VALIDASI PTK
Validasi
adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat
memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada perubahan yang mempengarui
produk secara langsung (major modification), produk baru atau produk lama
dengan metode baru, exiting dan legacy product. Validasi metode analisis
bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut
sudah sesuai untuk peruntukannya.
Tahap verifikasi inilah
kesulitan pokok, terutama kita sebagai bangsa Indonesia. Apakah kita sudah
terbiasa menyampaikan kekurangan secara terbuka, menunjukkan kebaikan secara
bebas, atau justru kita sering berbasa-basi tentang komentar kita, akibatnya
kita tidak pernah mendapatkan verifikasi yang sebenar-benarnya.
Para peneliti AR tidak mempromosikan “context-free-knowledge”.
Kredibilitas, validitas (keteralihan) dan realibilitas (kebergantungan) maupun
objektivitas diukur melalui kesiapan para stakeholders untuk bertindak
terhadap hasil AR dan sampai seberapa kredibilitas hasil tersebut sesuai dengan
harapannya.
Seperti halnya dalam tradisi paradigma kualitatif, AR juga menempatkan
empat kriteria keabsahan data, yakni kredibilitas, keteralihan, kebergantungan
dan kepastian.
Kredibilitas. Keabsahan atau kesahihan data menjadi tolok ukur, apakah
simpulan dari penelitian ini dapat dipercaya atau tidak ?
Keteralihan (validitas). Data yang diperoleh hendaknya absah,
karena akan terkait dengan bagaimana hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi lain yang
relatif sama, dilihat dari kesamaan karakteristik latar dan konteksnya.
Kebergantungan (realibilitas). Data yang diperoleh hendaknya reliabel (baca istilah pada paradigma
kuantitatif). Artinya, bagaimana peneliti dapat mengakses data secara konsisten
dari waktu ke waktu. Konsistensi ini menunjuk pada fokus yang menjadi perhatian
utama, dari teknik dan cara‑cara yang digunakan serta kaidah‑kaidah berfikir
dalam melakukan interpretasi data.
Kepastian (objektivitas). Kepastian data indentik dengan makna objektivitas. Objektif berarti sesuai
dengan fakta apa adanya, bukan data rekaan dan bukan interpretasi yang
melanggar kaidah intersubjektivitas.
Penelitian tindakan
adalah upaya mencari perubahan dan meningkatkan. Peneliti bukanlah orang luar,
peneliti adalah partisipan atau agen pembaharu, artinya kita tidak dapat
menyerahkan pelaksanaan tindakan kepada orang lain (karena kitalah yang sedang
me dan di tingkatkan). Apakah hasil dapat diterapkan di tempat lain, jawabannya
tidak. Penelitian yang mencari perubahan dan peningkatan layanan tidak dapat
diterapkan di tempat lain. Penelitian ini untuk mencari perubahan dan
peningkatan situasi (latar peneltian jadi tidak bisa dipindah). Apakah telah
terjadi perubahan dan peningkatan? Maka verifikasi akan menentukan, karena
kesepakatan/consensus seluruh pihak yang terlibat yang akan memutuskan tingkat
keberhasilan. Jika guru dan siswa tanpa pihak lain, maka guru dan siswalah yang
memeriksa tingkat keberhasilan itu. Jika ada kepala sekolah, maka consensus
ditambah kepala sekolah.
- Pengertian Validasi
Validasi
adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat
memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
dan terdokumentasi dengan baik. Validasi dilakukan bila ada perubahan yang
mempengarui produk secara langsung (major modification), produk baru atau
produk lama dengan metode baru, exiting dan legacy product.
Validasi
hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan. Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
- Peryaratan Pelaksanaan Validasi
Persyaratan
yang harus dilakukan dalam melaksanakan validasi adalah:
1 validasi harus sudah tersedia dan telah diapprov
1 validasi harus sudah tersedia dan telah diapprov
2.Validation studies harus
sesuai dengan protoko
3.Data validasi dari studies
harus dikumpulkan, dicatat dan disimpulka
4. Validation report harus
direview oleh tiap departemen terkait dan diapprove oleh quality unit
5. Data validasi harus terdokumentasi dengan bai
5. Data validasi harus terdokumentasi dengan bai
6. Jika terdapat perubahan pada
proses yang divalidasi harus dilaporkan
- Macam-macam Validitas
Salah satu langkah dalam prosedur
untuk mendapatkan derajat kepercayaan ialah melalui validasi, yang dalam
penelitian kualitatif disukai dengan istilah verifikasi. Konsep validitas dalam
aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu pada kredibilitas dan derajat
kepercayaan dari hasil penelitian. Menurut Borg dan Gall (2003) terdapat lima
validitas, yaitu:
·
Validitas hasil
Yaitu sejauh mana tindakan dilakukan untuk memecahkan
masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakan. Perhatian tidak hanya
tertuju pada penyelesaian masalah semata, melainkan juga kepada bagaimana menyusun kerangka
pemikiran dalam menyajikan masalah baru dan pertanyaan baru, Jadi kriteria ini
mencakup sifat mengulang pada siklus-siklus penelitian tindakan, dan pada dua
tahap penting pada bagian akhir yaitu refleksi dan menentukan tindakan lanjutan
atau tindakan modifikasi dalam siklus baru.
·
Validitas proses
Yaitu memeriksa kelaikan proses yang dikembangkan dalam berbagai fase penelitian; bagaimana permasalahan
disusun dan bagaimana penyelesaiannya Triangulasi data/sumber dan metode tepat
untuk validitas ini.
