emisi
atau gas buangan yang terlalu banyak dari kendaraan bermotor.
Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri
kebutuhannya sehari – hari.
Menggunakan teknologi sederhana
yaitu dapat dilakukan dengan cara menggunakan teknologi mudah dirawat dan
dipelihara serta sesuai dengan teknologi pertukangan.
Konsep arsitektur ekologis adalah
memperhatikan prinsip-prinsip ekologis pada perencanaan lingkungan buatan.
Seperti pada gambar di dibawah, peredaran yang ada di lingkungan baik berupa
pemanfaatan sinar matahari, udara, air hujan dan tanaman dimanfaatkan sebaik
mungkin untuk perencanaan suatu bangunan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbale
balik antara hewan dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Lingkungan bagi
hewan adalah semua factor biotic dan abiotik yang ada disekitar hewan dan dapat
mempengaruhinya. Hewan dan lingkungannya merupakan interaksi antara hewan
dengan hewan dan hewan dengan lingkungannya yang saling mempengarhi satu sama
lainnya. Lingkungan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh hewan dan yang
nantinya akan tercipta hubungan timbale balik yang baik dengan hewan. Jika mutu
lingkungannya bagus maka intraksi antar individu maupun organism yang ada
dilingkungan tersebut akan baik pula.
Lingkungan hidup
Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang
masing-masing sebagai ekosistem terdiri dari berbagai daerah, yang
masing-masing sebagi subsistem yang meliputi aspek social budaya, ekonomi dan
fisik dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang satu dengan
subsiostem yang lain dan dengan daya dukung yang berbeda. Sumber daya alam dan
budaya merupakan modal dasar pembangunan menurut
DAFTAR PUSTAKA
Anonym,
2011. Ekologi Pembangunan. Pancor :
Perpustakaan STKIP Hamzanwadi Pancor
Anoniym,
2011. Ekologi Hutan. Pancor :
Perpustakaan STKIP Hamzanwadi Pancor
Dhiaf,
2011. Hewan Dan Lingkungannya. http://dhiaf.wordpress.com/. Download
: 24 oktober 2011, 10.00
Agus,
2011. Interaksi hewan dengan
lingkungannya. http://www.slideshare.net/agus_43/ekologi-dan-lingkungan. Download : 24 oktober 2011, 10. 15
Anonym,
2011. Ekologi hewan. http://www.averroes.or.id/research/ekologi-manusia-dan-kesadaran-individu-dalam-pengelolaan-lingkungan.html. Download : 26 oktober 2011, 16.30
0 comments:
Post a Comment