Apa dan bagaimana
kehidupan mulai terjadi? Dari ekstrapolasi planet, batuan tua, maka diperkirakan
pada awal sebelum terjadinya kehidupan, atmosfir terdiri dari H2, NH3,
H2O,N2,CO,CH4, dan CO2. Proses
pemampatan gas di angkasa luar yang berputar-putar berlangsung lama sekali dan
berputar dengan kuat sekali, mengingat intinya
seperti digambarkan sebagai suatu black hole, semua gas, cahaya dan apa
saja akan terserap oleh inti yang berputar. Dalam proses pemampatan tersebut, terjadi benturan
dari masa gas, sehingga dihasilkan satu
gumpalan gas besar dan sekitar sepuluh gumpulan gas yang jauh lebih kecil.
Gumpulan yang besar akan membentuk matahari , sedangkan yang lebih kecil akan menjadi planet. Proses pemampatan masih akan
mengalami benturan-benturan lain dengan benda langit, apakah sesudah membeku
ataupun belum, tidak dapat dipastikan. Tetapi fakta menunjukkan bahwa salah satu planet kemudian hancur
berkeping-keping dan membentuk asteroid
di dalam tata surya kita. Demikian pula diperkirakan adanya bulan merupakan
hasil
benturan yang lain atau pecahan dari planet yang belum terbentuk. Planet Neptunus
misalnya diperkirakan mempunyai satu bulan yang bukan berasal dari tata surya
ini tetapi tertarik dalam orbital Neptunus.
Pada masa kemudian, terjadi proses pembekuan gas menjadi cair dan kemudian memadat. Pada waktu
itu, di bumi suhu yang masih relatif panas, mungkin di atas 5000 C. Suhu yang demikian panas menyebabkan banyak sekali senyawa yang
menguap. Karena banyak senyawa yang berbentuk uap, udara dipenuhi dengan ion-ion positif dan negatif sehingga
diperkirakan banyak sekali terdapat muatan listrik di atmosfir, sehingga petir
masih sering menyambar di siang hari.
Baru setelah suhu bumi menurun, kehidupan mulai dapat berlangsung .
B. Asal
Usul Kehidupan
Dari mana kehidupan berasal? Fosil adalah sumber utama dalam
mempelajari asal usul kehidupan,
fosil tertua diperkirakan berusia
sekitar 500 juta tahun yang lalu dan ditemukan sekitar tahun 1950 di Australia,
afrika selatan dan kemudian juga ditemukan di Kanada dan Norwegia.
Fosil-fosil tersebut diperoleh dari
batuan yang sangat tua dan yang dikenal sebagai stromatolit. Stromatolit
bukanlah suatu nama jenis, tetapi nama batuan yang berlapis-lapis . Stromatolit yang
ditemukan di daerah pantai, merupakan batuan yang terdiri dari proses
mineralisasi algae dan bakteria. Para ahli paleontologi menemukan bahwa kristal yang membentuk
stromatolit sebenarnya banyak yang bentuknya serupa dengan ganggang biru bersel
satu. Dengan demikian kita mempunyai
bukti bahwa kehidupan mulai dari organisme bersel satu.
C.
Teori Asal Usul Kehidupan
Sejak berabad-abad yang lalu hingga sekarang asal usul kehidupan di bumi menjadi bahan
perdebatan, sehingga menimbulkan banyak pertanyaan, beberapa teori telah mencoba memberikan jawaban tentang
asal-usul kehidupan di planet bumi ini. Teori-Teori tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Teori Ciptaan
Teori ini mengemukakan bahwa
kehidupan yang ada di planet diciptakan oleh Tuhan. Bumi yang dicipta Tuhan
pada masa lalu sampai sekarang mempunyai ciri yang tidak berubah. Mereka
mengungkapkan teori ini berdasarkan atas kejadian-kejadian gaib yang pernah
dilihatnya. Kejadian gaib tersebut dianggap sebagai ciptaan Tuhan , seperti
halnya bumi dan kehidupan yang ada di didalamnya juga diciptakan oleh-Nya.
2.
Teori Kedaan bumi yang Selalu Tetap
Menurut teori ini bumi tidak
mempunyai asal mula. Begitu pula spesies yang mendiami bumi juga tidak
mempunyai asal mulanya.
