BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu
gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan dan minuman
terhadapa kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit gangguan gizi,
dimana gangguan gizi sendiri adalah sebuah penyaklit yang diakibatkan oleh
kurangnya zat-zat vitamin yang tertentu sehingga mengakibatkan tubuh kita
mengalami gangguan gizi.
Penyakit
gangguan gizi yang pertama kali ditemukan adalah scorbut pada tahun 1497 atau
lebih popular kita kenal dengan penyakit sariawan. Baru pada awal abad XX para
ahli kedokteran dapat memastikan bahwa penyakit ini disebabkan karena
kekurangan vitamin C. (http://wikipedia.org)
Penyakit
gangguan gizi juga terjadi baru-baru ini di Indonesia. Penyakit tersebut adalah
kurang gizi. Penyakit ini menyerang sebagian besar anak balita. Gizi buruk
adalah keadaan kekurangan energy dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang
akibat kurang mengkonsumsi makanan bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu
lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB). (http://www.puskelblogspot.com)
Seperti pernyataan seorang Kepala Seksi Gizi
Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, Guruh Hariwibowo, mengakui kondisi anak-anak
yang menderita gizi buruk itu memang mengkhawatirkan. "Selain badan mereka
yang kurus, mereka juga menderita penyakit bawaan," katanya, Jumat (16/9).
(sumber
: Republika.co.id)
Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya kita
mengetahui tentang status gizi yang mana Status gizi adalah ukuran keberhasilan
dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck,
2000: 1)
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian status gizi ?
2. Apakah
factor-faktor yang mempengaruhi status gizi ?
3. Bagaimanakah
penilaian status gizi ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian status gizi
2. Untuk
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi status gizi.
3. Untuk
mengetahui penilaian status gizi.
- Batasan Masalah
Makalah
kami terbatas untuk membahas tentang status gizi, factor yang mempengaruhi
status gizi dan penilaian status gizi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Status Gizi ( Nutrition Status )
Status gizi adalah keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi)
dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan keadaaan
tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Tak satu pun jenis makanan yang
mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat,
tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi
anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air
Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan
tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan
sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu,
makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber
zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain:
beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak,
margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga.
Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang
berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta
hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua
sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan
mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ
tubuh.Beberapa Pengertian Penting terkait status gizi :
1) Proses
gizi (nutrition) : proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan
melalui proses pencernaan,penyerapan,transportasi,penyimpanan,metabolismedan penggunaan
zat untuk pemeliharaan hidup,,pertumbuhan,,fungsi organ tubuh dan produksi
energi..
2) Keadaan
Gizi ((Nutriture)):: keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan gizi disatu pihak dan penggunaan oleh organisme dipihak
llain,,atau keadaan fisiologik akiibat darii ttersedianya zat gizi dalam
seluler tubuh.
3) Status
gizi ((Nutritional Status)):: ttanda--ttanda atau penampilan yang diakibatkan
dari nutriture yang dilihat melalui variabel ttertentu (iindikator status
gizi)) seperti berat,,tinggi dll.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1.
Gizi
Daur Kehidupan
United Nations (Januari, 2000)
memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM
pada seluruh kelompok umur, dengan mengikuti siklus kehidupan.Terdapat kelompok
penduduk yang perlu mendapat perhatian pada upaya perbaikan gizi dan
diperlihatkan juga faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi, yaitu
pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi
makanan yang kurang, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada kematian.
2. Permasalahan Gizi
Masyarakat
UNICEF (1988) telah mengembangkan
kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah
kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang
dapat disebabkan oleh:
a.
Penyebab
langsung
Makanan dan penyakit dapat secara
langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan
asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup
makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi
kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya
tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
b.
Penyebab
tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang
menyebabkan gizi kurang yaitu :
¨ Ketahanan
pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik jumlah maupun mutu gizinya.
¨ Pola
pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
¨ Pelayanan
kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada
diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
¨ Ketiga
faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
3. Pokok Masalah Di
Masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan
kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor
langsung maupun tidak langsung.
4. Akar Masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan
keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan
meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis
ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997.
Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat
kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
Masalah gizi terbagi menjadi masalah
gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya
disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu
hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang
rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan
pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak balita yang sehat atau kurang gizi
secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar
anak disebut Gizi Baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang,
sedangkan jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk
disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah sangat kurus, muka seperti
orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada bengkak
terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan
Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai “busung
lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan
Akibat Kurang Yodium).
