A. JENIS-JENIS PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Konstektual
Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam
konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa
yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya
Pendekatan
konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual
sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif
yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya.
Dalam
pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
1. Mengaitkan
adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang
sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui
siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami
merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat
terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta
melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan.
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan
relevan.
4. Kerjasama.
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama
tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan
dunia nyata.
5. Mentransfer.
Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan fokus pada
pemahaman bukan hapalan
2. Pendekatan
Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk
meningkatkankemampuansiswasecarapribadi.
Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan
pengalaman langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara umum
yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.
Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat
beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky
menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
· Konstrukstivisme
Individu
Para
psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis
individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan
bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
· Konstruktivisme
social
Berbeda
dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara
bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual.
· Ciri-ciri pendekatan
konstruktivisme
Dengan
adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik
dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
Setiap
siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
Peran guru
hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan
dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari
3. Pendekatan
Deduktif
Pendekatan
deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk
menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis
yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik
lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai
pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuan yangk husus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan
induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan
konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep
adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama.
Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh.
· Ciri-ciri suatu
konsep adalah:
a. Konsep
memiliki gejala-gejala tertentu
b. Konsep
diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c. Konsep
berbeda dalam isi dan luasnya
d. Konsep
yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
e. Konsep
yang benar membentuk pengertian
f. Setiap
konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi
yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
a. Menanti
kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan.
b.
Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c.
Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai
konsep yang komplek.
d.
Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
· Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
a.Tahap
enaktik
Tahap
enaktik dimulai dari:
- Pengenalan
benda konkret.
- Menghubungkan
dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
- Pengamatan, penafsiran tentang benda baru
b.Tahap
simbolik
Tahap
simbolik siperkenalkan dengan:
- Simbol,
lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (?=,/) dll.
- Membandingkan
antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup
mengerti akan ciri-cirinya.
- Memberi
nama, dan istilah serta defenisi.
c.Tahap
ikonik
Tahap ini
adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti:
- Menyebut
nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu
mengatakannya
6. Pendekatan Proses
Pendekatan
proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar
menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau
mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam
pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau
memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang
dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerrja dan sebagainya.
7. Pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat
Pendekatan
Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep,
keterampilan proses,CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang
cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan
penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan
sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya. Filosofi yang
mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik
menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa
yang telah mereka ketahui.
1. Jenis-jenis Sumber
Pembelajaran dan Pemanfaatannya
a. Sumber pembelajaran
berdasarkan sifat dasarnya
v Sumber insani (guru,
sastrawan, tokoh masyarakat, tutor sebaya dan sebagainya).
v Sumber noninsani
(buku, majalah, surat kabar, radio tv, internet dan sebagainya).
b. Sumber Pembelajaran
Berdasarkan Segi Pengembangannya
v
Learning
sources by design : sumber pembelajaran yang dirancang/disengaja
dipergunakan untuk keperluan pengajaran yang telah diseleksi.
v
Learning sources by
utilitarian: sumber pembelajaran yang ada di sekeliling sekolah yang
dimanfaatkan untuk memudahkan siswa yang sedang belajar / sifatnya
insidentil.
2. Jenis Sumber Pembelajaran Menurut Association Of Education Communication Technologi (AECT):
v
Pesan/ Message : informasi
yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk gagsan, fakta, arti dan
data.termasuk disini bahan pelajaran yang dituangkan dalam buku/wacana.
v People/ orang nara sumber: manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, penglah dan penyaji pesan.
v Materials/bahan :
Perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui
penggunaan alat/perangkat keras ataupun dirinya sendiri (tranparansi, slide,
film, audio, vidio, modul, majalah, buku dan sebagainya).
v Device/ alat; sesuatu
perangkat keras yang digunakan untuk menyempaikan pesan yang
tersimpan dalam bahan (OHP, tape recorder, pesawat radio, dan
sebagainya).
v Technique/teknik:
prosedure/acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan peralatan, orang,
lingkungan untuk menyampaikan pesan.
v Setting/lingkungan :
situasi/suasana sekitar dimana pesan disampaikan.
