BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekositem
darat didefinisikan sebagai suatu system hubungan tiimbal balik antara mahluk
dan lingkungannya. Sebagai benda nyata ekosistem dapat diterapkan pada berbagai
derajat organisasi mahluk dan lingkungannya mulai dari biakan jamur, kolam
kecil, padang rumput, hutan sampai kepada pelanet bumi secara keseluruhan. Bioma
ini juga dapat disebut sebuah ekosistem yang merupakan unit komunittas terbesar
yang mudah dikenal dan terdiri atas formasi vegetasi dan hewan serta mahluk
lainnya, baik yang sudah mencapai fase klimaks maupun yang masih dalam fase
perkembangannya. Penyebaran geografi tumbuhan khususnya dikepulauan Indonesia
secara keseluruhan ditentukan oleh factor geologi yaitu adanya paparan sunda
dibagian barat dan paparan sahul dibagian timur yang berbeda sehingga dapat
ditarik garis pemisah diantaranya. Banyak jenis-jenis yang kisaran ekologinya sama
tetapi banyak pula yang berbeda. Jenis-jenis tertentu mempunyai kisaran
penyebaran yang luas dan menduduki berbagai macam habitat, dan seirama dengan
itu pula jenis semacam ini biasanya mepunyai variasibilitas genetika yang
tinggi Adapun kelopmpok ekosistem darat antara lain : Gurun, padang rumput,
hutan hujan tropis/ hutan basah, hutan guggur, taiga, tundar, hutan lumut,
hutan mangrove, sabana. Setiap bioma mempunyai komponen biotik yang berbeda
dengan bioma lainnya, misalnya di bioma gurun banyak terdapat tumbuhan kaktus
yang tidak terdapat di bioma padang rumput. Sumber daya hayati merupakan sumber
daya alam yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dalam arti
kata lain sumber daya ini dapat dipanen berulangakali. Tetapi bila pemanenan ini
tidak mempertimbangkan segi kelestariannya maka sumber daya ini akan menjadi
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
B.
Rumusa Masalah
- Tipe-tipe ekosistem darat di Indonesia
- Keanekaragaman dan pemanfaatan sumber daya
hayati darat Indonesia
- Plestarian smber daya hayati darat
- Pelestarian ekosistem darat
- Kelompok ekosistem
darat
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui
tipe-tipe Ekosistem darat di indonesia
2. Untuk memahami
keanekaragaman dan pemamanfaat sumber
daya hayati darat indonesia.
3. Untuk mengetahui
bagaimana cara melestarikan sumber daya hayati darat
4. Untuk mengetahui
pelestarian ekosistem darat
5. Mengetahui kelompok
ekosistem darat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tipe-tipe Ekosistem
Darat Di Indonesia
Ekosietem
darat didefinisikan sebagai suatu system hubungan tiimbal balik antara mahluk
dan lingkungannya. Sebagai benda nyata ekosistem dapat diterapkan pada berbagai
derajat organisasi mahluk dan lingkungannya mulai dari biakan jamur, kolam
kecil, padang rumput, hutan sampai kepada pelanet bumi secara keseluruhan.
Masing-masing dapat disebut ekosistem. Demikian juga iklim Regional, yang
berhubungan timbale balik dengan substrat dan biota regional membentuk unit-unit
komunitas yang luas dan mudah dikenal, yang masing-masing dapat disebut Biom
(Odum, 1966) atau formasi biota.
Bioma
ini juga dapat disebut sebuah ekosistem yang merupakan unit komunittas terbesar
yang mudah dikenal dan terdiri atas formasi vegetasi dan hewan serta mahluk
lainnya, baik yang sudah mencapai fase klimaks maupun yang masih dalam fase
perkembangannya.
B. Keanekaragaman Dan
Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Darat Indonesia
Keanekaragaman
sumber hayati indonesa termasuk dalam golongan tertinggi didunia, jauh lebih
tinggi dari pada Amerika dan Affrika tropis, apalagi bila dibandingkan dengan
deareh beriklim sedang dan dingin.
Jenis
tumbuh-tumbuhan secara keseluruhan ditaksir sebanyak 25000jenis atau lebih dari
10 persen dari flora dunia. Lumut dan ganggang ditaksiir jumlahnya 25000 jenis.
Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau
jenis yang hanya terdapat diindonesia saaja dan tidak terdapat di Indonesia
saja dan tidak terdapat ditempat lain didunia. Jumlah marga yang endemik di
Indinesia ada 202 dan 59 diantaranya
terdapat diklimantan dan Negara tetangga disebelahnya. Dari semua suku tumbuhan
yang ada, suku anggrek (orchidaceae) adalah suku yang terbesar dan
ditaksir mempunyai nilai suku dipterocarpaciae (meranti-merantian), Laguminociae
(kacang-kacangan) dan Mirtaciae (jambu-jambuan).