3.
Teori Cosmozoa
Teori ini mengemukakan bahwa
kehidupan di bumi diperkirakan berasal dari ruang angkasa. Hal yang mendasari
teori ini adalah peyelidikan bahwa bahan yang terdapat pada batu meteor maupun
vartu komet yang jatuh ke bumi mengandung banyak molekul organic sederhana ,
misalnya cyanogens , asam hidrocyanida.molekul-molekul organic tersebut tatkala
jatuh ke bumi menjadi benih kehidupan.Menurut teori ini bukan hanya di bumi
saja yang timbul kehidupan. Kehidupan dapat timbul sekali atau bebrapa kali di
berbagai bagian galaksi dalam waktu yang berbeda.
4. Teori Abiogenesis
Seorang ahli ilmu pengetahuan alam
berkebangsaan Belanda bernama Antonie van Leeuwnhoek ( 1632-1723 ) , dengan
mikrosop buatannya behasil menemukan
jasad renik yangn sifatnya hidup dan bergerak-gerak dari setets air rendaman
jerami. Hasil pengamatan ini mengingatkan kembali pada pandangan generation
spontan (abiogenesis) yang dikemukakan oleh Aristoteles ( 384-322 SM ). Akan tetapi , sebagian orang masih meragukan
kebenarannya. Dari sekian banyak orang yang mempermasalahkan teori tersebut ,
terdapat seorang ahli ilmu pengetahuan alam bernama Francesco Redi ( 1626-1628
) yang dengan teliti tidak segera menerima teori tersbeut. Ia melakukan
percobaan yang hasilnya kemudian membuat pikiran banyak orang menjadi goyah
terhadap teori generation spontanea. Adapun percobaan yang dilakukan oleh Francesco Redi sebagai berikut: dia merebus dua potong daging segar
sampai mendidih agar terjadi sterilisasi. Kedua potongan daging itu dimasukkan
ke dalam dua stoples ; stoples pertama terbuka dan stoples kedua tertutup rapat. Kedua stoples tersebut
dibiarkan bebrapa hari , di dalam stoples pertama yang mulutnya terbuka banyak
didapatkan larva, sedangkan di dalam stoples kedua tidak ditemukan larva lalat.
Dari percobaan Francesco Redi
tersebut muncul kesimpulan bahwa larva yang berada di dalam stoples pertama
berasal dari telur lalat yang masuk ke dalam dan meletakkan telurnya ,
sedangkan di dalam stoples kedua yang tertutup rapat tidak ditemukan larva
karena lalat tidak dapat masuk ke dalam dan meletakkan telurnya.
Gambar 1: Percobaan Francesco Redi
Selanjutnya, pada abad ke-18 seorang berkebangsaan Italia bernama
Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799 ) melakukan eksperimen atas dasar pemikiran
seperti eksperimen Francesco Redi , hanya dalam eksperimenya tidak digunakan
daging , tetapi air kaldu. Percobaannya berlangsung sebgai berikut: disediakan tiga tabung yang
masing-masing diisi dengan air kaldu secukupnya. Tabung pertama dibiarkan terbuka
mulutnya. Tabung kedua dan ketiga dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit. Tabung kedua dibiarkan mulutnya terbuka ,sedang tabung
ketiga mulutnya tertutup rapat dengan lapisan lilin. Setelah dibiiarkan selama
tujuh hari , air kaldu di dalam tabung yang mulutnya terbuka menjadi keruh
akibta timbul bakteri , sedang kedaan air kaldu di dalam tabung yang mulutnya terttutup
masih seperti semula.
Hasil eksperimen yang dilakukan oleh
Lazzaro Spallanzani ini membuktikan bahwa timbulnya bakteri bukan terjadi
secara spontan , tetapi bakteri muncul dari spora bakteri yang masuk dan kemudian
berkembang pada air kaldu. Dengan percobaan Redi dan Spallanzani teori
generation spontanea menjadi goyah. Namun demikian , sebagian orang menentang kebenaran percobaan Spallanzani serta
mempertahankan kebenaran teori lama. Mereka menunjuk percobaan tersebut masih
ada kelemahannya , yaitu pada tabung yang tertutup sebenarnya masih terdapat
gejala generation spontanea , tetapi karena tertutup tidak ada gaya yang masuk
untuk hidup.