ü lingkungan fisik
(ruang kelas, gedung sekolah, Perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan).
ü lingkungan non fisik
(iklim belajar, tenang, ramai, lelah, dan sebagainya).
3. Beberapa Acuan untuk
Memilih Menggunakan Sumber Pembelajaran
v Penggunaan itu dalam
rangka memotivasi belajar siswa.
v Pengunaan itu dalam
rangka mendukung pencapaian kompetensi siswa.
v Penggunaan itu dalam
rangka mendukung program pengajaran yang melibatkan aktivitas penelitian
siswa.
v Penggunaan itu dapat
membantu memecahkan masalah.
4. Prinsip-prinsip
Pengadaan Sumber Pembelajaran
v Ekonomis/menyangkut
dana pembiayaan.
v Adanya teknisi yang
dapat mengoperasikan alat tertentu yang dijadikan sumber pembelajaran.
v Praktis dan sederhana, mudah mengoperasikan dan terjangkau.
v Fleksibel, mudah
dikembangkan, tidak kaku.
v Relevan dengan materi dan kompetensi yang hendak dicapai siswa.
v Efesiensi, tepat dan
mudah dalam pencapaian kompetensi yang ingin dikuasai siswa.
v Bernilai positif bagi
proses pembelajaran siswa. Contoh memilih wacana hendaknya yang berdampak
positif seperti kekejaman perang, musibah dan sebagainya, jangan tentang
pembunuhan/perkosaan
5. Jenis
Pembelajaran Pengayaan
Ada
tiga jenis pembelajaran pengayaan, yaitu:
1. Kegiatan eksploratori yang
bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian
dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, dan sabagainya, yang
secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil
dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam
bentuk pembelajaran mandiri.
3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/penelitian
ilmiah. Pemecahan masalah ditandai dengan:
a) identifikasi
bidang permasalahan yang akan dikerjakan
b) penentuan fokus
masalah/problem yang akan dipecahkan
c) penggunaan
berbagai sumber
d) pengumpulan
data menggunakan teknik yang relevan
e) analisis data
f) penyimpulan hasil
investigasi.
Sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik
lebih cepat belajar
dibanding
sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan kompetensi
melebihi standari
isi. Misalnya sekolah-sekolah yang menginginkan memiliki keunggulan
khusus.
B. METODE-METODE PEMBELAJARAN
Metode-metode pembelajaran dapat dilihat dari dua sudut:
A. Metode Pembelajaran
Sudut Siswa
1. Menurut
Ausuble dan Robinson (1969) ada empat macam bentuk belajar yaitu: belajar
menerima, belajar diskaveri, belajar menghapal dan belajar bermakna.
a. Belajar Menerima
Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar dengan peranan siswa
lebih pasif, lebih banyak menerima dari apa yang disampaikan oleh guru.
Pengertian menerima atau pasif lebih banyak menyangkut proses mental terutama
berfikir. Dalam belajar menerima tidak berarti tidak ada proses berfikir,
tetapi prosesnya hanya sedikit atau sederhana.
Bentuk kegiatan belajar
menerima yaitu: mendengarkan ceramah dan membaca bahan pelajaran secara pasif.
b. Belajar Diskaveri
Belajar diskaveri
disebut juga belajar inquiri, yaitu erat hubungannya dengan apa yang biasa
disebut CBSA. Kegiatan belajar ini lebih berfikir aktif, karena ada sejumlah
proses mental yang dilakukan siswa. belajar diskaveri lebih kompleks, banyak
menuntut aktifitas berfikir dan bahkan tidak jarang pula menuntut sejumlah
aktifitas fisik.