Dari
sekian banyak jenis-jenis tumbuhan tersebut diatas sebagian besar terdapat
dikawasan hutan tropis basah, terutama hutan primer, yang menutup sebagian
besar daratan (63 %) bumi Indonesia. Hutan ini mempunyai struktur yang
kompleks, yang menciptakan lingkungan sedemikian rupa sehingga memuungkinkan
beranekaragam jenis dapat tumbuh didalamnya. Keanekaragaman tinggi dalam hutan
tropis basah ini dapat dilukiskan dengan keaddaan hutan primer pegunungan di
Cibodas . pada ketinggian 1500 m, dalam satu hektar terdapat sebanyak 333 jenis
ttumbuhan berbunga dan paku-pakuan diantaranya adalah 73 jenis pohon dengan
kerapatan sebanyak 233 pohon per hektara. Dihuutan darat tanah rendah seperti
dikalimanntan yang keadaan lingkungannya opyimum untuk pertumbuhan pohon, flora
pohon (dengan diameter < 10 cm) lebih banyak dari pada
dipegunungan, jumlah jenis berkisar antara 150 dan 200 per hektar dengan
kerapatan 300-700 pohon perhektar. Volume kayu yang bernilai nniaga dalam hutan
seperti dikalimantan ini ditaksir sebanyak 40-400 m3 per hektar.
Keanekaragaman ini akan berkurang bila keadaan lingkungan menjadi lebih ekstrim
misalnya keadaan tanah menjadi lebih miskin, iklim menjadi lebih kering dan
suhhu menjadi lebih rendah.
Penyebaran
geografi tumbuhan dikepulauan Indonesia secara keselurruhan ditentukan oleh
factor geologi yaitu adanya paparan sunda dibagian barat dan paparan sahul
dibagian timur yang berbeda sehingga dapat ditarik garis pemisah diantaranya.
Dalam masing-masing paparan keadaan
flora mempunyai banyak persamaan misalnya persamaan flora antara Kalimantan dan
Sumatra dapat mencapia 90 %. Selanjutnya variasi flora lingkunga setempat dan inii tercerminkan oleh berbagai tipe
vegetasi yang terdapat dipaparan tersebut.
Banyak
jenis-jenis yang kisaran ekologinya sama tetapi banyak pula yang berbeda.
Jenis-jenis tertentu mempunyai kisaran penyebaran yang luas dan menduduki
berbagai macam habitat, dan seirama dengan itu pula jenis semacam ini biasanya
mepunyai variasibilitas genetika yang tinggi. Sebagai missal pdapat diambil
jenis Pometia pinnata (motea) yang terdapat diseluruh keplauan
Indonesia, tetap paling banyak dibagian timur, seperti di Irian jaya, dan tumbuh diberbagai habitat, sedangkan
dibagian barat tidak berapa banyak dan
penyebaran serta tumbuhnya terbatas pada hutan-hutan dipinggir sungai
(Whitmore, 1975). Jenis ini mempunyai variabilitas morfologi yang besar, dan
diperkirakan variabilitas tempat tumbuh. Jenis-jenis lain seperti Artocarpus
(seksi Duricarpus) dan berbagai jenis rotan penyebarannya hanya tebatas
dikawasan Indonesia bagian barat. Suku meranti-merantian (Dipterocarpaceae)
yang mengandung sebanyak 335 jenis, yang semuanya berupa pohon, sebagai marga
dan jenis-jenisnya tumbuh dalam kawasan yang sama yaitu paparan sunda. Disini
jenis-jenis Dipterocarpaceae memegang peran yang penting baik ditinjau
dari segi ekologi maupun dari segi ekonomi, karena jenis-jenis ini merupakan
komponnen utama hutan-hutan primer di Kalimantan dan Sumatra.
Dibagian
timur paparan Dipterocarpaceae kurang penting dan seluruhnya hanya
terdapat 26 jenis saja (Ashton, 1928). Karena nilai niaga jenis-jenis Depterocarpaceae
sangat tinggi, maka sebagai akibat pemusatan penyebar dibagian barat telah
terjadi eksplosi penebangan pohon-pohon jenis ini dikawasan yang sama dan telah
memberikan keuntungan kurang lebih 59 persen dari seluruh hasil kayu Indonesia.
Jenis-jenis
hewan dan tumbuhan yang sudah diketahui identitasnya ddiperkkirakan berjumlah
kurang dari 50 persen dadri jumlah keseluruan tersebut diatas. Mengenai
jenis-jenis mikroba gambarannya lebih gelap lagi mengingat bahwa inventarisasi
dan penelitian dalam bidang ini dimasa lampau kurang sekali. Inventarisasi
flora dan fauna yang relatip agak lengkap baru untuk pulau Jawa dan Madura,
sedangkan untuk pulau-pulau lainnya data yang ada masih terlalu sedikit sebagai
akibat dari intensitan inventarisasi dan eksplorasi biota yang telah dilakukan
masih rendah.
Untuk
menggali dan kemudian memanfaatkan kekayan suber daya nabati dan hewani. Usaha
eksplorasi dan inventarisasi masih sangat diperlukan dan harus diintensifkan,
apalaggi bila mengingat bahwa kini
kawasan yang belum diketahui isi sumber daya hayatinya terancam
kerusakan dan bahkan kemusnaha jenis-jenis
yang terkandng didalamnya sebagai akibat dari usaha penafaatan yang
sangat intensif berupa penngusahaan jenis-jenis kayu alam.
C.
