Berita Terkini :
http://picasion.com/
Home » » EKOLOGI DARAT

EKOLOGI DARAT

Saturday, March 9, 2013 | 0 comments

                                                                            BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Ekositem darat didefinisikan sebagai suatu system hubungan tiimbal balik antara mahluk dan lingkungannya. Sebagai benda nyata ekosistem dapat diterapkan pada berbagai derajat organisasi mahluk dan lingkungannya mulai dari biakan jamur, kolam kecil, padang rumput, hutan sampai kepada pelanet bumi secara keseluruhan. Bioma ini juga dapat disebut sebuah ekosistem yang merupakan unit komunittas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri atas formasi vegetasi dan hewan serta mahluk lainnya, baik yang sudah mencapai fase klimaks maupun yang masih dalam fase perkembangannya. Penyebaran geografi tumbuhan khususnya dikepulauan Indonesia secara keseluruhan ditentukan oleh factor geologi yaitu adanya paparan sunda dibagian barat dan paparan sahul dibagian timur yang berbeda sehingga dapat ditarik garis pemisah diantaranya. Banyak jenis-jenis yang kisaran ekologinya sama tetapi banyak pula yang berbeda. Jenis-jenis tertentu mempunyai kisaran penyebaran yang luas dan menduduki berbagai macam habitat, dan seirama dengan itu pula jenis semacam ini biasanya mepunyai variasibilitas genetika yang tinggi Adapun kelopmpok ekosistem darat antara lain : Gurun, padang rumput, hutan hujan tropis/ hutan basah, hutan guggur, taiga, tundar, hutan lumut, hutan mangrove, sabana. Setiap bioma mempunyai komponen biotik yang berbeda dengan bioma lainnya, misalnya di bioma gurun banyak terdapat tumbuhan kaktus yang tidak terdapat di bioma padang rumput. Sumber daya hayati merupakan sumber daya alam yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dalam arti kata lain sumber daya ini dapat dipanen berulangakali. Tetapi bila pemanenan ini tidak mempertimbangkan segi kelestariannya maka sumber daya ini akan menjadi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui

 

B. Rumusa Masalah

  1. Tipe-tipe ekosistem darat di Indonesia
  2. Keanekaragaman dan pemanfaatan sumber daya hayati darat Indonesia
  3. Plestarian smber daya hayati darat
  4. Pelestarian ekosistem  darat
  5. Kelompok ekosistem darat

C. Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui tipe-tipe Ekosistem darat di indonesia

2.      Untuk memahami keanekaragaman dan pemamanfaat  sumber daya hayati darat indonesia.

3.      Untuk mengetahui bagaimana cara melestarikan sumber daya hayati darat

4.      Untuk mengetahui pelestarian ekosistem darat

5.      Mengetahui kelompok ekosistem darat  

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Tipe-tipe Ekosistem Darat Di Indonesia

Ekosietem darat didefinisikan sebagai suatu system hubungan tiimbal balik antara mahluk dan lingkungannya. Sebagai benda nyata ekosistem dapat diterapkan pada berbagai derajat organisasi mahluk dan lingkungannya mulai dari biakan jamur, kolam kecil, padang rumput, hutan sampai kepada pelanet bumi secara keseluruhan. Masing-masing dapat disebut ekosistem. Demikian juga iklim Regional, yang berhubungan timbale balik dengan substrat dan biota regional membentuk unit-unit komunitas yang luas dan mudah dikenal, yang masing-masing dapat disebut Biom (Odum, 1966) atau formasi biota.

Bioma ini juga dapat disebut sebuah ekosistem yang merupakan unit komunittas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri atas formasi vegetasi dan hewan serta mahluk lainnya, baik yang sudah mencapai fase klimaks maupun yang masih dalam fase perkembangannya.

B.     Keanekaragaman Dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Darat Indonesia

Keanekaragaman sumber hayati indonesa termasuk dalam golongan tertinggi didunia, jauh lebih tinggi dari pada Amerika dan Affrika tropis, apalagi bila dibandingkan dengan deareh beriklim sedang dan dingin.

Jenis tumbuh-tumbuhan secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25000jenis atau lebih dari 10 persen dari flora dunia. Lumut dan ganggang ditaksiir jumlahnya 25000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat diindonesia saaja dan tidak terdapat di Indonesia saja dan tidak terdapat ditempat lain didunia. Jumlah marga yang endemik di Indinesia ada 202 dan  59 diantaranya terdapat diklimantan dan Negara tetangga disebelahnya. Dari semua suku tumbuhan yang ada, suku anggrek (orchidaceae) adalah suku yang terbesar dan ditaksir mempunyai nilai suku dipterocarpaciae (meranti-merantian), Laguminociae (kacang-kacangan) dan Mirtaciae (jambu-jambuan).