Bentuk-bentuk
belajar diskaveri yaitu: tanya jawab, diskusi, pengamatan, percobaan,
latihan-latihan, bersimulasi, permainan, mengerjakan tugas-tugas, mengadakan
penelitian sederhana, memecahkan masalah dan lain-lain.
c. Belajar Menghapal
Belajar menghapal
merupakan kegiatan belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau
fakta-fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.
d. Belajar Bermakna
Dalam belajar
bermakna suatu yang dipelajari dari makna. Makna dapat terjadi karena: 1) ada hubungan antara suatu
fakta/pengetahuan dengan fakta/pengetahuan lainnya, umpamanya gedung tinggi
dengan tangga, atau antara angin laut dengan nelayan yang pulang, 2) ada
hubungan antara suatu pengetahuan dengan penggunaannya, umpamanya manfaat
kincir air atau kincir angin, penggunaan pupuk dan sebagainya.
Walaupun
tidak selalu sejajar, belajar menerima cenderung mengarah kepada belajar
menghapal dan belajar diskaveri cenderung ke arah belajar bermakna.
2. Belajar Di Sekolah dan Di
Luar Sekolah
Kegiatan
belajar di sekolah berada di bawah bimbingan dan pengawasan langsung dari guru.
Kegiatan belajar di luar sekolah tidak mendapatkan bimbingan dan pengawasan
guru. Kegiatan belajar di luar sekolah dapat berlangsung di rumah, perpustakaan
atau pusat-pusat kegiatan belajar.
3. Belajar Secara Klasikal, Kelompok
dan Individual
Kegiatan belajar dapat
berlangsung secara klasikal, kelompok atau individual.
4. Belajar Teori dan Praktik
Apa yang di
pelajari oleh siswa dapat berkenaan dengan suatu teori, tetapi dapat juga
menyangkut kegiatan praktik.
B. Metode Pembelajaran Sudut
Guru
1. Membelajarkan Secara
Ekspositori
Kegiatan
belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan
mengajar yang bersifat ekspositori. Baik dalam tahap perencanaan maupun
pelaksanaan pembelajaran guru berperan lebih aktif. Guru telah mengelola dan
mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu menyampaikan kepada siswa.
Metode mengajar yang biasa
digunakan dalam pengajaran ekspositori adalah:
- Metode
Ceramah
Metode
ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Yang
dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam
pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan
alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara
pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah
mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan
oleh pengajar.
·
Ceramah wajar
dipergunakan untuk :
1. Kalau
pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat
bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
2. Kalau
pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau
karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak
mungkin dapat dipergunakan.
3. Kalau
pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang pembelajar untuk
melaksanakan sesuatu pekerjaan. Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi
pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil
berdiri atau kadang-kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan
kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus
membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan
sebagainya.
·
Beberapa kelemahan metode
ceramah adalah :
a. Membuat siswa
pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak
didik yang lebih tanggap auditifnya dapat
lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
· Beberapa kelebihan
metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan
·
Batas batas kemungkinan metode ceramah
1. Pengajar
tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti (memahami) yang
telah dibicarakan.
2. Pada pembelajar dapat terbentuk
konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh pengajar tersebut.
·
Langkah-langkah di bawah ini pada umumnya
merupakan langkah yang dapat mempertinggi hasil metode ceramah:
a. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari
oleh pembelajar.
b. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah
benar-benar merupakan metode yang sangat pada tempatnya.
c. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.
d. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang
tertentu harus ditetapkan sebelumnya.
e. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.
f. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan
dengan melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar
ringkas mengenai pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan
pokok tersebut dan akhirnya menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan
itu.
g. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan.
Dalam merencanakan
pengajaran dengan metode ini hal yang perlu dipersiapkan dengan seksama oleh
guru adalah bahan ajar. Sesuai dengan topik atau pokok bahasan, bahan ajar
dipilih dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa,
disusun secara sistematis rinci, dilengkapi dengan contoh-contoh dan peranyaan.
- Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara
penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode
demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu
pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat
laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok
adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses.
Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek,
membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep
serta fakta yang memungkinkan.