Plestarian Smber Daya Hayati Darat
Sumber daya hayati merupakan sumber daya alam
yang merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dalam arti kata lain
sumber daya ini dapat dipanen berulangakali. Tetapi bila pemanenan ini tidak mempertimbangkan segi kelestariannya maka
sumber daya ini akan menjadi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Masalah
tersebut diatas terjadi saat ini pada sumber daya hayati yang telah diketahui
kegunaannya dan telah banyak dimanfaatkan tetapi belum dibudidayakan. Bahan
mentah obat-obatan tradisonal misalnya masih diambil dari duri tumbuh-tumbuhan
yang hidup dihutan-hutan atau dalam ekosistem lain yang alam.
Bukan
suatu khayalan bahwa banyak diantara sumber daya hayati yang menjadi langka akhir-akhir
ini. Kelangkaan ini bukan saja terjadi pada jenis-jenis yang varietas-varietas
yang telah dibudidayakan, misalnya
buah-buahan. Dalam hal tanaman budidaya ini, pemekaran kota didaerah pedesaan,
seperti yang kita kenal penuh dengan beraneka jenis tumbuhan bermanfaat yang
ditanan dipekarangan tradisinal menjadi pekarangan model kota, kecendrungan
orang untuk melupakan berbagai jenis
tanamaan ynag nilai ekonominya kecil dan lebih mengutamakan tumbuhan budidaya varietas unggul yang bernlai niaga tinggi.
Dengan kecendrungan orang utuk mengubah ekosistem buatan yang telah mapan
seperti pekarangan tradisional, serta pemanenan sumber daya hayati yang
berlebihan (Over-exploitation) yang meningkat, maka jumlah sumber daya hayati
ynag menjadi langka aka semakin besar.
Urogensi
pelestarian dapat ditinjau dari segi lain. Didunia internasional, Indonesia
diakui sebagai salah satu pusat keanekaragaman berbagai jenis tanaman pangan,
sebagai missal dapat kita ambil contoh berikut. Sehari-hari kita hanya mengenal
sattu jenis durian yaitu Durio Zhibetinus. Jenis-jenis durian
diseluruhnya banyak (± 25 jenis), diantaranya ada yang dapat dimakan yaitu
durian biasa yang telah dibudidayakan dan yang setengah dibudidayakan. Sebagian
besar terdapat dikalimantan yang merupakan pusat pennyebarannya. Sama halnyya
dengan jenis-jenis gadung (Discores spp), jenis-jenis tebu (Sacharum
spp), serat jenis-jenis lainnya berpusat di Indonesia, ini berarti bahwa
Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang kaya akan sifat-sifat yang
beranekaragam dan dapat dipilihan untuk pemuliaan dan penakaran. Sifat-sifat
tersebut terkandung dalam tumbuhan yang masih hidup liar dan setengah liar dan
yang masih berkerabat dengan tumbuuhan yang sudah dibudidayakan. Tumbuhan ini
mempunyyai potensi yang perlu diuji dalam kaitannya dengan sifat-sifat yang
baik dan ungggul misalnya kekebalan terhadap kekeringan, produksi tinggi, dan
kandungan protein dan karbohidrat tingg. Sebagai contoh unuk pengembangan
varietas padi unggul dan kebal terhadap wereng telah dipakai sifat-sifat yang
tersimpan dalam jenis-jenis padi yang tumbuh liar. Potensi ini belum diuji
secara sistematik karma dalam pengujian ini diperlukan waktu dan program untuk
pemuliaan yang jelas. Semetara itu eksistensi jenis-jenis tersebut terancam
kepunahan karena orang menganggapnya kurang bermanfaat, dan kegiatan-kegiatan
manusia yang emakin meningkat dapat dapat mebawa jenis-jenis tesebut dapat
membawa jenis-jenis tersebut keambanh
kepunahan sering tidak disadari.
Program
pengumpulan, pengujian sifat-sifat dan plestarian jenis –jens yang terrgabung
dalam kelompok nhuah-buahan, kacang-kacangan, umbi-umbian dan tanamat hias
Indonesia telah dimulai oleh Lembaga Biologi Nasional –LIPI sejak pelita I.
hsilnya memang belum banyak, tetapi usaha ini telah menarik perhatian
lembaga-lembaga, baik nasional maupun internasional seperti FAO. Suatu
kenyataan juga bahwa pada saat ini banyak lembaga-lembaga penelitian dan
badan-badan internasional yang telah memulai uusaha yang serupa. Program
seanjutnya dari usaha pelestarian sumber daya genetika ini ialah pembentukan
Komite Nasianal Plestarian Plasma Nutfah Indonesia oleh manteri pertanian pada
1976.
Hasil
usaha-usaha pelestarian sampai saat ini sudah nyata meskipun masih jauh dari
pada yang diharapkan. Salah satu faktor
yang menghambat adalah bahwa rakyat Indonesia secara keseluruhan baik
yang terdidik maupun yang tida, rakyat biasa maupun pemimpinnya, belum
menyadari secara penuh arti dari pelestarian sumber daya alam ini. Meskipun
demikian titik-titik kecerahan sudah Nampak, sepertti sudah dapat kita rasakan
bahwa perhatian dan pemahaman tentang soal pelestarian dalam beberapa tahun
terakhir ini meningkat. Untuk rakyat kecil yang yang masih dalam taraf menccari makan untuk “hari ini”,
masalah pelestarian masih dilema, jangankan untuk memikirkan plestarian sumber
daya masa depan untuk makan “hari esok”
saja sudah merupakan masalah. Mungkin saja masalah pelestarian ini dapat
dipahami mereka tetapi kenyataan yang harus dihadapi setiap hari tidak memberi
peluang untuk berbuat lain kecualii memanfaatkan sumber daya tersebut.