Dari sekian banyak jenis-jenis tumbuhan tersebut diatas sebagian besar terdapat dikawasan hutan tropis basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian besar daratan (63 %) bumi Indonesia. Hutan ini mempunyai struktur yang kompleks, yang menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga memuungkinkan beranekaragam jenis dapat tumbuh didalamnya. Keanekaragaman tinggi dalam hutan tropis basah ini dapat dilukiskan dengan keaddaan hutan primer pegunungan di Cibodas . pada ketinggian 1500 m, dalam satu hektar terdapat sebanyak 333 jenis ttumbuhan berbunga dan paku-pakuan diantaranya adalah 73 jenis pohon dengan kerapatan sebanyak 233 pohon per hektara. Dihuutan darat tanah rendah seperti dikalimanntan yang keadaan lingkungannya opyimum untuk pertumbuhan pohon, flora pohon  (dengan  diameter < 10 cm) lebih banyak dari pada dipegunungan, jumlah jenis berkisar antara 150 dan 200 per hektar dengan kerapatan 300-700 pohon perhektar. Volume kayu yang bernilai nniaga dalam hutan seperti dikalimantan ini ditaksir sebanyak 40-400 m3 per hektar. Keanekaragaman ini akan berkurang bila keadaan lingkungan menjadi lebih ekstrim misalnya keadaan tanah menjadi lebih miskin, iklim menjadi lebih kering dan suhhu menjadi lebih rendah.

Penyebaran geografi tumbuhan dikepulauan Indonesia secara keselurruhan ditentukan oleh factor geologi yaitu adanya paparan sunda dibagian barat dan paparan sahul dibagian timur yang berbeda sehingga dapat ditarik garis pemisah diantaranya. Dalam masing-masing paparan  keadaan flora mempunyai banyak persamaan misalnya persamaan flora antara Kalimantan dan Sumatra dapat mencapia 90 %. Selanjutnya variasi flora lingkunga setempat  dan inii tercerminkan oleh berbagai tipe vegetasi yang terdapat dipaparan tersebut.

Banyak jenis-jenis yang kisaran ekologinya sama tetapi banyak pula yang berbeda. Jenis-jenis tertentu mempunyai kisaran penyebaran yang luas dan menduduki berbagai macam habitat, dan seirama dengan itu pula jenis semacam ini biasanya mepunyai variasibilitas genetika yang tinggi. Sebagai missal pdapat diambil jenis Pometia pinnata (motea) yang terdapat diseluruh keplauan Indonesia, tetap paling banyak dibagian timur, seperti di Irian jaya,  dan tumbuh diberbagai habitat, sedangkan dibagian barat  tidak berapa banyak dan penyebaran serta tumbuhnya terbatas pada hutan-hutan dipinggir sungai (Whitmore, 1975). Jenis ini mempunyai variabilitas morfologi yang besar, dan diperkirakan variabilitas tempat tumbuh. Jenis-jenis lain seperti Artocarpus (seksi Duricarpus) dan berbagai jenis rotan penyebarannya hanya tebatas dikawasan Indonesia bagian barat. Suku meranti-merantian (Dipterocarpaceae) yang mengandung sebanyak 335 jenis, yang semuanya berupa pohon, sebagai marga dan jenis-jenisnya tumbuh  dalam  kawasan yang sama yaitu paparan sunda. Disini jenis-jenis Dipterocarpaceae memegang peran yang penting baik ditinjau dari segi ekologi maupun dari segi ekonomi, karena jenis-jenis ini merupakan komponnen utama hutan-hutan primer di Kalimantan dan Sumatra.

Dibagian timur paparan Dipterocarpaceae kurang penting dan seluruhnya hanya terdapat 26 jenis saja (Ashton, 1928). Karena nilai niaga jenis-jenis Depterocarpaceae sangat tinggi, maka sebagai akibat pemusatan penyebar dibagian barat telah terjadi eksplosi penebangan pohon-pohon jenis ini dikawasan yang sama dan telah memberikan keuntungan kurang lebih 59 persen dari seluruh hasil kayu Indonesia.

Jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang sudah diketahui identitasnya ddiperkkirakan berjumlah kurang dari 50 persen dadri jumlah keseluruan tersebut diatas. Mengenai jenis-jenis mikroba gambarannya lebih gelap lagi mengingat bahwa inventarisasi dan penelitian dalam bidang ini dimasa lampau kurang sekali. Inventarisasi flora dan fauna yang relatip agak lengkap baru untuk pulau Jawa dan Madura, sedangkan untuk pulau-pulau lainnya data yang ada masih terlalu sedikit sebagai akibat dari intensitan inventarisasi dan eksplorasi biota yang telah dilakukan masih rendah.

Untuk menggali dan kemudian memanfaatkan kekayan suber daya nabati dan hewani. Usaha eksplorasi dan inventarisasi masih sangat diperlukan dan harus diintensifkan, apalaggi bila mengingat bahwa kini  kawasan yang belum diketahui isi sumber daya hayatinya terancam kerusakan dan bahkan kemusnaha jenis-jenis   yang terkandng didalamnya sebagai akibat dari usaha penafaatan yang sangat intensif berupa penngusahaan jenis-jenis kayu alam. 