Menurut Hadi (2005), Indonesia mengalami
beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak masyarakat yang kekurangan gizi,
tapi di sisi lain terjadi gizi lebih.
5. Solusi Permasalahan
Gizi Masyarakat
Peran Pemerintah dan Wakil Rakyat
(DPRD/DPR). Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat,
misalnya kebijakan yang mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan
keluarga miskin agar tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping
(MP) ASI.
Peran Perguruan Tinggi. Peran perguruan
tinggi juga sangat penting dalam memberikan kritik maupun saran bagi pemerintah
agar supaya pembangunan kesehatan tidak menyimpang dan tuntutan masalah yang
riil berada di tengah-tengah masyarakat, mengambil peranan dalam mendefinisikan
ulang kompetensi ahli gizi Indonesia dan memformulasikannya dalam bentuk
kurikulum pendidikan tinggi yang dapat memenuhi tuntutan zaman.
Menurut
Azwar (2004). Solusi yang bisa dilakukan adalah :
Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif
jika merupakan bagian dari kebijakan penangulangan kemiskinan dan pembangunan
SDM. Membiarkan penduduk menderita masalah kurang gizi akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak
terkait perlu memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga
sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada
perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target yang
ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor
terkait.
Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk
mempercepat laju percepatan peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status
gizi masyarakat diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja
meningkat, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
Pelaksanaan program gizi hendaknya
berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif dan efisien) dan lokal spesifik.
Intervensi yang dipilih dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti:
target yang spesifik tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat
misalnya pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat
mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang
dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui
pembiayaan publik.
Pengambil keputusan di setiap tingkat
menggunakan informasi yang akurat dan evidence base dalam menentukan
kebijakannya. Diperlukan sistem informasi yang baik, tepat waktu dan akurat.
Disamping pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi
melalui kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
Mengembangkan kemampuan (capacity
building) dalam upaya penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun
kemampuan manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk pembangunan
sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek yang saling
mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi, misalnya kesehatan,
pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu kelompok masyarakat yang
paling membutuhkan.
Meningkatkan upaya penggalian dan
mobilisasi sumber daya untuk melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih
efektif melalui kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.
C. Penilaian
Status Gizi
Macam-macam
penilaian status gizi
1.
Penilaian
status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung
dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan
biofisik.
a. Antropometri
1)
Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran
tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2)
Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,
otot dan jumlah air dalam tubuh.
3)
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi
dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap
penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan
penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal
berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan
cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang
dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan
IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat
dihitung dengan rumus berikut:
Berat
Badan (Kg)
IMT
= -------------------------------------------------------
Tinggi
Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas
ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
|
Kategori
|
IMT
|
Kurus
|
Kekurangan berat badan tingkat berat
|
<>
|
Kurus sekali
|
Kekurangan berat badan tingkat ringan
|
17,0 – 18,4
|
Normal
|
Normal
|
18,5 – 25,0
|
Gemuk
|
Kelebihan berat badan tingkat ringan
|
25,1 – 27,0
|
Obesitas
|
Kelebihan berat badan tingkat berat
|
> 27,0
|
Untuk mengukur status gizi anak baru
lahir adalah dengan menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka
dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan
jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau
Lingkar lengan atas <>
b. Klinis
1)
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang
sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2)
Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk
survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan gejala
(Symptom) atau riwayat penyakit.
c.
Biokimia
1)
Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia
adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain :
darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
2)
Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d.
Biofisik
1)
Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik
adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
2)
Penggunaan
Umumnya dapat digunaakan dalam situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2.
Penilaian
gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak
langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi makanan, statistik vital dan
faktor ekologi.
a.
Survei Konsumsi Makanan
1)
Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
gizi yang dikonsumsi.
2)
Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
b.
Statistik Vital
1)
Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik
vital adalah dengan menganalisis dan beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan.
2)
Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai
bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c.
Faktor Ekologi
1)
Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.
2)
Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Status
gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan
dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Adapun
factor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah ada factor eksternal
(pendapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya) dan factor internal (usia, fisik,
dan infeksi). Status gizi seseorang dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu
secara langsung (antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik,) dan
secara tidak langsung (survey konsumsi makanan, statistic vital, dan factor
ekologi).
DAFTAR
PUSTAKA
Supariasa.
et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta
17-19 Mei 2004
Hadi, Hamam (2005). Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional : Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 5 Februari 2005.
Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang ; Makalah pada
Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel
Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004