Demonstrasi
adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara
menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.
Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu,
demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami
langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau
memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan
dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung
setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang
dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
Metode ini
digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk mengajarkan suatu bahan ajar
yang memerlukan peragaan atau sebagai metode pelengkap dari metode ceramah.
2. Membelajarkan Dengan
Mengaktifkan Siswa
Dalam
pelaksanaan kegiatan mengajar yang mengaktifkan siswa, guru tidak begitu banyak
melakukan aktivitas, aktivitas lebih banyak dilakukan oleh siswa. Guru memberi
petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan
mengadakan evaluasi.
Metode
mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran dengan mengaktifkan siswa
adalah:
a. Metode Tanya-Jawab
Metode ini
paling sederhana dalam pengajaran dengan mengaktifkan siswa. Metode dapat
dilaksanakan secara klasikal maupun kelompok, antara guru dengan siswa atau
antara siswa dengan siswa. Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru maupun
buku-buku sumber.
Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak
hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah.
melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak
siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : metode
tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu
terletakdalam :
1) Corak Pertanvaan Yang Diajukan Oleh Guru.
Pada
hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga
bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui
metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.
2) Sifat Pengambilan Bagian
yang Diharapkan Dari Pihak Siswa.
Sebaliknya
dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak
berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan
fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan
seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan
lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode,
tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi,
sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru
dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering
sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai
perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.
·
Penggunaan Metode Tanya
Jawab
Untuk
memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab,
berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan
diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah
kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.
· Ilustrasi penggunaan
metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang
lalu
2. Menyelingi pembicaraan
untuk mendapatkan kerjasama siswa
3. Memimpin pengamatan atau
pemikiran siswa
· Kelebihan metode
tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena
anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2.
Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui
hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru
dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu
yang diterangkan.
·
Kelemahan metode tanya
Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan
menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa
menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang
dibicarakan. Dalam hal ini sering
tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.
b. Metode Diskusi
Metode ini
banyak persamaannya dengan metode tanya jawab. Perbedaan utamanya terletak pada
hal yang dibahas serta cara pembahasannya.
Metode
diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi
dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama.
· Diskusi sebagai
metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:
a. Memanfaatkan berbagai
kemampuan yang ada pada siswa
b. Memberi kesempatan pada
siswa untuk mengeluarkan kemampuannya
c. Mendapatkan balikan dari
siswa apakah tujuan telah tercapai
d. Membantu siswa belajar
berpikir secara kritis
e.
Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman-teman
f.
Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun
dari pelajaran sekolah
g. Mengembangkan motivasi
untuk belajar lebih lanjut.
· Kegiatan siswa dalam
pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
a.
Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu
problem dan topik kepada kelas.
b. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data
dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan
jawaban pemecahan problem yang diajukan.
c. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri
maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau
sekelompok.
d.
Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat
yang baru dikemukakan.
e.
Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh
siswa atau kelompok lain.
f.
Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.
g.
Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman
baik setuju maupun bertentangan.
h. Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam
bahasa yang baik dan tepat.
i. Ikut
menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
j. Tidak
bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari
pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.
c. Metode Pengamatan dan Percobaan
Metode pengamatan
berkaitan erat dengan metode percobaan, keduanya berisi kegiatan pengamatan
atau observasi. Perbedaanya terletak pada obyek yang diamati. Dalam pengamatan
yang diamati adalah suatu obyek (benda, kegiatan dan lain-lain) yang bersifat
ilmiah, sebagaimana adanya, sedang pada percobaan yang diamati adalah suatu
obyek yang dibuat oleh pengamat.
Beberapa
saran untuk mengadakan eksperimen.
1. Menerangkan
sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui
pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen.
2.
Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang dianggap
sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan
yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.
3.
Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.
4. Setelah
eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang
lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.
d. Metode
Belajar Kelompok
Secara
singkat metode ini disebut juga metode kelompok, adalah suatu cara yang
menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok. Dalam belajar
biasanya digunakan kelompok kecil (2-5 siswa) dan kelompok sedang (6-10 siswa).