C.     Plestarian Smber Daya Hayati Darat

Sumber daya hayati merupakan sumber daya alam yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dalam arti kata lain sumber daya ini dapat dipanen berulangakali. Tetapi bila pemanenan ini tidak mempertimbangkan segi kelestariannya maka sumber daya ini akan menjadi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Masalah tersebut diatas terjadi saat ini pada sumber daya hayati yang telah diketahui kegunaannya dan telah banyak dimanfaatkan tetapi belum dibudidayakan. Bahan mentah obat-obatan tradisonal misalnya masih diambil dari duri tumbuh-tumbuhan yang hidup dihutan-hutan atau dalam ekosistem lain yang alam.

Bukan suatu khayalan bahwa banyak diantara sumber daya hayati yang menjadi langka akhir-akhir ini. Kelangkaan ini bukan saja terjadi pada jenis-jenis yang varietas-varietas yang telah  dibudidayakan, misalnya buah-buahan. Dalam hal tanaman budidaya ini, pemekaran kota didaerah pedesaan, seperti yang kita kenal penuh dengan beraneka jenis tumbuhan bermanfaat yang ditanan dipekarangan tradisinal menjadi pekarangan model kota, kecendrungan orang untuk melupakan berbagai  jenis tanamaan ynag nilai ekonominya kecil dan lebih mengutamakan tumbuhan budidaya  varietas unggul yang bernlai niaga tinggi. Dengan kecendrungan orang utuk mengubah ekosistem buatan yang telah mapan seperti pekarangan tradisional, serta pemanenan sumber daya hayati yang berlebihan (Over-exploitation) yang meningkat, maka jumlah sumber daya hayati ynag menjadi langka aka semakin besar.

Urogensi pelestarian dapat ditinjau dari segi lain. Didunia internasional, Indonesia diakui sebagai salah satu pusat keanekaragaman berbagai jenis tanaman pangan, sebagai missal dapat kita ambil contoh berikut. Sehari-hari kita hanya mengenal sattu jenis durian yaitu Durio Zhibetinus. Jenis-jenis durian diseluruhnya banyak (± 25 jenis), diantaranya ada yang dapat dimakan yaitu durian biasa yang telah dibudidayakan dan yang setengah dibudidayakan. Sebagian besar terdapat dikalimantan yang merupakan pusat pennyebarannya. Sama halnyya dengan jenis-jenis gadung (Discores spp), jenis-jenis tebu (Sacharum spp), serat jenis-jenis lainnya berpusat di Indonesia, ini berarti bahwa Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang kaya akan sifat-sifat yang beranekaragam dan dapat dipilihan untuk pemuliaan dan penakaran. Sifat-sifat tersebut terkandung dalam tumbuhan yang masih hidup liar dan setengah liar dan yang masih berkerabat dengan tumbuuhan yang sudah dibudidayakan. Tumbuhan ini mempunyyai potensi yang perlu diuji dalam kaitannya dengan sifat-sifat yang baik dan ungggul misalnya kekebalan terhadap kekeringan, produksi tinggi, dan kandungan protein dan karbohidrat tingg. Sebagai contoh unuk pengembangan varietas padi unggul dan kebal terhadap wereng telah dipakai sifat-sifat yang tersimpan dalam jenis-jenis padi yang tumbuh liar. Potensi ini belum diuji secara sistematik karma dalam pengujian ini diperlukan waktu dan program untuk pemuliaan yang jelas. Semetara itu eksistensi jenis-jenis tersebut terancam kepunahan karena orang menganggapnya kurang bermanfaat, dan kegiatan-kegiatan manusia yang emakin meningkat dapat dapat mebawa jenis-jenis tesebut dapat membawa  jenis-jenis tersebut keambanh kepunahan sering tidak disadari.

Program pengumpulan, pengujian sifat-sifat dan plestarian jenis –jens yang terrgabung dalam kelompok nhuah-buahan, kacang-kacangan, umbi-umbian dan tanamat hias Indonesia telah dimulai oleh Lembaga Biologi Nasional –LIPI sejak pelita I. hsilnya memang belum banyak, tetapi usaha ini telah menarik perhatian lembaga-lembaga, baik nasional maupun internasional seperti FAO. Suatu kenyataan juga bahwa pada saat ini banyak lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan internasional yang telah memulai uusaha yang serupa. Program seanjutnya dari usaha pelestarian sumber daya genetika ini ialah pembentukan Komite Nasianal Plestarian Plasma Nutfah Indonesia oleh manteri pertanian pada 1976.