Validitas
Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang dapat dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut:
Mungkinkah menentukan seberapa memadai proses pelaksanaan PTK ? Misalnya,
apakah dan kolaborator mampu terus
belajar dari proses tindakan tersebut? Artinya, dan kolaborator secara terus
menerus dapat mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga dapat
melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah peristiwa atau
perilaku dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang
berbeda agar terjaga dari ancaman penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’?
·
Validitas demokratis
Yaitu sejauh mana penelitian tindakan berlangsung secara kolaboratf dengan para
mitra peneliti.
Validitas
Demokratik berkenaan dengan kadar
kekolaboratifan penelitian dan pencakupan berbagai suara. Dalam PTK, idealnya
guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid masing-masing diberi
kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya
selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua
pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator,
mahasiswa, orang tua) dapat menawarkan pandangannya? Apakah solusi masalah di
kelas memberikan manfaat kepada mereka? Apakah solusinya memiliki relevansi atau
keterterapan pada konteks kelas? Semua pemangku kepentingan di atas diberi
kesempatan dan/atau didorong lewat berbagai cara yang cocok dalam situasi
budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan
sikapnya terhadap persoalan pembelajaran kelas, yang fokusnya adalah pencarian
solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda.
Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang
berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah,
dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk
mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait
·
Validitas katalis
Yaitu sejauh mana peneltian berupaya mendorong
partisipan mereorientasikan, memfokuskan, dan memberi semangat untuk membuka
diri terhadap transformasi visi mereka dalam menghadapi kenyataan kondisi
praktek mengajar mereka sehari-hari.
Validitas
Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan
kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan
pemahaman Anda dan murid-murid terhadap peran masing-masing dan tindakan yang
diambil sebagai akibat dari perubahan ini.
·
Validitas dialog
Yaitu merujuk pada dialog yang dilakukan dengan teman sejawat peneliti dalam menyusun dan
mereview hasil penelitian beserta penafsirannya.
Validitas
Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum dipakai dalam
penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau
melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK
berarti dalam PTK berarti dialog dengan guru-guru lain, bisa lewat
sarasehan atau dialog reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku
PTK lainnya, yang semuanya dapat bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.
·
Validasi Metode Analsis
Validasi
metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode
analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya
diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan.
Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal dari AOAC,
ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali akan digunakan di
laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya
verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja parameter yang dilakukan
tidak selengkap validasi.
Beberapa
parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis
adalah sebagai berikut:
1. Accuracy (Kecermatan)
2.
Precision (keseksamaan)
Precision
adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual,
diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen.
Presicion
diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi).
Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan) atau
reproducibility (ketertiruan).
Repeatability
adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh
analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.
analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Repeatability dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.
Reproducibility
adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Biasanya
analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda menggunakan
peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analisis dilakukan
terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch yang sama.
Reproducibility dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama dengan
menggunakan peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda.
Kriteria
seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif (RSD) atau
koefisien variasi (CV) 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat
fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan
kondisi laboratorium. Dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi
meningkat dengan menurunnya kadar analit yang dianalisis.
5. Batas Deteksi (Limit
of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of
Quatification)
Batas deteksi
adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan
parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik
dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Penentuan
batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu
menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan
instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada
pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung
dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku
respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan
Q = (k x Sb)/Sl
Q=LOD (batas deteksi) atau LOQ
(batas kuantitasi
k=3 untuk batas deteksi atau 10
untuk batas kuantitas
Sb=simpangan baku respon
analitik dari blangk
Sl = arah garis linear (kepekaan
arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan
garis y = a+bx)
Batas deteksi dan kuantitasi
dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva
kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis
linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku
residual (Sy/x.)
a. Batas deteksi (LoD)
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
LoD = (3 Sy/x)/ Sl
b. Batas kuantitasi (LoQ)
Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka:
LoQ = (10 Sy/x)/Sl
Cara lain
untuk menentukan batas deteksi dan kuantitasi adalah melalui penentuan rasio
S/N (signal to noise ratio). Nilai simpangan baku blanko ditentukan dengan cara
menghitung tinggi derau pada pengukuran blanko sebanyak 20 kali pada titik
analit memberikan respon. Simpangan baku blanko juga dihitung dari tinggi derau
puncak ke puncak, jika diambil dari tinggi puncak derau atas dan bawah (Np-p)
maka s0 = Np-p/5 sedangkan kalau dari puncak derau bawah saja (puncak negatif)
maka s0 = Np/2, selanjutnya perhitungan seperti tersebut di atas.
6. Ketangguhan metode
(ruggedness)
Ketangguhan
metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel
yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis,
instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya
dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan
kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada
kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.
Ketangguhan
metode ditentukan dengan menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen
dalam lab yang berbeda oleh analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi
yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan
parameter uji yang sama.
Derajat
ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel
penentuan. Ketertiruan dapat dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di
bawah kondisi normal untuk mendapatkan ukuran ketangguhan metode.
Perhitungannya dilakukan secara statistik menggunakan ANOVA pada kajian
kolaboratif yang disusun oleh Youden dan Stainer.
7. Kekuatan (Robustness)
Untuk
memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan metodologi yang kecil
dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan efek presisi dan
akurasi. Sebagai contoh, perubahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan kekuatan
prosedur HPLC dapat mencakup (tapi tidak dibatasi) perubahan komposisi organik
fase gerak (1%), pH fase gerak (± 0,2 unit), dan perubahan temperatur kolom (±
2 – 3° C).