Metode
investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para
guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang
heterogen.
Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin
dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang
telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas
secara keseluruhan. Adapun deskripsi
mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Seleksi topic
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu
wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para
siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi
pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur
belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan
subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan
ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai
informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas
saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai
kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
e. Metode Latihan
Pada umumnya
metode ini berisi rangkaian kegiatan mengulangi suatu perbuatan, sampai
perbuatan tersebut disukai siswa. Contohnya: pemecahan soal,
olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja dan ain-lain.
f. Metode Pemecahan Masalah
Metode ini
merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena metode ini mencoba
melihat dan memecahkan ”masalah yang cukup kompleks” dan menuntut/mengembangkan
kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
·
Adapun keunggulan metode
problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan
kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikanmasalah yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
·
Kelemahan metode problem
solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk
menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut.
2.
Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
g. Metode Pemberian Tugas
Agar para
siswa belajar di luar kelas/sekolah maka penggunaan pemberian tugas merupakan
metode yang paling tepat.
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau
penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk
setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian
tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:
1) Tugas
harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa
2) Hasil
dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu
kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang
bersangkutan
3) Di
akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
h. Metode Cooperative Learning
1. pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan suatu kegiatan
pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja bersama
untuk memperoleh pengalaman belajar.
Metode
cooperative learning berbeda dengan belajar kelompok. Perbedaan tersebut
terletak pada pembagian kelompok siswa dalam pembelajaran dan struktur
kerjasama diantara siswa.
Johnson
(1991), mengemukakan bahwa metode cooperative learning dalam pelaksanaannya
siswa tidak harus duduk berhadapan dalam satu meja untuk menyelesaikan suatu
masalah guna mengerjakan tugas individu masing-masing. Model cooperative
learning bukan pula merupakan tugas laporan suatu sekelompok siswa dimana hanya
salah satu siswa yang mengerjakan tugas seluruhnya, sedangkan yang lainnya
pasif.
Dalam
metode cooperative learning menurut anita lie (2000), terdapat lima unsur yang
harus diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab
perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota dan 5) evaluasi proses
kelompok.
Agar kelima
unsur tersebut dapat dicapai, maka siswa didalam kelompok harus mempunyai niat
dan kiat (will and skill). Dalam pengelolaan kelas ada tiga hal penting yang
perlu diperhatikan, yaitu: 1) mengelompokkan, 2) semangat cooperative learning,
dan 3) penataan kelas
2. Model Cooperative Learning
Menurut
degeng (2000) menyatakan bahwa perlunya perubahan persepsitentang bagaimana
menata lingkungan agar belajar bukan lagi dilihat sebagai aktivitas yang
membosankan dan menyakitkan, akan tetapi merupakan aktivitas yang menyenangkan dan
menggairahkan membutuhkan kebebasan dalam melakukan kontrol diri. Banyak
fenomena pendidikan yang nampak jelas membatasi kebebasan anak untuk bertindak
kreatif-produktif. Hampir semua prilaku dikontrol oleh kondisi atau sistem di
luar dari anak, sehingga yang terbentuk adalah anak-anak yang ”duduk manis” dan
”patuh” atas kehendak lingkungan yang merupakan lawan dari anak-anak yang
kreatif-produktif.
Menurut gunter (1990), terdapat enam model cooperative
learning. Model-model tersebut
adalah:
1. the jigsaw model
Model ini
dapat meningkatkan kerjasama antar siswa. Siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa.
Kelompok-kelompok ini disebut ”home group”. Tiap-tiap anggota dalam kelompok
tersebut mengerjakan tugas yang berbeda satu sama lain. Kemudian masing-masing
anggota dari one group berpencar dan berpindah ke kelompok lain, dan ini
disebut”expert group” karena siswa tersebut menjadi seorang ahli dengan tugas
yang sama untuk memberikan informasi ketika ia kembali ke kelompok semula.