Hasil usaha-usaha pelestarian sampai saat ini sudah nyata meskipun masih jauh dari pada yang diharapkan. Salah satu faktor  yang menghambat adalah bahwa rakyat Indonesia secara keseluruhan baik yang terdidik maupun yang tida, rakyat biasa maupun pemimpinnya, belum menyadari secara penuh arti dari pelestarian sumber daya alam ini. Meskipun demikian titik-titik kecerahan sudah Nampak, sepertti sudah dapat kita rasakan bahwa perhatian dan pemahaman tentang soal pelestarian dalam beberapa tahun terakhir ini meningkat. Untuk rakyat kecil yang yang masih  dalam taraf menccari makan untuk “hari ini”, masalah pelestarian masih dilema, jangankan untuk memikirkan plestarian sumber daya masa depan  untuk makan “hari esok” saja sudah merupakan masalah. Mungkin saja masalah pelestarian ini dapat dipahami mereka tetapi kenyataan yang harus dihadapi setiap hari tidak memberi peluang untuk berbuat lain kecualii memanfaatkan sumber daya tersebut. Sementara iti ada juga rakyt kecil yang hidup terpencil dan hidup dalam taraf menvari makan, yang dianggap oleh saudara-saudaranya yang hidup dikota-kota sebagai rakyat yana terbelekang dan “PrimitiF”, memanfaatkan sumber daya alam disekitarnya dengan penuh bijaksana. Dalam tradisi kehidupan mereka tterkandung kebijakan ekologi (ecological wisdom), yang pada hakekatnya yang merupakan panduan perakti pelestarian alam. Apa yang kita pelajari di perguruan tingggi dan apa yang dikampanyekan untuk pelestarian sudah, sudah melekta pada tradisi mereka sejak lama. Kondisi seperti ini dapat dijumpai pada masyrakat Dayak Kenyah yang hidup di Sungia Long Barang (Kartawinata dkk1981). Kita perlu belajar dari mereka dan mungkin saja apa yang dipeajari ini dapat diterapkan pada masyarakat lain yang masih hidup untuk “hari ini”.

Hambatan lain adalah kekurangpahaman pejabat-pejabat pemerintah sendiri tentang pelestarian sumber daya ini. Sebagai missal dapat kita ambil kebun-kebun koleksi tumbuhan ekonomi(buah-buahan, industri, perkebunan, dsb) yang btelah dibina sejak sebulum prang dan yang berisi beranekaragam jenis yang varietas (jadi beranekaragam plasma nutfah) telah di bongkar dan dijadikan kompleks perumahan dan perkantoran. Dengan demikian banyak sekali jenis dan varietas yang hilang, padahal ini semua merupakan sumber genetika (genetic atock), sifat-sifat baik yang berguna untuk perbaikan tanaman yang telah dibudidayakan. Perusakan habitat yang meluas bertanggung jawah atas kepunaha berbagai jenis  organisme. Setiap jenies cepat atau lambat, secara alami akan punah juga. Tetapi peroses pemunahan secara alami ini berjalan lambat, yaitu dalam skala jutaan tahun. Interfensi manusia dalam kepunaha jenis muncul sejak manusia ini muncul untuk menghuni bumi. Tetapi sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu, kepunahan yang diakibatkan oleh interfensi manusia ini mulai meningkat dengan cepat, dan kehilangan jenis ini terjadi dalam skala yang sama bila kepunahan sebelumnya secara massal digabungkan (Myers, 1977) ini merupakan pemiskinan biologi dalam skala besar yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

Keadaan yang khusus mengenai kerusakan habitat dan kehilangan jenis-jenis terjadi dikawasan tropis. Ekosistem tropis, terutama hutan tropis basah mempunyai keanekaragaman dan kelimpahan jenis yang terbesar di muka bumi ini ; sekitar 50 ppersen dari semua jenis tubbuhan dan hewan terdapat didaerah tropis.

Hutan tropis basah belum  banyak dipahami seluk beluknya. Tetapi hutan ini sudah menjadi sasaran eksploatasi secara intensif dan pula ekstensif untuk berbagai macam keperluan seperti pertanian, produksi kayu, pemukiman, pertambangan, pembuatan jalan, dan kegiatan-kegiatan serupa. Pada saat ini kecepatan perusakan hutan tropis didunia ditaksir sekitar 56.000 km2/ pertahu. Diperkirakan bahwa perusahaan dan modifikasi berjalan sedemmikian rupa sehingga pada akhir abad keduapuluh ini hanya sedikit saja hhutan tropis basah yang tersisa yang berupa fragmen-fragmen yang terpencar dan mungkin juga dalam bentuk yang rusak pula. Bahkan jenis-jenis yang rusak pula.

Pada saat ini hutan tropis basah sudah menutup sebagian besar kawasan Amazon, Afrika Barat dan Asia tenggara. Hutan ini terdiri atas pohon-pohon tinggi yyang selalu hijau denngan tajuk-tajuknya yang lebat sehinga mengurangi banyak sekali cahtya yang sampi ketanah, yaitu hanya sekitar 10 perssen.

Kehadiran organisme-organisme lain, termasuk hewan dan tumbuhan, dan oleh  sifat-sifat kanopi hhutan (atap hutan yang tersusun oleh daratan tajjuk-tajuk pohon ) gangguan  terhadap kanopi ini merusak sisttem timbal balik yag ada dalam hutan dan dapat mengakibatkan terjddinya berbagai perubahan , bila gangguan ini cukup parah, hutan itu sendiri dapat berubah sama sekali.