Gambar 2: Model Percobaan Spallanzani
5. Teori Biogenesis
Kelemahaan percobaan spallanzani kemudian dicoba disempurnakan oleh Lois Pasteur ( 1822-1895 ) ahli biokimia dan
mikrobiologi dari Prancis. Pada
tabung kedua percobaan spallanzi, mulut tabung dittutup dengan pipa berbentuk
leher angsa sehingga ruangan di dalam bakteri masih berhubungan dengan udara
luar. Bentuk seperti ini memungkinkan bakteri dan spora bakteri tidak dapat
masuk ke dalam air kaldu. Setelah beberapa hari ternyata hasilnya sama dengan
percobaan spallanzi. Maka tumbanglah teori abiogenesis dan timbul teori
biogenesis dengan slogan omne ex ovo, omne ovum ex vivo.
Gambar 3: Labu Percobaan Louis Pasteur
6. Teori Biologi Modern (Evolusi Biokimia)
Menurut teori ini , asal kehidupan
yang pertama adalah reaksi-reaksi kimiawi yang menghasilkan asam amino
pembentuk protein. Asam amino merupakan dasar pemebntukan setiap sel. Asam amino tersusun dari
unsure C,H,O dan N sebagai unsure utama. Di atmosfer banayak terdapat gas
CH4 , NH3 , H2O , dan
H2 yang jika terkena loncatan bunga api listrik dapat membentuk asam
amino.
Teori terbentuknya asam amino di atmosfer dikemukakan oleh Harold Urey dan Oparin.
Teori Urey dibuktikan kebenarannya oleh Stanley Miller. Kehidupan pertama
terjadi di laut , kemudian organisme mengalami evolusi dengan hidup di darat. Perlu
diketahui bahwa Evolusi merupakan perkembangan mahluk hidup yang
berlangsung secara perlahan-lahan dalam jangka waktu lama dari bentuk yang
sederhana kearah bentuk yang kompleks.
Setelah eksperimen Lois pasteur dapat menumbangkan teori generation spontanea, timbul masalah baru, yaitu dimanakah unsure kehidupan itu pertama kali timbul.? Banyak pihak yang berpendapat bahwa kehidupan muncul akibat dari reaksi-reaksi kimiawi yang diawali molekul berukuran kecil.
Setelah eksperimen Lois pasteur dapat menumbangkan teori generation spontanea, timbul masalah baru, yaitu dimanakah unsure kehidupan itu pertama kali timbul.? Banyak pihak yang berpendapat bahwa kehidupan muncul akibat dari reaksi-reaksi kimiawi yang diawali molekul berukuran kecil.
Molekul-molekul kecil satu dengan
yang lain, dengan bantuan energi atau panas, menghasilkan molekul berukuran
besar, atau dari senyawa anorganik menjadi senyawa organic terutama protein
sebagi bahan dasar atau inti sel mahluk hidup. Kejadian (secara teoritis)
tersebut merupakan awal terbentuknya sel yang bersifat primitive. Kejadianya yang
pertama kali diperkirakan di laut sebgai tempat yang berenergi cukup tinggi
sehingga dapat digunakan untuk reaksi-reaksi kimia.
Ada juga pendapat lain yang
mengatakan bahwa kehidupan pertama terjadi di atmosfer, atas dasar terbentuknya
asam amino (protein) sebgagai dasar subsastansi kehidupan. Pada suatu saat
terbentuknya bumi di atmosfer kaya akan molekul CH4,NH3,H2, dan H2O yang
semuanya berupa gas. Gas-gastersebut sampai sekarang banyak terdapat di
atmosfer dan terssusun dari atom-atom C,H,O, dan N yang dijumpai pada asam
amino, sedangkan asam amino merupakan zat penyusun protein. Akibat loncatan
bunga listrik sewaktu terjadi halilintar dan radiasi sinar kosmik, molekul-molekul
itu breaksi membentuk asam amino. Adanya asam amino sinar memungkinkan
terbentuknya kehidupan. Bentuk kehidupan ini diperkirakan sama seperti virus.
Perkiraan diatas yang menyatakan
bahwa kehidupan berasal dari atmosfer, dikemukakan oleh Harold Urey (1893) ahli
kimia amerika dan Oparin (1929) ahli biokimia Rusia.walupun urey dan oparin
berbeda kebangsaan dan zzaman, tetapi keduanya berprinsip sama sehingga pendapat itu dikenal dengan teori
Urey maupun Oparin . Melalui proses evolusi bentuk kehidupan yang pertama itu
berkembang menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti sekarang ini. Untuk
membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan oleh Harold Urey, seorang
mahasiswa dari universitas Chicago bernama Stanley Miller (1953) dengan
kecermatan dan ketelitianya, berhasil membuat alat pembuktian berupa tabung
kaca dengan kelengkapan pengaturan untuk memasukan gas-gas CH4,NH3,H2,dan H2O.
Alat itu juga dilengkapi dengan
elektroda-elektroda yang berhubungan dengan sumber listrik. Sumber listrik
berfungsi sebagi loncatan bunga api listrik dan sekaligus pencampur gas-gas
tadi. Ternyata dalam percobaan ini apabila loncatan listrik bertegangan tinggi
dialirkan segera terjadi reaksi kimia dan terbentuk senyawa kimia berupa asam
amino.
7. Teori Evolusi Biokimia
Evolusi kimia menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik terjadi secara bertahap
dimulai dari bereaksinya bahan-bahan anorganik yang terdapat di dalam atmosfer
primitif dengan energi halilintar membentuk senyawa-senyawa organik kompleks.
Stanley Miller mencoba mensimulasikan kondisi atmosfer purba di dalam skala
laboratorium. Ia merancang alat yang seperti terlihat dalam gambar di bawah
ini.
Gambar 4: Skema alat percobaan Miller
Miller memasukkan gas H2, CH4 (metan), NH3 (amonia) dan
air ke dalam alat. Air dipanasi sehingga uap air bercampur dengan gas-gas tadi.
Sebagai sumber energi yang bertindak sebagai "halilintar" agar
gas-gas dan uap air bereaksi, digunakan lecutan aliran listrik tegangan tinggi.
Ternyata timbul reaksi, terbentuk senyawa-senyawa organik seperti asam amino,
adenin dan gula sederhana seperti ribosa.
Hasil percobaan di atas memberi
petunjuk bahwa satuan-satuan kompleks di dalam sistem kehidupam seperti lipid,
gula, asam amino, nukleotida dapat terbentuk di bawah kondisi abiotik. Yang
menjadi masalah utama adalah belum dapat terjawabnya bagaimana mekanisme
peralihan dari senyawa kompleks menjadi makhluk hidup yang paling sederhana.
8.
Teori DNA dan RNA
RNA sebagai suatu molekul berukuran besar dianggap pada masa sekarang
sebagai molekul yang mudah terurai. Pada tangan kita terdapat enzim RN ase yang
akan menguraikan RNA. Hal ini erat kaitannya dengan teori mengenai hipotesis
pembawa materi kehidupan. Sekelompok orang berhipotesis bahwa DNA merupakan
satu-satunya molekul pembawa informasi genetik, dan adanya RNA merupakan proses
penyimpangan evolusi. Kelompok peneliti lain mempunyai hipotesis bahwa RNA
merupakan sumber informasi genetik yang paling awal.
Proses replikasi nukleotida akan mengarah kepada pembentukan cetakan
utama untuk menyimpan informasi, dengan demikian rantai nukleotida (RNA)
mempunyai 3 fungsi utama, yaitu menyimpan informasi, pembawa informasi, dan
sebagai alat translasi sekaligus. Hal ini dapat dilihat bahwa fungsi-fungsi
tersebut masih dimiliki oleh RNA sampai sekarang. Karena fungsi ganda tersebut,
proses penyempurnaan kemudian akan mengarah pada pembentukan DNA yang kemudian
mengambil alih fungsi penyimpanan informasi dari RNA. Agar informasi dapat
diatur, maka kemudian terbentuklah rantai komplementer dari DNA. Dengan
demikian evolusi yang mengarah pada DNA telah terjadi dan proses selanjutnya
adalah pembentukan pada sel hidup.
Hasil ini mengarahkan bahwa RNA ternyata adalah produk yang mungkin
lebih awal dari DNA. Dengan demikian diperkirakan bahwa kehidupan awal dimulai
dari RNA dan bukan DNA. Kenyataan ini masih menjadi masalah yang diperdebatkan,
karena ada sejumlah argumen:
·
Kelompok
yang pro DNA sebagai materi kehidupan esensial menyatakan bahwa RNA tidak
stabil, dan mudah sekali terurai. Dengan demikian, maka kehidupan harus dimulai
dari adanya DNA.
·
Kelompok
yang pro RNA mengatakan RNA satu-satunya produk yang mungkin dibentuk dari
alam, dan bukan DNA. Meskipun kini RNA tidak begitu stabil, namun pada zaman
dahulu tidak demikian. RNA merupakan suatu molekul yang sangat stabil. Alasan
lain ialah bahwa DNA yang berfungsi hanyalah satu rantai saja, sedangkan
templatenya tidak akan menghasilkan apa-apa. Kehidupan primitif tidak mungkin dimulai
dari suatu yang kompleks.
9.
Teori Nukleus, Kebakaan bukan inti
Sejak struktur sel dan organel dapat diamati, para ahli sudah
dibingungkan dengan adanya 2 macam organel yaitu; (1) tipe pertama terdiri dari
kloroplas, mitokondria kinetoplas, dan nukleus mempunyai membran ganda; (2)
sedangkan tipe kedua misalnya, lisosom, retikulum endoplasma, badan golgi
mempunyai membran tunggal.
Semua DNA yang berasal dari organel bermembran ganda mempunyai ciri DNA
prokariot ( kode genetik, struktur gen, dan mekanisme translasi yang berbeda
dengan DNA inti), sehingga tidak diragukan lagi bahwa organel tersebut berasal
dari organisme prokariot. Mitokondria diperkirakan berasal dari prokariot
semacam paracoccus yang memiliki organ respirasi, sedangkan kloroplast diperkirakan
berasal dari suatu ganggang biru.
10.
Teori
Transposon, Retrovirus, dan Kanker
a.
Transposon dan Retrovirus
Asal
usul kehidupan eukariot tidak lepas dari kehidupan prokariot. Salah satu bagian
DNA yang mempunyai fungsi agak lain adalah transposon. Transposon adalah suatu
bagian DNA nuklear yang mempunyai fungsi agak aneh. Bagian ini dapat
berpindah-pindah dalam genom suatu organisme. Karena bagian ini berpindah,
seringkali tempat yang ditujunya adalah ditengah suatu gen. Akibat adanya
transposon, maka gen tersebut tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu,
maka transposon tersebut sering mendapat istilah selfish gen (gen yang egois).
Menurut
penelitian, transposon adalah suatu sekuens DNA yang mirip dengan apa yang
dimiliki oleh suatu virus yang dapat mengintegrasikan DNAnya pada DNA inang,
yaitu suatu retrovirus. Ada dugaan yang kuat, bahwa transposon memang berasal
dari suatu retrovirus yang telah meninggalkan sebagian besar DNAnya, sehingga
tidak berfungsi lagi sebagai suatu virus, namun kemampuan untuk
mengintegrasikan diri dalam DNA masih tetap dipertahankan.
b. Kanker
Pada
manusia dikenal kira-kira 34 macam gen yang mungkin menimbulkan kanker dan
biasanya disebut dengan proto-onkogen.
Tabel
proto-onkogen dan tempatnya dalam kromosom pada manusia
Kr
|
Nama
|
kr
|
nama
|
kr
|
nama
|
kr
|
nama
|
1
|
Src-2
|
7
|
met
|
12
|
INT
|
17
|
erb - A
|
2
|
N-myc
|
7
|
TCRB
|
12
|
K – ras – 2
|
18
|
bcl - 2
|
2
|
Lg-K 3
|
8
|
mos - 9
|
12
|
K – ras – 2 (2)
|
20
|
src - 1
|
3
|
raf – 1
|
8
|
myc - 3
|
13
|
Rb-1
|
21
|
ets - 2
|
4
|
raf – 2
|
9
|
abl
|
14
|
TRCA
|
22
|
lg - a
|
5
|
Fms
|
11
|
bcl - 1
|
14
|
lg - H
|
22
|
sis
|
6
|
K-rsl
|
11
|
H – ras - 1
|
14
|
fos
|
22
|
bcr
|
6
|
Myb
|
11
|
wagr
|
15
|
fes
|
|
|
7
|
Erv- 1
|
11
|
ets - 1
|
16
|
nt
|
|
|
Dari
tabel diatas terlihat bahwa manusia mempunyai banyak proto-onkogen dan
diantaranya terdapat proto-onkogen ganda, misalnya ada 5 gen ras, 2 gen raf,
dan 2 gen rsc.
D.
Kemunculan Prokariot
Adanya
bermacam-macam senyawa yang terjadi akibat petir yang menyambar-nyambar akan
membentuk suatu kumpulan fosfolipid dan karbohidrat berbentuk butiran-butiran
kecil. Butiran-butiran kecil dapat terbentuk dari pori-pori batuan yang
terbentuk karena hasil dari magma antara lain adalah batu apung, karena
tempratur yang masih relatif panas, maka butiran-butiran tersebut mengalami
proses pemekatan dan bagian luarnya mengalami proses pengeringan. Diperkirakan
butiran-butiran tersebut kemudian terbawa oleh hujan ke badan air. Di dalam
air, butiran-butiran tersebut mungkin bergabung dengan butiran lain atau
menarik senyawa lain untuk masuk secara difusi. Butiran yang menjadi terlalu
besar akan pecah karena daya kohesinya akan melemah kalau butiran tersebut
terlalu besar dan mungkin menjadi beberapa butiran yang lebih kecil dan dengan
cara yang sama proses ini terjadi berulang-ulang. Dengan demikian maka diantara
bermilyar-milyar butiran dan selang berjuta-juta tahun, ada satu sampai
beberapa butiran yang mempunyai kandungan yang cukup lengkap untuk memulai
kehidupan. Dengan demikian terbentuklah kehidupan pertama, yaitu sel prokariot
yang sederhana. Proses ini belum tentu berlangsung terus, karena udara belum
mempunyai lapisan ozon untuk melindungi sel-sel yang baru hidup. Tetapi dengan
banyaknya butiran-butiran fosfolipida, maka mungkin butiran yang berada
beberapa cm dari permukaan air tidak terkena radiasi sinar ultraviolet yang
kemudian membentuk kehidupan pertama.
Mula-mula prokariot memanfaatkan sulfur dan nitrogen sebagai sumber
energi. Setelah itu terbentuklah bermacam-macam prokariot. Beberapa prokariot
kemudian mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan CO2 dan air yang
tersedia melimpah dengan membentuk plastida. Adanya proses fiksasi dengan
memanfaatkan CO2 dan H2O, maka terbentuklah prokariot
yang menggunakan energi dari pemecahan CO2 dan mendapat energi
secara lebih efisien. Prokariot tersebut kemudian menjadi sumber utama dari
kehidupan yang sekarang. Penggunaan CO2 dan H2O akan
mengeluarkan oksigen sebagai sisa metabolisme yang memberikan peluang untuk
kehidupan selanjutnya, karena mayoritas organisme di dunia memanfaatkan oksigen
yang lebih efisien.
E.
Kemunculan Eukariot
Eukariot pertama merupakan gabungan dari beberapa
prokariot. Proses adopsi materi genetik diperkirakan suatu mekanisme yang
efisien dalam proses evolusi prokariot maupun eukariot bersel tunggal. Proses
tersebut belum berakhir hingga sekarang. Percobaan menyuntikkan tikus dengan
virus virulen yang dimatikan tidak menyebabkan hewan tersebut sakit, tetapi
kalau disuntikkan dengan virus virulen yang dimatikan dan ditambah virus yang
tidak virulen, maka hewan tersebut sakit, ternyata virus yang avirulen dapat
mengadopsi DNA dari virus virulen yang sudah mati.
Jadi tidak diragukan bahwa proses adopsi materi
genetik merupakan proses yang sangat efisien pada awal kehidupan. Mekanisme ini
kemudian dapat membentuk bermacam-macam eukariot.
DAFTAR PUSTAKA
Fried, George, dkk. 2002. Teori dan Soal-soal Biologi. Jakarta: Erlangga
Iskandar, Djoko. 2001. Evolusi. Bandung: ITB
0 comments:
Post a Comment