2. the team-games tournament (TGT) model
Model ini
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berlomba dalam belajar. Masing-masing
kelompok berlomba untuk mendapatkan nilai yang tinggi.
Ada 5 komponen utama dalam
komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa
yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras
atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4.Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa
meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team Recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Team
mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team”
apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
3. the student teams avhivement division (STAD) model
Model ini
dikembangkan karena seorang siswa kurang puas dengan hasil nilai yang diperoleh
dari the team-games tournament (TGT),
oleh karena itu seorang guru akan memberikan tes lanjutan dalam bentuk quiz
atau tes.
4. the team interview model
Team
interview dikembangkan untuk memperoleh kerjasama kelompok, membangun kegiatan
kelompok, cara memantau pemahaman bacaan atau laporan nilai kelompok.
5. the graffiti model
Graffiti
adalah model pembelajaran struktur, dimana siswa diminta memberikan bentuk
struktur yang benar. Model ini merupakan cara yang paling tepat untuk melihat
sejauh mana pemahaman struktur yang benar.
6. the think, pair, share
model
Model ini
merupakan teknik sederhana dengan hasil yang besar. Hasilnya dapat meningkatkan
peran serta siswa dalam menambah informasi. Siswa berdiskusi dalam kelompok
kecil atau berpasangan sebelum diskusi didalam kelas. Siswa lebih percaya diri
karena telah memiliki bekal dalam diskusi kelompok kecil atau pasangan sehingga
mereka lebih aktif karena tidak didominasi oleh siswa yang pandai semua siswa
berperan serta dalam diskusi kelas tersebut.
C.
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Untuk
membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran.
Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa,
sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan
dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.
Akan tetapi sajian yang dikemukakan berupa pengertian dan rasional serta
sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip, modifikasinya diserahkan kepada guru
untuk melakukan penyesuaian,
·
Model pembelajaran terdiri dari tiga jenis yaitu:
- Direct instruction
(DI)
- Cooperative
learning (CL)
- Problem based
instruction (PBI)
·
Empat ciri khusus model pengajaran:
- Landasan
teoritik
- Tingkah laku
mengajar (sintaks)
- Tujuan hasil
belajar siswa
- Lingkungan
belajar dan sistem pengelolaan
·
Terdapat tiga katagori penilaian terhadap model
pengajaran tersebut:
- Penilaian
berdasarkan pada penilaian berbasis kelas
- Dilakukan
secara terintegrasi selama proses pembelajaran dilaksanakan
- Diperlukan
kriteria yang jelas dan konsisten pada setiap jenis penilaian yang
dilakukan
1. Direct Instruction (DI) Pengajaran
Langsung
Pengetahuan
yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya
adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing,
refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode
ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
Landasan
teoritiknya adalah teori belajar sosial, dari albert bandura tentang pemodelan
tingkah laku yang melahirkan modeling dimana sifatnya CTL (centered teacher
learning), yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru.
Hasil belajar
siswa terdiri atas:
- Pengetahuan
prosedural
- Pengetahuan
deklaratif sederhana
- Mengembangkan
keterampilan belajar, dimana strategi belajar direncanakan, dirumuskan,
dipilih dan ditentukan oleh seorang guru
Tingkah laku
mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam lima fase utama:
1. Fase Pertama; menyampaikan
tujuan dan mengkondisikan siswa
Perilaku guru adalah:
menjelaskan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
dan mempersiapkan siswa untuk belajar
2. Fase Kedua;
mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Perilaku guru adalah:
mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi
tahap
3. Fase Ketiga; membimbing
pelatihan
Perilaku guru adalah:
marencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
4. Fase Keempat; mengecek
pemahaman dan memberi umpan balik
Perilaku guru adalah: mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik
5. Fase Kelima; memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Perilaku guru adalah:
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatiankhusus
pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Lingkungan
belajar dan sistem pengelolaan perlu perencanaan dan pelaksanaan yang sangat
hati-hati dari pihak guru.