Kegiatan manusia yang paling destruktif dan ekstensif pada saat ini adalah kegiatan pembalakan secara mekanis, jutaan hektar hutan tropis basah di Indonesia ini telah dibalak secara seletif dalam satu dasa wwarsa terseakhir ini. Dikatakan bahwa tebang pilih yang diterapkan dalam eksploatasi huttan alam dibuat atas dasar asas kelestarian, dengan hannya memanen pohon-pohon besar yang yang telah tua dan meninggalkan pohon-pohon muda untuk panen yang akan datang. Asumsi yang dipegang disini adalah bahwa dengan pohon-pohon besar yyang tinggi, maka kanopi hutan akan terbuka sebagian sehinggga memungkinkan cahaya matahari dapat mencapai bagian dalam hhutan lebih banyak lagi dan akan merangsang pertumbuhan pohon-pohon yang masih muda, lebih cepat. Tetapi sebenarnya asumsi ini dan juga asas-asas tebang pilih lain belum dibuktikan kebikan dan keburukan secara ekologi (Asthon, 1980). Dalam hhutan yang masih ntersisa pembalakan mekanis, hanya sekitar 50 persen saja pohon-pohon yang utuh dan ini merupakan cadangan untuk pemanenan yang akan datang ( Abdulhadi dkk, 1981). Nasip pohon-pohhon yang rusak ini tidak diketahui, karena praktis efek dari perusakan habitat ini terhadap pohon-pohon yang tersisa tidak diketahui pula dan juga sifat-sifat ekologi jenis-jenis pohon hutan tropis pada umumnya belum dipahami. Komposisi dari hutan-hutan yang sekarang banyak dieksploatasi itu belum diketahui pula. Bahkan jenis-jenis yang ditebang dan kemudian diekspor, banyak diantaranya secara ilmiah belum dikenal pula.

Dalam peraktik tebang pilih bahaya degradasi genetika. Praktik ini sebenarnya suatu proses pemilihan pohon-pohon yang terbaik untuk ditebang dan meninggalkan pohon-pohon yang kualitas enetikanya lebih rendah. Dengan demikian pohon-pohon yang dihasilkan dan tumbuh kemudian yang menjadi stock untuk penebangan selanjutnya tidak dapat dijamin akan mempunyai kualitas baik. Yang lebih gawat lagi adalah kehiangan jenis-jenis yang diakibatka oleh penebangan secara mekanis ini. Telah disebutkan bahwa dalam hutan sisa tebangan ini 50 persen rusak tidak diketahui nasibnya. Mengingat bahwa perbandingan ntara jumlah jenis dan jumlah pohon per jenis dihutan tropiis Indinesia ini rendah (keanekaragamannya tinggi), yaitu sekitar 1:3, dapat diperkirakan bahwa jumlah jenis pohon yang rusak dan kemudian akan rusak sekitar 30 persen dari pohon yang rusak. Angka ini cukup tinggi, dan ini baru jenis-jenis pohonnya saja, bila tumbuhan lain yang bukan pohon di perhitungkan, tentunya akan lebih besar lagi. Bagaian-bagian hutan yang telah rusak ini kemudian akan di invasi oleh jenis-jenis pioneer, termasuk tumbuhan pohon yang di rambatinya, pemulihan kembali bagian yang telah rusak ini berjalan sangat lambat.

Pada kenyataannya, keremajaan kembali hutan-hutan bekas tebangan ini di serahkan kepada alam saja, padahal di tempat-tempat bekas tebangan ini dalam waktu kurang lebih setengah abad belum ada tampak perubahan nyata yang mirip dengan hutan asli sebelum terjadi penebangan. Usaha peremajaan secara buatan dengan penanaman kembali di barengi dengan peralatannya belum banyak di lakukan. Suatu kenyataan yang tak dapat di pungkiri juga adalah percepatan tumbuhan kembali pohon-pohon dalam hutan sisa tebangan ini berjalan lebih lambat dari pada kecepatan rebahnya pohon sebagai pemotongan secara mekanis. Dengan demikian bila tidak ada usaha khusus untuk melestarikan hutan, kehilangan jenis-jenis akan berjalan terus sehingga potensi yang terkandung di dalamnya juga turut punah.

D.    Pelestarian Ekosistem  Darat

Menurut konsep mutakhir, pengertian pelestarian alam mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari pada konsep lama. Bukan saja alam yang harus di awetkan, tetapi juga sumber daya alam. Jadi usaha pelestarian alam harus di tekankan pada pelestarian system kehidupan secara menyeluruh atau ekosistem, dan usaha ini dapat di arahkan pada pengelolaan lingkungan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Ekosistem Darat yang harus segera di lestarikan

Di tinjau secara keseluruhan di antara ekosistem alami yang sedang terancam kerusakan dan bahkan kepunahan adalah tipe-tipe ekosistem di tanah rendah. Hutan hujan tanah rendah, terutama, sekarang merupakan ekosistem yang paling luas dan banyak di ganggu oleh kegiatan manusia melalui pengusahaan hutan, perladangan liar, dan usaha-usaha pertanian lainnya. Bukan mustahil bahwa dalam waktu yang tidak terlalu lama ini akan ada lagi hutan hujan tanah rendah yang masih asli, kecuali di beberapa suaka-suaka alam sekarang belum mewakili semua titik ekosistem. Oleh karena itu dalam usaha pelestarian, perioritas pertama di berikan pada daerah tanah rendah, terutama di bawah ketinggian 500 m (batas penebangan hutan sekarang) untuk luar jawa. Ini tidak berarti bahwa daerah pegunungan dapat di abaikan. Memang benar hutan yang vegetasi lain di daerah itu di lindungi untuk keperluan hidrologi, tetapi syarat-syarat yang tercakup di dalamnya belum tentu memenuhi syarat-syarat suaka alam. Dalam batas-batas tertentu, hutan lindung, untuk keperluan hidrologi misalnya, masih boleh di usahakan, sedangkan pengusahaan hutan dalam kawasan suaka alam tidak wajar.