Sementara iti ada juga rakyt kecil yang hidup terpencil dan hidup dalam taraf
menvari makan, yang dianggap oleh saudara-saudaranya yang hidup dikota-kota
sebagai rakyat yana terbelekang dan “PrimitiF”, memanfaatkan sumber daya alam
disekitarnya dengan penuh bijaksana. Dalam tradisi kehidupan mereka tterkandung
kebijakan ekologi (ecological wisdom), yang pada hakekatnya yang
merupakan panduan perakti pelestarian alam. Apa yang kita pelajari di perguruan
tingggi dan apa yang dikampanyekan untuk pelestarian sudah, sudah melekta pada
tradisi mereka sejak lama. Kondisi seperti ini dapat dijumpai pada masyrakat
Dayak Kenyah yang hidup di Sungia Long Barang (Kartawinata dkk1981). Kita perlu
belajar dari mereka dan mungkin saja apa yang dipeajari ini dapat diterapkan
pada masyarakat lain yang masih hidup untuk “hari ini”.
Hambatan
lain adalah kekurangpahaman pejabat-pejabat pemerintah sendiri tentang
pelestarian sumber daya ini. Sebagai missal dapat kita ambil kebun-kebun
koleksi tumbuhan ekonomi(buah-buahan, industri, perkebunan, dsb) yang btelah
dibina sejak sebulum prang dan yang berisi beranekaragam jenis yang varietas
(jadi beranekaragam plasma nutfah) telah di bongkar dan dijadikan kompleks
perumahan dan perkantoran. Dengan demikian banyak sekali jenis dan varietas
yang hilang, padahal ini semua merupakan sumber genetika (genetic atock),
sifat-sifat baik yang berguna untuk perbaikan tanaman yang telah dibudidayakan.
Perusakan habitat yang meluas bertanggung jawah atas kepunaha berbagai
jenis organisme. Setiap jenies cepat
atau lambat, secara alami akan punah juga. Tetapi peroses pemunahan secara
alami ini berjalan lambat, yaitu dalam skala jutaan tahun. Interfensi manusia
dalam kepunaha jenis muncul sejak manusia ini muncul untuk menghuni bumi.
Tetapi sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu, kepunahan yang diakibatkan oleh
interfensi manusia ini mulai meningkat dengan cepat, dan kehilangan jenis ini
terjadi dalam skala yang sama bila kepunahan sebelumnya secara massal
digabungkan (Myers, 1977) ini merupakan pemiskinan biologi dalam skala besar
yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Keadaan
yang khusus mengenai kerusakan habitat dan kehilangan jenis-jenis terjadi
dikawasan tropis. Ekosistem tropis, terutama hutan tropis basah mempunyai
keanekaragaman dan kelimpahan jenis yang terbesar di muka bumi ini ; sekitar 50
ppersen dari semua jenis tubbuhan dan hewan terdapat didaerah tropis.
Hutan
tropis basah belum banyak dipahami seluk
beluknya. Tetapi hutan ini sudah menjadi sasaran eksploatasi secara intensif
dan pula ekstensif untuk berbagai macam keperluan seperti pertanian, produksi
kayu, pemukiman, pertambangan, pembuatan jalan, dan kegiatan-kegiatan serupa.
Pada saat ini kecepatan perusakan hutan tropis didunia ditaksir sekitar 56.000
km2/ pertahu. Diperkirakan bahwa perusahaan dan modifikasi berjalan
sedemmikian rupa sehingga pada akhir abad keduapuluh ini hanya sedikit saja
hhutan tropis basah yang tersisa yang berupa fragmen-fragmen yang terpencar dan
mungkin juga dalam bentuk yang rusak pula. Bahkan jenis-jenis yang rusak pula.
Pada
saat ini hutan tropis basah sudah menutup sebagian besar kawasan Amazon, Afrika
Barat dan Asia tenggara. Hutan ini terdiri atas pohon-pohon tinggi yyang selalu
hijau denngan tajuk-tajuknya yang lebat sehinga mengurangi banyak sekali cahtya
yang sampi ketanah, yaitu hanya sekitar 10 perssen.
Kehadiran
organisme-organisme lain, termasuk hewan dan tumbuhan, dan oleh sifat-sifat kanopi hhutan (atap hutan yang
tersusun oleh daratan tajjuk-tajuk pohon ) gangguan terhadap kanopi ini merusak sisttem timbal balik
yag ada dalam hutan dan dapat mengakibatkan terjddinya berbagai perubahan ,
bila gangguan ini cukup parah, hutan itu sendiri dapat berubah sama sekali.