2. Pembelajaran Kooperatif
(CL)
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model
pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif
(kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Landasan
teorinya adalah teori konstruktif yang bebicara tentang hakikat sosiokultural
dari vygotsky. Konsep utamanya adalah learning community, bersifat CTL
(pembelajaran konstektual/bermakna).
Hasil belajar siswa terdiri
dari :
1.
Hasil belajar akademik berupa konsep-konsep sulit
2.
Keterampilan sosial berupa keterampilan kooperatif
Tingkah
laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam enam fase utama
yaitu:
1. Fase Pertama; menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa.
Perilaku guru adalah:
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa
untuk belajar.
2. Fase Kedua; menyajikan
informasi.
Perilaku guru adalah: menyajiakan
informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3. Fase Ketiga;
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar.
Perilaku garu adalah: menjelaskan
kepada siswa bagaimana cara membantuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4. Fase Keempat; membimbing
kelompok bekerja dan belajar.
Perilaku garu adalah:
membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas-tugasnya.
5. Fase Kelima; evaluasi.
Perilaku garu adalah:
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta
kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya.
6. Fase Keenam; memberikan
penghargaan
Perilaku guru adalah:
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Lingkungan
belajar dan sistem pengelolaan diarahkan kepada terbentuknya proses demokrasi
dan peran aktif siswa. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan
tingkat kemampuan yang berbeda. Sehingga model pembelajaran ini juga berpusat
pada siswa.
3. Pengajaran Berdasarkan
Masalah/Problem Based Instruction (PBI)
Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana
nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model
pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri.
Landasan teoritiknya
adalah teori belajar konstruktivis dari Bruner dengan konsep intinya belajar
penemuan (Inquiry), model ini juga bersifat CTL.
Hasil
belajar siswa berupa pemecahan masalah autentik sehingga dapat menjadi pembelajaran
yang mandiri/otonom.
Tingkah
Laku Mengajar (Sintaks) dari model dapat dilihat dalam lima fase utama yaitu:
1. Fase Pertama; orientasi
kepada masalah
Perilaku Guru adalah:
menjelaskan tujuan, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa
sehingga terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Fase Kedua; mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Perilaku Guru adalah: membantu
siswa mendefinsikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
tugas belajar.
3. Fase Ketiga; membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok
Perilaku Guru adalah:
mendorong siswa untuk mau mengumpulkan imformasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Fase Keempat; mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Perilaku Guru adalah: membantu
siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
serta membantu mereka dalam membagi tugas.
5. Fase Kelima; menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Perilaku Guru adalah: membantu
untuk melakukan refleksi/evaluasi terhadap penyelidikan merekadan proses yang
mereka gunakan.
Lingkungan belajar
dan sistem pengelolaan ditujukan dan diarahkan menjadi terbuka, proses
demokratis, peran aktif siswa. Norma inkuiri terbuka dan siswa bebas
mengemukakan pendapat.
- Problem
Solving
Dalam hal
ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma).
Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa
berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
- Problem Posing
Problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui
elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih
simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.
6. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya
pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara
(flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara,
atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa
beragam. Selanjutnya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian
model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan
membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian
masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir
siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit
demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya
adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat
respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
7. Probing-prompting
Teknik
probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan
baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
Dengan
model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif,
siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang,
namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya
serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada
lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,
menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah
berpartisipasi.
8.
Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey
(1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari
eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat,
eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan
aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
9. SAVI
Pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di
mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization
yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga, dan Intellectualy
yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on)
belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.
10. TGT (Teams Games
Tournament)
Penerapan
model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa
sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan
menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru
bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya
adalah sebagai berikut:
a. Buat
kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
\mekanisme kegiatan
b. Siapkan
meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa
yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan-kesepakatan.
0 comments:
Post a Comment