Hutan Dipterocarpaceae dan hutan campuran di tanah rendah merupakan ekosistem yang arealnya paling luas, sehingga komponen flora dan fauna serta habitatnya sangat beraneka ragam.oleh karena itu dalam penunjukkan lokasi suaka alam, faktor keaneka ragaman flora, fauna, ekosistem dan penyebaran geografinya, harus di perhatikan. Sementara itu komunitas-komunita yang terdapat pada habitat yang khas, seperti komunitas pada formasi buatan kwarsa, punggung gunung, kawah, sumber air panas, formasi batu kapur, lafa, bukit pasir, rawa pegunungan, fumarol, dsb, hendaknya diperhatikan pula. Komunitas semacam itu mungkin merupakan kantong-kantong ditengah  komunitas lain yang arealnya luas atau mungkin juga terdapat secara terpisah atu terisolasi. Jenis-jenniis tumbuhan dan satwa yang terancam kepunahan seperti untuk tumbuhan jenis-jenis tunbuhan Livistona, Refflesia, dan Orania di Sumatra perlu mendapat perhatian, da dapat digolongkan dalam kelompok yang unik. Dalam hal ini meskipun jenis-jenisnya yang penting, habitatnyapun perlu dilindungi.

Sementara itu Van steenis (1971) mengemukakan bahwa vegetasi yang ada dalam keadaan bahaya dan memerlukan pelestarian segera adalah:

a.       Pantai pasir, hutan pantai dan hutan payau

Dalam vegetasi tidak terdapat jenis-jenis yang endemic dan sedikit saja jenis-jenis yang jarang, mengungat bahwa daerah pantai yang secara keseluruhan mencakup daerah yang luas selalu menjadi daerah yang paling dahulu dirusak manusia dan dijadikan tempat tinggal. Ekploatasi hutan yang praktek penebangan habis untuk berbagai maksud merupakan bahaya yang mengancam kepunahan hutan payau. Ekosistem hutan payau mengandung flora dan fauna yang menarik, sehingga penyisihan tegak-tegakan untuk dijadikan suaka alam perlu dilakukan

b.      Vegetasi rawa dan hutan rawa air tawar

Vegetasi ini secara resmi baru diiawetan dirawa danau ( Jawa Barat) dan mungkin juga terdapat di Sumatra selatan bagian timur seperti suaka alam Way Kambas dan Berbak, dan juga dikalimantan yaitu disuaka alam Sampit, Kota Waringin, dan kutai. Melalui pengeringan, kedua vegetasi ini mudah sekali dijadikan sawah, sehingga dengan sendirinya  kawasan vegetasi ini dapat cepat berkurang terutama dengan pertambahan  pnduduk yang sangat cepat.

c.       Hutan Gambut

Hutan ini merupakan ekosistem yang unik di daerah tropis dan berkembang denga baik. Di hutan ini banyak terdapat jenis-jenis, bahkan marga yang endemik. Tipe hutan ini mungkin di wakili suaka alam kota Waringin, Sampit, Kutai, Berbak, dan Wae Kambas. Engan penebangan yang tidak terkendali dan pengeringan, hutan ini menjadi rusak.

d.      Hutan Kerangas

Suatu tipe hutan yang khas dan terdapat pada tanah pasir podsol yang sangat miskin. Hutan kerangas mudah sekali di rusak dan bila telah rusak kemungkinan untuk di pulihkan kembali sangat kecil. Jenis-jenis marga yang terkandung di dalamnya banyak yang endemik, sehingga untuk melindungi dan mempertahankan keanekaragaman hutan ini areal yang luas dan banyak perlu di awetkan.

e.       Hutan Dipterocarpaceae Tanah Rendah

Hutan yang paling kaya dan paling terancam di antara tipe-tipe hutan/ekosistem yang ada karena pengusahaan dan perladangan liar. Komposisi jenis-jenis hutan ini sangat beranekaragam dari satu tempat ke tempat lain, dan untuk pelestariannya di perluka suaka alam atau taman nasional yang banyak.

f.       Vegetasi dan Hutan Musim

Vegetasi di daerah iklim musim mudah sekali terbakar pada musim kemarau dan tanahnya biasanya tanah subur sehingga vegetasi ini paling cepat mendapat gangguan dan telah banyak di ubah menjadi tanah pertanian. Pada sa’at ini hanya sedikit hutan musim klimaks yang masih tersisa hampir di setiap tempat hutan ini berubah menjdi belukar. Suaka alam atau taman nasional yang baru perlu didirikan sebagai tambahan untuk suaka margasatwa dan suaka alam yang ada dijawa timur dan nusa tenggara, yang juga memerlukan perlindungan dan pemeliharaan yang lebuh baik.

g.      Vegetasi dan Hutan Pegunungan

Sangat menguntungkan bahwa vegetasi dan hutan pegununga terdapat di Medan yang terjal dan sukar dicapai. Beberapa suaka alam sudah di Gn. Loser (Sumatera), Gn. Gede, Gn. Arjuno.dsb.