Kegiatan
manusia yang paling destruktif dan ekstensif pada saat ini adalah kegiatan
pembalakan secara mekanis, jutaan hektar hutan tropis basah di Indonesia ini
telah dibalak secara seletif dalam satu dasa wwarsa terseakhir ini. Dikatakan
bahwa tebang pilih yang diterapkan dalam eksploatasi huttan alam dibuat atas
dasar asas kelestarian, dengan hannya memanen pohon-pohon besar yang yang telah
tua dan meninggalkan pohon-pohon muda untuk panen yang akan datang. Asumsi yang
dipegang disini adalah bahwa dengan pohon-pohon besar yyang tinggi, maka kanopi
hutan akan terbuka sebagian sehinggga memungkinkan cahaya matahari dapat
mencapai bagian dalam hhutan lebih banyak lagi dan akan merangsang pertumbuhan
pohon-pohon yang masih muda, lebih cepat. Tetapi sebenarnya asumsi ini dan juga
asas-asas tebang pilih lain belum dibuktikan kebikan dan keburukan secara ekologi
(Asthon, 1980). Dalam hhutan yang masih ntersisa pembalakan mekanis, hanya
sekitar 50 persen saja pohon-pohon yang utuh dan ini merupakan cadangan untuk
pemanenan yang akan datang ( Abdulhadi dkk, 1981). Nasip pohon-pohhon yang
rusak ini tidak diketahui, karena praktis efek dari perusakan habitat ini
terhadap pohon-pohon yang tersisa tidak diketahui pula dan juga sifat-sifat
ekologi jenis-jenis pohon hutan tropis pada umumnya belum dipahami. Komposisi
dari hutan-hutan yang sekarang banyak dieksploatasi itu belum diketahui pula.
Bahkan jenis-jenis yang ditebang dan kemudian diekspor, banyak diantaranya
secara ilmiah belum dikenal pula.
Dalam
peraktik tebang pilih bahaya degradasi genetika. Praktik ini sebenarnya suatu
proses pemilihan pohon-pohon yang terbaik untuk ditebang dan meninggalkan
pohon-pohon yang kualitas enetikanya lebih rendah. Dengan demikian pohon-pohon
yang dihasilkan dan tumbuh kemudian yang menjadi stock untuk penebangan
selanjutnya tidak dapat dijamin akan mempunyai kualitas baik. Yang lebih gawat
lagi adalah kehiangan jenis-jenis yang diakibatka oleh penebangan secara
mekanis ini. Telah disebutkan bahwa dalam hutan sisa tebangan ini 50 persen
rusak tidak diketahui nasibnya. Mengingat bahwa perbandingan ntara jumlah jenis
dan jumlah pohon per jenis dihutan tropiis Indinesia ini rendah
(keanekaragamannya tinggi), yaitu sekitar 1:3, dapat diperkirakan bahwa jumlah
jenis pohon yang rusak dan kemudian akan rusak sekitar 30 persen dari pohon
yang rusak. Angka ini cukup tinggi, dan ini baru jenis-jenis pohonnya saja,
bila tumbuhan lain yang bukan pohon di perhitungkan, tentunya akan lebih besar
lagi. Bagaian-bagian hutan yang telah rusak ini kemudian akan di invasi oleh
jenis-jenis pioneer, termasuk tumbuhan pohon yang di rambatinya, pemulihan
kembali bagian yang telah rusak ini berjalan sangat lambat.
Pada
kenyataannya, keremajaan kembali hutan-hutan bekas tebangan ini di serahkan
kepada alam saja, padahal di tempat-tempat bekas tebangan ini dalam waktu
kurang lebih setengah abad belum ada tampak perubahan nyata yang mirip dengan
hutan asli sebelum terjadi penebangan. Usaha peremajaan secara buatan dengan
penanaman kembali di barengi dengan peralatannya belum banyak di lakukan. Suatu
kenyataan yang tak dapat di pungkiri juga adalah percepatan tumbuhan kembali
pohon-pohon dalam hutan sisa tebangan ini berjalan lebih lambat dari pada
kecepatan rebahnya pohon sebagai pemotongan secara mekanis. Dengan demikian
bila tidak ada usaha khusus untuk melestarikan hutan, kehilangan jenis-jenis
akan berjalan terus sehingga potensi yang terkandung di dalamnya juga turut
punah.
D.
Pelestarian Ekosistem Darat
Menurut
konsep mutakhir, pengertian pelestarian alam mempunyai ruang lingkup yang lebih
luas dari pada konsep lama. Bukan saja alam yang harus di awetkan, tetapi juga
sumber daya alam. Jadi usaha pelestarian alam harus di tekankan pada
pelestarian system kehidupan secara menyeluruh atau ekosistem, dan usaha ini
dapat di arahkan pada pengelolaan lingkungan yang lebih baik untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia.
Ekosistem
Darat yang harus segera di lestarikan
Di
tinjau secara keseluruhan di antara ekosistem alami yang sedang terancam
kerusakan dan bahkan kepunahan adalah tipe-tipe ekosistem di tanah rendah.
Hutan hujan tanah rendah, terutama, sekarang merupakan ekosistem yang paling
luas dan banyak di ganggu oleh kegiatan manusia melalui pengusahaan hutan,
perladangan liar, dan usaha-usaha pertanian lainnya. Bukan mustahil bahwa dalam
waktu yang tidak terlalu lama ini akan ada lagi hutan hujan tanah rendah yang
masih asli, kecuali di beberapa suaka-suaka alam sekarang belum mewakili semua
titik ekosistem. Oleh karena itu dalam usaha pelestarian, perioritas pertama di
berikan pada daerah tanah rendah, terutama di bawah ketinggian 500 m (batas
penebangan hutan sekarang) untuk luar jawa. Ini tidak berarti bahwa daerah
pegunungan dapat di abaikan. Memang benar hutan yang vegetasi lain di daerah
itu di lindungi untuk keperluan hidrologi, tetapi syarat-syarat yang tercakup
di dalamnya belum tentu memenuhi syarat-syarat suaka alam. Dalam batas-batas
tertentu, hutan lindung, untuk keperluan hidrologi misalnya, masih boleh di
usahakan, sedangkan pengusahaan hutan dalam kawasan suaka alam tidak wajar.
Hutan
Dipterocarpaceae dan hutan campuran di tanah rendah merupakan ekosistem
yang arealnya paling luas, sehingga komponen flora dan fauna serta habitatnya
sangat beraneka ragam.oleh karena itu dalam penunjukkan lokasi suaka alam,
faktor keaneka ragaman flora, fauna, ekosistem dan penyebaran geografinya,
harus di perhatikan. Sementara itu komunitas-komunita yang terdapat pada
habitat yang khas, seperti komunitas pada formasi buatan kwarsa, punggung
gunung, kawah, sumber air panas, formasi batu kapur, lafa, bukit pasir, rawa pegunungan,
fumarol, dsb, hendaknya diperhatikan pula. Komunitas semacam itu mungkin
merupakan kantong-kantong ditengah
komunitas lain yang arealnya luas atau mungkin juga terdapat secara
terpisah atu terisolasi. Jenis-jenniis tumbuhan dan satwa yang terancam
kepunahan seperti untuk tumbuhan jenis-jenis tunbuhan Livistona, Refflesia, dan
Orania di Sumatra perlu mendapat perhatian, da dapat digolongkan dalam
kelompok yang unik. Dalam hal ini meskipun jenis-jenisnya yang penting,
habitatnyapun perlu dilindungi.
Sementara
itu Van steenis (1971) mengemukakan bahwa vegetasi yang ada dalam keadaan
bahaya dan memerlukan pelestarian segera adalah:
a. Pantai pasir, hutan
pantai dan hutan payau
Dalam
vegetasi tidak terdapat jenis-jenis yang endemic dan sedikit saja jenis-jenis
yang jarang, mengungat bahwa daerah pantai yang secara keseluruhan mencakup
daerah yang luas selalu menjadi daerah yang paling dahulu dirusak manusia dan
dijadikan tempat tinggal. Ekploatasi hutan yang praktek penebangan habis untuk
berbagai maksud merupakan bahaya yang mengancam kepunahan hutan payau.
Ekosistem hutan payau mengandung flora dan fauna yang menarik, sehingga
penyisihan tegak-tegakan untuk dijadikan suaka alam perlu dilakukan
b.
Vegetasi rawa dan hutan rawa air
tawar
Vegetasi ini secara resmi baru diiawetan
dirawa danau ( Jawa Barat) dan mungkin juga terdapat di Sumatra selatan bagian
timur seperti suaka alam Way Kambas dan Berbak, dan juga dikalimantan yaitu
disuaka alam Sampit, Kota Waringin, dan kutai. Melalui pengeringan, kedua vegetasi
ini mudah sekali dijadikan sawah, sehingga dengan sendirinya kawasan vegetasi ini dapat cepat berkurang
terutama dengan pertambahan pnduduk yang
sangat cepat.
c.
Hutan Gambut
Hutan
ini merupakan ekosistem yang unik di daerah tropis dan berkembang denga baik.
Di hutan ini banyak terdapat jenis-jenis, bahkan marga yang endemik. Tipe hutan
ini mungkin di wakili suaka alam kota Waringin, Sampit, Kutai, Berbak, dan Wae Kambas.
Engan penebangan yang tidak terkendali dan pengeringan, hutan ini menjadi
rusak.
d.
Hutan Kerangas
Suatu
tipe hutan yang khas dan terdapat pada tanah pasir podsol yang sangat miskin.
Hutan kerangas mudah sekali di rusak dan bila telah rusak kemungkinan untuk di
pulihkan kembali sangat kecil. Jenis-jenis marga yang terkandung di dalamnya
banyak yang endemik, sehingga untuk melindungi dan mempertahankan
keanekaragaman hutan ini areal yang luas dan banyak perlu di awetkan.
e.
Hutan Dipterocarpaceae Tanah
Rendah
Hutan
yang paling kaya dan paling terancam di antara tipe-tipe hutan/ekosistem yang
ada karena pengusahaan dan perladangan liar. Komposisi jenis-jenis hutan ini
sangat beranekaragam dari satu tempat ke tempat lain, dan untuk pelestariannya
di perluka suaka alam atau taman nasional yang banyak.
f.
