KEMUNCULAN DAN KEPUNAHAN
suatu
organisme mempunyai masanya masing-masing. Kemunculan suatu organisme dapat
terjadi karena adanya relung baru atau relung yang ditinggalkan. Selain itu ada
sejumlah persyaratan yang diperlukan yang mendukung terbentuknya suatu jenis
baru. Hal ini akan diterangkan di bawah ini.
A.
Kemunculan Kelompok Organisme Tertentu
Beberapa waktu yang lalu, dunia perfilman
digegerkan oleh film jurasik park. Dalam film itu diceritakan mengenai
dihidupkannya Dinosaurus yang berasal dari jaman jurasik. Berapa lamakah jaman
jurasik itu? Kapan jaman itu berlalu dan mengapa? Evolusi adalah proses yang
berlangsung sejak asal mula adanya kehidupan. Kapan kehidupan mulai ada, tidak
dapat diketahui dengan pasti. Satu-satunya data yang dapat diperoleh mengenai
hal ini adalah adanya fosil. Dari data yang dihimpun oleh ahli paleontologi
diketahui bahwa fosil tertua yang ditemukan berumur sekitar 490 juta tahun.
Maka kehidupan diperkirakan mulai pada akhir masa prekambrian, sekitar 700 juta
tahun yang lalu. Data ini pun masih merupakan dugaan, karena pada masa itu,
tentu jumlah organisme masih sangat sedikit, sehingga fosil tidak mungkin
dijumpai pada lapisan tanah. Pada waktu itu, habitat yang mungkin ada adalah
air. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa muka bumi masih dihuni oleh
prokariot dan organisme bersel satu, terutama ganggang biru, yang kemudian
diikuti oleh lumut kerak dan lumut yang menghuni sekitar pantai. Suhu permukaan
bumi pun diperkirakan masih jauh lebih panas dan oksigen mungkin meliputi hanya
sekitar 10% dari apa yang ada sekarang. Lapisan yang mengandung fosil tertua (Stromatolites) berupa spora, ditemukan
di daerah pantai di Arabia dan Australia dan berumur sekitar 470 juta tahun
yang lalu. Hal ini berarti bahwa ekosistem yang ada baru terdapat sekitar 480
juta tahun yang lalu. Setelah periode itu baru ditemukan fosil yang lebih muda
di banyak daerah lain. Dari tabel di bawah ini dapat kita lihat kapan suatu
kelompok organisme mulai muncul di permukaan bumi sesuai dengan data fosil yang
ada. Garis titik-titik menunjukkan bahwa data fosil masih jarang dijumpai.
Apabila kita bandingkan kedua tabel di atas, maka terlihat bahwa waktu geologi
yang diberikan tidak sama. Hal ini disebabkan karena sumber yang diambil tidak
sama. Tabel pertama mungkin lebih tepat, karena didasarkan atas publikasi yang
relatif baru (1993). Meskipun umur tidak dapat begitu saja diabaikan, namun
dari tabel tersebut di atas dapat kita lihat bagaimana proses terjadinya
kehidupan itu terjadi. Misalnya kalau kita mengambil manusia, maka manusia baru
muncul di permukaan buni sekitar 500.000 tahun yang lalu. Sedangkan protozoa
dan prokariot lain diperkirakan sudah ada sekitar 3000 juta tahun yang lalu.
Jadi proses kehidupan dapat pula kita telusuri melalui data fosil. Seperti
sudah dikemukakan di atas, data umur sangat bervariasi. Variasi tersebut akan
bertambah besar, kalau kita menggunakan data biologi lainnya yang akan
didiskusikan kemudian.
B.
Teori tentang Kemunculan dan Kepunahan
Reptilia Besar
Banyak orang menganggap bahwa Mamalia menguasai
muka bumi, namun hal ini disebabkan karena dominasi manusialah (Homo sapiens) yang merupakan penyebab
utama anggapan tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya Reptilia
merupakan organisme yang paling sukses di muka bumi. Meskipun reptilia tidak
lagi merajai permukaan bumi, namun jumlah yang kini masih hidup di muka bumi
tidak dapat dikatakan sedikit, dan kini hanya disaingi oleh kelompok pisces.
Lamanya Reptilia menguasai permukaan bumi juga menunjukkan bahwa kelompok ini
merupakan pemula di daratan dan pernah menjadi penguasa daratan (di wakili oleh
macam-macam Dinosaurus). Reptilia pernah menguasai air (diwakili oleh Mesosaurus), daratan (Tyramosaurus) dan udara (Pteranodon). Sedangkan data mengenai
Reptilia yang hidup di dalam tanah sayangnya tidak banyak diketahui.
Untuk mengkaji bagaimana Reptilia timbul dan
hilang (terutama Dinosaurus) dari muka bumi, kita dapat mempelajari
konsekuensi-konsekuensi dari kehidupan Reptilia sejak munculnya di muka bumi
hingga punahnya. Sebagai hewan Vertebrata yang pertama muncul sebagai hewan
daratan, maka Reptilia mempunyai konsekuensi untuk mengatasi masalah
kekeringan. Sebenarnya Vertebrata pertama yang muncul di daratan adalah
Amphibia, tetapi Amphibia dalam hal ini tidak diperhitungkan, karena sebagian
besar kehidupannya berlangsung di dalam air atau dinpermukaan, sehingga tidak
banyak menghadapi konsekuensi kekeringan. Sedangkan Reptilia benar-benar
merupakan hewan Vertebrata daratan.
Sejarah kemunculan Reptilia di daratan ditandai dengan
§ Terbentuknya sel telur berdinding ganda (telur
amniota)
§ Kulit tubuh yang ditutupi perisai
(misalnya kura-kura dan Dinoosaurus) atau sisik guna melindungi diri terhadap
kekeringan
§ Terbentuknya sistem ekskresi yang terpisah
kalau dibandingkan dengan hewan Vertebrata lainnya yang telah ada sebelumnya
(ikan, amphibia)
§ Terbentuknya anggota gerak
§ Terbentuknya alat indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan pengecapan yang lebih baik.
C.
Terbentuknya Sel Telur Berdinding Ganda
(AMNIOTA)
1. Kapan terbentuknya telur amniota tidak
dapat ditelusuri dengan baik, karena sedikitnya data fosil. Dalam hal ini harus
kita fahami bahwa Reptilia pertama yang muncul dipermukaan bumi seharusnya
berukuran relatif kecil, tetapi karena berukuran kecil, maka data fosilnyapun
sangat terbatas. Walaupun demikian, berlandaskan pada logika, ada beberapa
tahapan yangperlu dilalui kalau kita tinjau keadaan telur ikan dan amfibi dan
dibandingkan dengan tipe telur yang dimiliki Reptilia.
2. Konsekuensi dari sel telur berdinding
ganda (kapur dan selaput amnion) mengharuskan fertilisasi internal sebagai
satu-satunya alternatif refroduksi. Dengan demikian alat kelamin sekunder
jantan merupakan struktur pertama yang muncul di kelompok Vertebrata pada
Reptilia (dalam bentuk sepasang hemipenis).
3. Konsekuensi lain dari munculnya sel telur
berdinding kapur memerlukan suatu perubahan penting kalau dibandingkan dengan
telur amfibi atau ikan, karena kulit kapur tersebut harus dapat menghubungkan
embrio dengan dunia luar untuk pertukaran gas (oksigen-karbon dioksida).
4. Telur reptilia ternyata ditunjang dengan
terbentuknya membran amnion. Membran amnion berguna untuk menangkap oksigen
yang masuk melalui dinding sel kapur tersebut. Hal ini memberikan konsekuensi
bahwa telur pertama tidak mungkin terlalu besar agar pertukaran gas dapat
berlangsung dengan baik.
5. Konsekuensi lainnya adalah diggantikannya
insang dengan paru-paru (tahapan ini sudah dilalui oleh Amphibia).
6. Naiknya Reptilia ke daratan memberikan
konsekuensi pula pada alat indra.
7. Mata yang dilindungi dengan membran
nictitans digantikan dengan mata yang berkelopak, juga untuk melindungi dari
bahaya kekeringan.
8. Alat pendengaran yang sebelumnya terdapat
pada rahang bawah (pisces) mulai berangsur digantikan dengan telinga dalam,
karena juga mengghadapi tantangan kekeringan. Fungsi telinga lebih diperlukan
apabila dibandingkan dengan kehidupan di dalam air, untuk mencari mangsa dan
menghindar dari predator. Di dalm air, ikan dan amphibi menggunakan linea
lateralis yang berlangsung berhubungan
dengan air sebagai media, namun struktur tersebut tidak dapat berfungsi dengan
baik di daratan.
D.
Kepunahan (Termasuk Reptilia Besar -
Dinosaurus)
Dalam sejarah muka bumi telah tercatat adanya lima
kali peristiwa kepunahan besar-besaran. Hal ini terjaadi pada masa Kambrian,
Ordovisian, Devonian, Permian dn Kretasea. Diantara kelima peristiwa kematian
masal, maka peristiwa kematioan masal pada periode Permian merupakan kejadian
yang paling buruk dalam sejarah bumi. Pada waktu itu sekitar 75% organisme
punah. Namun pada masa kretasea sebelum peristiwa kematian masal, jumlah
organisme hidup sudah melebihi keadaan sebelum peristiwa kematian Permian.
Setelah peristiwa kematian Kretasea, maka kini jumlah organismepun masih
meningkat lagi sehingga diperkirakan jumlah organisme sudah dua kali lipat dari
pada keadaan sebelum peristiwa kematian Permian.
Apakah yang menyebabkan peristiwa kematian
tersebut di atas ada sejumlah teori yang dikemukakan para ahli, dan kemungkinan
besar beberapa teori dapat bekerja secara simultan atau merupakan akibat dari
kemungkinan terdahulu.
1.
Teori Pergerakan Benua dan Terbentuknya
Pangea
Akibat bergeraknya benua, maka jumlah panjang
pantai menjadi sangat pendek dibandingkan dengan keadaan apabila bumi terdiri
dari banyak benua. Hal ini menyebabkan sejumlah besar organisme laut yang hidup
di air dangkal akan punah. Selain itu konsekuensi yang juga timbul adalah
adanya satu daratan menyebabkan timbulnya perubahan cuaca yang drastis. Sebagai
contoh, semua daratan diberbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika Utara) akan
memiliki daerah gurun. Daratan yang luas dan datar menyebabkan daerah tengah
tidak mendapat cukup air hujan, karena hujan sudah turun di daerah yang tidak
terlalu jauh dari pantai. Akibat timbulnya gurun yang besar, maka sebagian
besar ikan akan menjadi berubah, kering. Sebagian besar organisme daratan dan
air akan punah.
2.
Teori Vulkanisme
Mengingat contoh vulkanisme akan menimbulkan
perubahan yang besar untuk suatu daerah. Letusan suatu gunung berapi dapat
berlangsung berbulan-bulan dan akibatnya paling tidak mempengaruhi sebagian muka
bumi. Di indonesia kita mengenal beberapa kepunahan yang sangat besar dan garis
tengahnya lebih dari 20 km, misalnya Danau Toba, Danau Tondano, dan Daerah
Dieng. Diperkirakan bahwa letusan gunung tersebut beberapa ratus kali lebih
dahsyat daripada letusan Gunung Krakatau. Akibat gunug krakatau saja, banjir
besar menimpa daerah Negri Belanda yang berjarak puluhan ribu kilometer.
Apabila ada sejumlah besar gunung berapi sebesar gunung Krakatau atau Tambora
meletus, maka akan timbul kegelapan selama berbulan-bulan. Hal ini akan
menyebabkan perubahan cuaca yang sangat drastis. Pengaruh letusan Gunung
Galunggung saja telah hampir memusnahkan beberapa spesies di Jawa Di
Pangandaran, jumlah banteng tinggal tiga ekor dari 35 ekor sebelumnya. Menurut
hasil visum, kebanyakan banteng mati karena ada deposit debu vulkanis di
paru-paru, dan sejumlah besar abu vulkanis di dalam lambung yang tidak dapat
dikeluarkan dengan feces, mungkin karena terlalu berat.
3.
Teori Meteorit atau Supernova
Memorit berukuran sangat besar yang menabrak bumi
akan menyebabkan perubahan iklim global, selain menimbulkan gempa bumi, akan
memberikan akibat yang serupa dengan letusan gunung berapi, yang berarti
perubahan cuaca. Ledakan supernova (bintang raksasa) di luar angkasa akan
menyebarkan debu bintang yang mungkin menimbulkan kegelapan. Debu bintang dapat
pula mempengaruhi magnetik bumi. Apabila kutub magnetik bumi berubah, maka akan
terjadi gempa bumi, karena poros bumi mengalami perubahan. Menurut penelitian,
kutub magnetik bumi memang sudah tidak tapat dari yang diperhitungkan dahulu.
Selain itu meteorit atau supernova dapat membawa suatu unsur seperti lagam
berat (misalnya iridium) yang beracun bagi kehidupan di muka bumi.
4.
Teori Glasiasi
Turunnya hujan salju selam 1 minggu di Kota Roma
menjadi berita utama di tahun 1987. Hal ini disebabkan karena Kota Roma tidak
setiap tahun kedatangan salju. Biasanya hujan salju yang turun disana hanya
sepuluh tahun sekali. Pada tahun 1987, salju menumpuk sampai hampir 2 meter,
lalu lintas terputus, listrik mengalami banyak gangguan. Akibatnya puluhan
orang meninggal dunia karena kedinginan dan kelaparan. Gambaran peristiwa
diatas dapat terjadi lebih parah lagi di masa lalu. Apabila hal itu terjadi di
kota, bagaimana pula keadaannya di alam terbuka. Banyak satwa yang mati, dan
tanaman yang hancur. Adanya zaman es menyebabkan cuaca bumi menurun secara
drastis dan menimbulkan kematian masal bagi organisme yang tidak teradaptasi.
Menurunnya suhu bumi sebanyak satu derajat saja sudah dapat memperluas
lingkaran kutub menjadi beberapa puluh ribu km2, dan hal ini menyebabkan
kematian organisme daerah tersebut.
5.
Teori Adanya Air Bah
Air merupakan penyebab kepunahan yang paling umum
dijumpai. Hujan yang turun empat sam pai lima hari sudah menimbulkan banjir,
tanah longsor dan kerusakan tempat penghunian, ladang dan hewan ternak. Akibat
hujan beberapa hari saja sudah dapat menaikkan air sampai beberapa meter dan di
daerah muara dapat sampai belasan meter. Akibatnya seperti yang dapat kita
lihat di Bangladesh. Banyak ternak yang mati, tanaman pangan rusak total.
Apabila hal ini berlangsung beberapa minggu saja, maka seluruh daerah akan
mati, meninggalkan pohon-pohon yang besar saja. Sesudah banjir biasanya
penyakit mewabah, sehingga apa yang tertinggal ikut mati pula apabila tidak
ditangani.
Akibat glasiasi berakhir, maka seluruh daratan
Sunda dan daratan Sahul terendam air, meninggalkan daerah dataran tinggi saja
dan menjadikan Indonesia berbentuk kepulauan. Banyaknya organisme yang punah
tidak dapat diperkirakan.
6.
Teori Epidemi atau Pandemi
Kematian masal suatu organisme misalnya setelah
glasiasi atau banjir selain memusnahkan organisme yang terdapat di daerah
tersebut, juga akan menimbulkan penyakit lainnya. Ada proses pembusukan
besar-besaran, dan penyakit berkembang dengan pesat karena sanitasi yang buruk.
Akibatnya banyak organisme lain yang ikut mati karena jumlah mikroba pembusukan
meningkat dan menimbulkan infeksi pada organisme yang hidup di sekitarnya.
7.
Teori Naiknya Suhu Muka Bumi (Greenhouse
Effect)
Adanya jumlah CO2 yang besar akan
menyebabkan temperaturmuka bumi naik. Hal ini disebabkan oleh karena CO2
akan membentuk lapisan yang menghambat masuknya sinar matahari. Akibatnya
setiap pemanasan pada siang hari akan tetap tertahan pada malam hari, dan
dengan demikian, udara bertambah lama bertambah panas.
8.
Teori Radiasi Ultra Violet dan Lubang Ozon
Lubang ozon menimbulkan mutasi pada organisme
karena kemampuannya menembus sel dan memotong-motong DNA. Rusaknya DNA umumnya
menyebabkan organisme yang dikenai sinar ultraviolet mengalami mutasi yang
kemungkinan besar merugikan sehingga punah. Dengan adanya lubang ozon, maka
suhu muka bumi akan naik dan contoh pada masa kini adalah banyaknya organisme
yang punah akibat naiknya temperatur muka bumi.
9.
Teori Berkembangnya Mamalia Kecil Setelah
Perubahan Temperatur Global
Mamalia kecil diperkirakan mulai berkembang di
muka bumi tidak lam setelah kemunculan Reptilia. Sebelumnya, Mamalia tertekan
perkembangannya karena bersaing dengan Dinosaurus. Namun pada waktu terjadi
perubahan muka bumi, keberadaan Mamalia tidak banyak terpengaruh, sebaliknya
sebagian besar Dinosaurus punah.
10.
Teori Campur Tangannya Manusia
Hal ini terutama berlaku untuk buaya, penyu dan
kura-kura besar. Penyebabknya adalah karena over harvesting dan over exploiting
untuk kesenangan atau ketamakan sekelompok orang dan rasa sekuriti kelompok
yang lain.
Dari kesembilan penyebab utama yang disebutkan di
atas, maka hanya tiga penyebab utama (epidemi, Mamalia, dan Manusia)yang tidak
mempengaruhi perubahan temperatur muka bumi secara umum, kecuali pada zaman
modern. Mengapa naik turunnya temperatur muka bumi berpengaruh pada kepunahan
reptilia, terutama Dinosaurus ?
a. Kebanyakan Reptilia tidak mengerami
telurnya, tetapi menguburnya di dalam tanah.
b. Kebanyakan Reptilia mempunyai determinasi
seks yang bergantung kepada temperatur. Hal ini berarti bahwa suhu lingkungan
akan menentukan jenis kelainan organisme yang akan menetas dari telur.
c. Mengapa keberadaan Mamalia menjadi ancaman
bagi Reptilia ? kalau temperatur bumi turun, maka Reptilia memerlukan waktu
yang lebih lama untuk aktif, sedangkan Mamalia tidak demikian. Diperkirakan
sifat homoioterm merupakan kunci keberhasilan Mamalia. Karena kemampuan
termoregulasi, maka kenaikan suhu bumi, keberdaan Mamalia tidak terpengaruh
sebesar pengaruh yang terjadi pada organisme poikiloterm.
d. Kalau temperatur bumi naik, maka Reptilia
harus bersembunyi kalau tidak mereka dapat hiperaktif dan memerlukan energi
tinggi, disebabkan karena Reptilia tidak mempunyai kemampuan termoregulasi yang
baik. Mamalia memang ikut menderita pada zaman glasiasi, tetapi dapat mengatur
suhu tubuhnya secara lebih mudah, sehingga tidak perlu menjadi hiperaktif.
e. Pada masa kepunahan, maka sebagian besar
organisme punah, dan ini berarti punahnya sebagian besar mangsa. Reftilia
berukuran besar akan lebih sulit mencari mangsa, tetapi tidak demikian bagi
Reptilia kecil dan Mamalia. Mereka bersaing tetapi Mamalia dapat aktif siang
atau malam, sedangkan Reptilia lebih terbatas jam operasinya karena perlu
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang waktunya lebih lambat dibandingkan
Mamalia. Mamalia kecil yang lebih gesit mempunyai kemampuan menyembunyikan diri
dari Reptilia berukuran besar.
f. Telur Reptilia merupakan mangsa bagi
Reptilia dan Mamalia kecil, sedangkan Mamalia tidak mempunyai telur yang bebas
yang dapat di mangsa organisme lain.
g. Mamalia menjaga anaknya sedangkan
kebanyakan Reptilia tidak.
h. Konsekuensi dan determinasi seks yang
bergantung kepada temperatur. Reptilia mempunyai detyerminasi seks yang
bergantung kepada temperatur. Apabila kita kaji strategi reproduksi Reptilia,
diketahui bahwa proses pematangan telur ditentukan oleh penyinaran mata hari.
Di sini tidak ada masalah apakah temperatur muka bumi naik atau turun. Adanya
perubahan temperatur akan mengakibatkan timbulnya salah satu jenis kelamin
saja, jantan atau betina. Dengan demikian, semua telur yang menetas akan
menghasilkan salah satu jenis kelamin saja. Dengan demikian tidak ada
regenerasi untuk generasi yang berikutnya. Dalam satu atau dua siklus reproduksi
saja, maka jenis tersebut dapat hilang dari muka bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar,Dr Djoko T. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung : ITB
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : Universitas
Negeri Malang.
0 comments:
Post a Comment