E.     Kelompok Ekosistem Darat

Ekosistem darat terdiri atas bermacam-macam bioma antara lain bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma tundar, bioma hutan lumut, bioma hutan mangrove, dan bioma sabana,

1.Gurun

Bioma gurun umumnya terdapat didaerah tropika dan berbatasan dengan padang rumput. Bioma gurun mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

Ø  Kecepatan evaporasi lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan presipitasi,

Ø  Pancaran sinar matahari sangat panas

Ø  Perbedaan suhu antara siang dan malam hari sangat tinggi. Suhu pada siang hari sangat tinggi dan dapat lebih dari 400 C, tetapi pada malam hari sangat rendah.

Ø  Curah hujan rendah sekitar 25 cm per tahun dan hujan turun secara tidak teratur.

Ø  Keadaan gersang dengan tanah yang tandus.

Ø  Kelembapan udara sangat rendah

Keadaan tumbuhan pada bioma gurun sebagai berikut:

Ø     tumbuhan semusim berbentuk kecil. Jika hujan, tumbuhan segera berbunga, berbuah , dan berbiji dengan cepat.

Ø     Tumbuhan menahun bersifat xerofit, berrdaun kecil, berduri, atau tidak berdaun kecil, berduri, atau tdak berdaun misalnya kaktus, dan belays lilin., berakar panjang, dan memiliki jaringan penyimpan air.

2.Padang Rumput

Bioma padang rumput terbentang dari daerah subtropis sampai kedaerah tropis. Bioma padang rrumput mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.

 

a)Curah hujan pada umumnya antara 25-50 cm per tahun, tetai hujan turun tidak teratur.

b)      Prositas (pori tanah) banyak, draenase cepat, dan tidak teratur sehingga tumbuhan sukar untuk mengambil air.

Keadaan tumbuhan pada bioma padang rumput adalah sebagai  berikut;

a)      Rumput setinggi 3 m, misalnya Bluestem dan Indian grasses.

b)      Rumput pendek, misalnya, Grama dan Buffalo grasses

3.Hutan Hujan Tropis/Hutan Basah (Tropical Rainforest)

Hutan hujan tropis trmasuk salah satu bioma yang iklimnya paling mantap. Daerah ini terdapat didaerah tropis dan subtropis yang banyak dijumpai di Amerika tengah, Afrika, Asia Tenggara, termasik Indonesia, dan Australia bagian Utara

Ciri- ciri bioma hutan hujan tropis sebagai berikut;

a)      Curah hujan tinggi (200-225 cm pper tahun) dan merata sepanjang tahun.

b)     Di dalam hutan keadaannya lembab dengan huhu sekitar 250 C

c)      Terdapat perubahan-perubahan iklim mikro (iklim setempat) yaitu iklim dilingkungan yang ada disekitar organisme.

d)     Matahari bersinar sepanjang tahun sehingga perubahan suhu dari waktu kewaktu hanya sedikit

e)      Vegetasi sangat lembab, dengan ketimggian pohon antara 20-40 m, tetapi beberapa jenis pohon berdau lebat membentuk suatu tudung atau kanopi yang menyebabkan hutan menjadi gelap.

Adappun keadaan tumbuhan pada hutan  hujan tropis

a)      Jenis tumbuhan sangat beragam.

b)      Tumbuhan yyang khas yaitu Liana dan epiifit (Anggrek).

4.Hutan Gugur

Hutan gugur terdapat diiklim sedang dan mempunyai empat musim, yaitu musim dingin, panas , gugur, dan semi.

Ciri-ciri hutan gugur antara lain sebagai berikut

a)      Curah hujan meratasepanjang hutan  yaitu antara 75-100 cm meter

b)      Pohon yang dominan adalah pohon yang berdaun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim dingin, tinggi pohon dapat mencapai 30-40 meter

Hutan gugur iklim sedang ini terdapat luas di Amerika serikat, Eropa, Asia Timur, dan secara lokal terdapat di Chili dan dipegunungan Amerika Tengah.

Adapun keadaan tumbuhan pada bioma htan gugur adalah sebagai berikut

a)      terdapat pohon maple (Aler campester) dan oak (Quercus).

b)      Di jumpai hewan- hewan seperti rusa, beruang, rakun, rubah, bajing, damn pelatuk.