Vegetasi dan Hutan Musim
Vegetasi di daerah iklim musim mudah sekali
terbakar pada musim kemarau dan tanahnya biasanya tanah subur sehingga vegetasi
ini paling cepat mendapat gangguan dan telah banyak di ubah menjadi tanah
pertanian. Pada sa’at ini hanya
sedikit hutan musim klimaks yang masih tersisa hampir di setiap tempat hutan
ini berubah menjdi belukar. Suaka alam atau taman nasional yang baru perlu
didirikan sebagai tambahan untuk suaka margasatwa dan suaka alam yang ada
dijawa timur dan nusa tenggara, yang juga memerlukan perlindungan dan
pemeliharaan yang lebuh baik.
g.
Vegetasi dan Hutan Pegunungan
Sangat
menguntungkan bahwa vegetasi dan hutan pegununga terdapat di Medan yang terjal
dan sukar dicapai. Beberapa suaka alam sudah di Gn. Loser (Sumatera), Gn. Gede,
Gn. Arjuno.dsb.
E.
Kelompok Ekosistem Darat
Ekosistem darat terdiri atas bermacam-macam bioma antara lain bioma gurun,
bioma padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan gugur, bioma taiga,
bioma tundar, bioma hutan lumut, bioma hutan mangrove, dan bioma sabana,
1.Gurun
Bioma
gurun umumnya terdapat didaerah tropika dan berbatasan dengan padang rumput. Bioma
gurun mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
Ø Kecepatan evaporasi
lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan presipitasi,
Ø
Pancaran sinar matahari
sangat panas
Ø Perbedaan suhu antara
siang dan malam hari sangat tinggi. Suhu pada siang hari sangat tinggi dan
dapat lebih dari 400 C, tetapi pada malam hari sangat rendah.
Ø Curah hujan rendah
sekitar 25 cm per tahun dan hujan turun secara tidak teratur.
Ø Keadaan gersang
dengan tanah yang tandus.
Ø
Kelembapan udara sangat
rendah
Keadaan tumbuhan pada bioma gurun
sebagai berikut:
Ø tumbuhan semusim
berbentuk kecil. Jika hujan, tumbuhan segera berbunga, berbuah , dan berbiji
dengan cepat.
Ø Tumbuhan menahun
bersifat xerofit, berrdaun kecil, berduri, atau tidak berdaun kecil, berduri,
atau tdak berdaun misalnya kaktus, dan belays lilin., berakar panjang, dan
memiliki jaringan penyimpan air.
2.Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah subtropis sampai kedaerah
tropis. Bioma padang rrumput mempunyai cirri-ciri sebagai berikut.
a)Curah hujan pada
umumnya antara 25-50 cm per tahun, tetai hujan turun tidak teratur.
b) Prositas (pori tanah)
banyak, draenase cepat, dan tidak teratur sehingga tumbuhan sukar untuk
mengambil air.
Keadaan tumbuhan pada bioma
padang rumput adalah sebagai berikut;
a)
Rumput setinggi 3 m, misalnya Bluestem
dan Indian grasses.
b) Rumput pendek,
misalnya, Grama dan Buffalo grasses
3.Hutan Hujan
Tropis/Hutan Basah (Tropical Rainforest)
Hutan
hujan tropis trmasuk salah satu bioma yang iklimnya paling mantap. Daerah ini
terdapat didaerah tropis dan subtropis yang banyak dijumpai di Amerika tengah,
Afrika, Asia Tenggara, termasik Indonesia, dan Australia bagian Utara
Ciri- ciri bioma hutan hujan tropis sebagai
berikut;
a) Curah hujan tinggi
(200-225 cm pper tahun) dan merata sepanjang tahun.
b)
Di dalam hutan keadaannya lembab dengan huhu
sekitar 250 C
c) Terdapat
perubahan-perubahan iklim mikro (iklim setempat) yaitu iklim dilingkungan yang
ada disekitar organisme.
d) Matahari bersinar
sepanjang tahun sehingga perubahan suhu dari waktu kewaktu hanya sedikit
e) Vegetasi sangat
lembab, dengan ketimggian pohon antara 20-40 m, tetapi beberapa jenis pohon
berdau lebat membentuk suatu tudung atau kanopi yang menyebabkan hutan
menjadi gelap.
Adappun keadaan tumbuhan pada hutan hujan tropis
a)
Jenis tumbuhan sangat beragam.
b) Tumbuhan yyang khas
yaitu Liana dan epiifit (Anggrek).
4.Hutan Gugur
Hutan
gugur terdapat diiklim sedang dan mempunyai empat musim, yaitu musim dingin,
panas , gugur, dan semi.
Ciri-ciri hutan gugur antara lain sebagai berikut
a) Curah hujan meratasepanjang
hutan yaitu antara 75-100 cm meter
b) Pohon yang dominan
adalah pohon yang berdaun lebar yang menggugurkan daunnya pada musim dingin,
tinggi pohon dapat mencapai 30-40 meter
Hutan
gugur iklim sedang ini terdapat luas di Amerika serikat, Eropa, Asia Timur, dan
secara lokal terdapat di Chili dan dipegunungan Amerika Tengah.
Adapun keadaan
tumbuhan pada bioma htan gugur adalah sebagai berikut
a)
terdapat pohon maple (Aler
campester) dan oak (Quercus).
b) Di jumpai hewan-
hewan seperti rusa, beruang, rakun, rubah, bajing, damn pelatuk.
5.Taiga (Subartic-Subalpine
Needle-Leaved Forests)
Bioma
taiga terbesar tedapat di bagian utara Amerika Utara, Eropa, dan Asia yang
terbentang ke selatan di gunung-gunung yang tinggi. Bioma tiaga mempunyai ciri
sebagai berikut;
a) Suhu pada musim
dingin sangat rendah, dengan genangan air menjadi beku dan terjadi hujan salju
b) Pada musi panas
pertumbuhan tanaman berlangsung antara 3-6 bulan
Keadaan tumbuhan pada bioma taiga adalah sebagai berikut;
a) Pohon yang hidup di
taiga adalah konifer, misalnya spruce (picea sp), alder (Alnus sp),
birch (Betula sp), dan juniper (Juniperus sp)
b) Hewan khas bimoma
tiaga adalah moose, beruang hitam, ajak dll
6.Tundar (Elfi
Woodland)
Bioma
tundar ini terdapat disekitar kutub dari belahan bumi utara dengan ketinggian
diatas sekitar 2.500 meter
Ciri-ciri bioma
tundar sebagai berikut
a) Pada musim panas yang
panjang keadaannya terang terus-menerus, sedang pada musim dingin yang panjang
keadaannya terus- menerus.
b) Perubahan dari musim
panas kemusim dingin terjadi secara cepat. Genangan-genangan membeku dan
genangan yang dangkal membeku sampai kedasarnya
c) Tumbuhan semusim masa
pertumbuhannya sangat pendek. Dan berbunga serempak dengan dengan warna yang
mencolok. Pada musim dingin tumbuhan itu dalam keadaan dorman.
7.Hutan Lumut
Bioma
hutan lumut banyak terdapat di lereng gunung atau pegunungan yang terletak pada
ketinggian yang diatas batas kondensasi uap air. Di sebut hutan lumut karna
pada vegetasi dominan yang menutupi daratan adalah tumbuhan lumut. Lumut
tersebut tidak hanya menutupi permukaan tanah dan berbatuan saja, tapi juga
menutupi batang-batang pohon, ranting, dan daun.
8.Hutan Mangrove
Hutn
mangrove banyak ditemukan disepanjang pantai yang landai didaerah tropik maupun
subtropik.
Ciri-ciri hutuan
Mangrove sebagai berikut:
a) Kadar garam
(salinitas) air dan tanahnya tinggi
b) Kadar oksigen pada
tanah dan airnya rendah dasar perairan berupa lumpur
c) Tumbuhan yang paling
banyak dijumpai adalah bangsa bakau yang meliputi Rhizopoda sp, Bruguiera sp,
dan ceriops sp, selain itu, terdapat pula tumbuhan lain misalnya avicennia
sp, Oncosperma filamentosum, dan Nipa bfruticans.tumbuhan bangsa bakau
memiliki ciri daun tebal, kaku, dan berlapis kutikula yang tebal. Lapisan ini
berpungsi untuk mencegah terjadinya penguapan air melalui daun secara
berlebhan. Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang labil dan berlumpur.
Tumbuhan bakau mempunyai akar-akar yang banyak, rapat, dan kuat. Sementara itu,
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berkadar oksigen rendah,
tumbuhan bakau mempunyai akar napas yang berfungsi untuk menghisap oksigen
langsung dari udara. Selain itu, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan
dari pasang surut gelombang laut.
d) Di indonesia hutan
bakau banyak dijumpai di sepanjang pantai timur sumatra, pantai selatan atau
timur kalimantan.
9.Sabana/ savana
Sabana
dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sebagai
berikut.
a) Sabana murni, bila
pohon yang menyusunnya hanya terdiri dari satu jenis tumbuhan.
b) Sabana campuran, bila
pohon yang menyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis pohon
Sabana banyak
ditemukan di daerah tropik dan subtropik yang curah hujannya rendah. Banyak pra
pakar berpendapat bahwa sabana berasal dari hutan yang rusak. Dalam suksesi
berikutnya, terbentuk padang alang-alang yang gagal menjadi hutan lagi karena
dondisi lingkungan yang tidak mendukung sehingga hanya jenis pohon tertentu
yang berasal dari sebagian relik hutan sebelumnya yang dapat tumbuh di padang
alang-alang. Oleh karna kuantitas vegetasinya cukup tinggi, sabana banyak
dihuni fauna besar seperti kijang, zebra, singa, dan macan tutul.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekosietem darat didefinisikan sebagai suatu system hubungan tiimbal balik
antara mahluk dan lingkungannya. sedangkan ekosistem darat terdiri dari
bermacam-macam bioma antara lain bioma
gurun, bioma padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan gugur, bioma
taiga, bioma tundar, bioma hutan lumut, bioma hutan mangrove, dan bioma sabana.
Setiap bioma mempunyai komponen biotik yang bebeda dengan bioma lainnya.
Misalnya di bioma gurun banyak terdapat tumbuhan kaktus yang tidak terdapat di
bioma padang rumput. Ini berarti setiap bioma mempunyai suatu jenis vegetasi
yang mendominasi bioma tersebut.
B. Saran
Sepenuhnya
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan yang perlu di
sempurnakan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya khususnya dosen
pengampu mata kulyah Ekologi tumbuhan. Dan penulis berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.
0 comments:
Post a Comment