5.Taiga (Subartic-Subalpine Needle-Leaved Forests)

Bioma taiga terbesar tedapat di bagian utara Amerika Utara, Eropa, dan Asia yang terbentang ke selatan di gunung-gunung yang tinggi. Bioma tiaga mempunyai ciri sebagai berikut;

a)      Suhu pada musim dingin sangat rendah, dengan genangan air menjadi beku dan terjadi hujan salju

b)      Pada musi panas pertumbuhan tanaman berlangsung antara 3-6 bulan

Keadaan tumbuhan pada bioma taiga adalah sebagai berikut;

a)      Pohon yang hidup di taiga adalah konifer, misalnya spruce (picea sp), alder (Alnus sp), birch (Betula sp), dan juniper (Juniperus sp)

b)      Hewan khas bimoma tiaga adalah moose, beruang hitam, ajak dll

6.Tundar (Elfi Woodland)

Bioma tundar ini terdapat disekitar kutub dari belahan bumi utara dengan ketinggian diatas sekitar 2.500 meter

Ciri-ciri bioma tundar sebagai berikut

a)      Pada musim panas yang panjang keadaannya terang terus-menerus, sedang pada musim dingin yang panjang keadaannya terus- menerus.

b)      Perubahan dari musim panas kemusim dingin terjadi secara cepat. Genangan-genangan membeku dan genangan yang dangkal membeku sampai kedasarnya

c)      Tumbuhan semusim masa pertumbuhannya sangat pendek. Dan berbunga serempak dengan dengan warna yang mencolok. Pada musim dingin tumbuhan itu dalam keadaan dorman.

7.Hutan Lumut

Bioma hutan lumut banyak terdapat di lereng gunung atau pegunungan yang terletak pada ketinggian yang diatas batas kondensasi uap air. Di sebut hutan lumut karna pada vegetasi dominan yang menutupi daratan adalah tumbuhan lumut. Lumut tersebut tidak hanya menutupi permukaan tanah dan berbatuan saja, tapi juga menutupi batang-batang pohon, ranting, dan daun.

8.Hutan Mangrove

Hutn mangrove banyak ditemukan disepanjang pantai yang landai didaerah tropik maupun subtropik.

Ciri-ciri hutuan Mangrove sebagai berikut:

a)      Kadar garam (salinitas) air dan tanahnya tinggi

b)      Kadar oksigen pada tanah dan airnya rendah dasar perairan berupa lumpur

c)      Tumbuhan yang paling banyak dijumpai adalah bangsa bakau yang meliputi Rhizopoda sp, Bruguiera sp, dan ceriops sp, selain itu, terdapat pula tumbuhan lain misalnya avicennia sp, Oncosperma filamentosum, dan Nipa bfruticans.tumbuhan bangsa bakau memiliki ciri daun tebal, kaku, dan berlapis kutikula yang tebal. Lapisan ini berpungsi untuk mencegah terjadinya penguapan air melalui daun secara berlebhan. Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang labil dan berlumpur. Tumbuhan bakau mempunyai akar-akar yang banyak, rapat, dan kuat. Sementara itu, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berkadar oksigen rendah, tumbuhan bakau mempunyai akar napas yang berfungsi untuk menghisap oksigen langsung dari udara. Selain itu, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang laut.

d)     Di indonesia hutan bakau banyak dijumpai di sepanjang pantai timur sumatra, pantai selatan atau timur kalimantan.

9.Sabana/  savana

Sabana dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sebagai berikut.

a)      Sabana murni, bila pohon yang menyusunnya hanya terdiri dari satu jenis tumbuhan.

b)      Sabana campuran, bila pohon yang menyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis pohon

Sabana banyak ditemukan di daerah tropik dan subtropik yang curah hujannya rendah. Banyak pra pakar berpendapat bahwa sabana berasal dari hutan yang rusak. Dalam suksesi berikutnya, terbentuk padang alang-alang yang gagal menjadi hutan lagi karena dondisi lingkungan yang tidak mendukung sehingga hanya jenis pohon tertentu yang berasal dari sebagian relik hutan sebelumnya yang dapat tumbuh di padang alang-alang. Oleh karna kuantitas vegetasinya cukup tinggi, sabana banyak dihuni fauna besar seperti kijang, zebra, singa, dan macan tutul.

 

    

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Ekosietem darat didefinisikan sebagai suatu system hubungan tiimbal balik antara mahluk dan lingkungannya. sedangkan ekosistem darat terdiri dari bermacam-macam bioma antara lain  bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma tundar, bioma hutan lumut, bioma hutan mangrove, dan bioma sabana. Setiap bioma mempunyai komponen biotik yang bebeda dengan bioma lainnya. Misalnya di bioma gurun banyak terdapat tumbuhan kaktus yang tidak terdapat di bioma padang rumput. Ini berarti setiap bioma mempunyai suatu jenis vegetasi yang mendominasi bioma tersebut.

B. Saran

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan yang perlu di sempurnakan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya khususnya dosen pengampu mata kulyah Ekologi tumbuhan. Dan penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

 



Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Entri Populer

Negara PengunjuNg

free counters
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rizal Suhardi Eksakta * - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger