Susunan syaraf yang mengkoordinasi
sistem-sistem syaraf lainnya di dalam tubuh
manusia dibagi dalam dua golongan yaitu :
1.
Susunan saraf pusat (SSP) yang
terdiri dari :
-
Otak
-
Sumsum tulang belakang (spinal
cord)
2.
Susunan saraf perifer yang tediri
atas :
-
Syaraf otak dan tulang belakang
-
Syaraf otonom
Dalam
bab ini kita hanya membahas rangsangan-rangsangan syaraf yang berhubungan
dengan pusat sakit, pusat tidur dan kapasitas mental. Pusat tidur dan pusat
pengatur suhu tubuh terletak pada hipotalamus. Pusat rasa sakit terletak pada
cerebrum sedang kapasitas mental merupakan fungsi dari kulit otak (cerebral
cortex)
Obat-obat
yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya
dibagi atas dua golongan besar yaitu:
·
Merangsang atau menstimulasi, yang secara langsung
maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sum-sum tulang belakang
beserta syarafnya.
·
Menghambat atau mendepresi,
yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan
syaraf - syarafnya.
Yang akan dibicarakan pada bab ini
adalah :
A.
Analgetika - antipiretika
B.
Anti emetika
C.
Anti epilepsi
D.
Psikofarmaka
E. Hipnotika dan sedativa
F. Anestetika
G.
Anti parkinson
A. ANALGETIKA
Pengertian
Analgetika adalah obat-obat yang dapat mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetika pada umumnya
diartikan sebagai suatu obat yang
efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri
lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan
lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetik ternyata memiliki efek
antipiretik dan efek anti inflamasi.
Asam
salisilat, paracetamol mampu mengatasi nyeri ringan sampai sedang, tetapi nyeri
yang hebat membutuhkan analgetik sentral yaitu analgetik narkotik. Efek
antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan
demam sedangkan sifat anti inflamasi berguna untuk mengobati radang sendi
(artritis reumatoid) termasuk pirai /gout yaitu kelebihan asam urat sehingga
pada daerah sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.
Analgesik
anti inflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin
(penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat dibedakan dalam tiga kategori:
·
Nyeri ringan (sakit.gigi,
sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid dll), dapat diatasi dengan asetosal,
paracetamol bahkan placebo.
·
Nyeri sedang (sakit
punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgetik perifer kuat.
·
Nyeri hebat (kolik/kejang
usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker ), harus diatasi dengan
analgetik sentral atau analgetik narkotik.
Penggolongan
Analgetik dibagi dalam dua
golongan besar:
1) Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika
narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali.
Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran),
mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hampir semua perasaan
tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik kecuali sensasi kulit.
Harus
hati-hati menggunakan analgesik ini karena mempunyai risiko besar terhadap
ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan penyalah gunaan obat. Obat ini
hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat,
patah tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal.
Obat golongan ini hanya dibenarkan
untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri
infark) kolik batu empedu, kolik ginjal. Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan
penggunaannya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri hebat, penggunaan
narkotik diindikasikan pada kanker stadium lanjut karena dapat meringankan
penderitaan. Fentanil dan alfentanil umumnya digunakan sebagai premedikasi
dalam pembedahan karena dapat memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi
timbulnya kesadaran selama anestesi.
Penggolongan
analgesik – narkotik adalah sebagai berikut :
·
alkaloid alam :
morfin, codein
·
derivat semi sintesis : heroin
·
derivat sintetik :
metadon, fentanil
·
antagonis morfin :
nalorfin, nalokson dan pentazocin
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan
efek samping
Morfin
Indikasi
|
Analgesik selama dan setelah
pembedahan, analgesi pada situasi lain.
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan akut,
alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
|
Efek samping
|
Mual, muntah,
konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan
dapat menyebabkan kematian.
|
Sediaan
|
Morfin HCl (generik)
siruf 5mg / 5ml, tablet 10mg, 30mg,
60mg, injeksi 10mg / ml, 20mg / ml
|
Kodein fosfat
Indikasi
|
Nyeri ringan sampai sedang
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan akut,
alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
|
Efek samping
|
Mual, muntah,
konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan
dapat menyebabkan kematian.
|
Sediaan
|
Kodein fosfat (generik)
tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg
|
Fentanil
Indikasi
|
Nyeri kronik yang sukar diatasi
pada kanker
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan akut,
alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
|
Efek samping
|
Mual, muntah,
konsipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan
dapat menyebabkan kematian.
|
Sediaan
|
Bentuk sediaan dapat
berupa injeksi atau cakram transdermal (lama kerja yang panjang)
|
Petidin HCl
Indikasi
|
Nyeri sedang sampai berat, nyeri
pasca bedah
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan akut,
alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
|
Efek samping
|
Mual, muntah,
konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan
|
Sediaan
|
Petidin (generik) injeksi 50
mg/ml, tabl 50 mg
|
Tramadol HCl
Indikasi
|
Nyeri sedang sampai berat
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan akut,
alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera
kepala
|
Efek samping
|
Mual, muntah, konstpasi,
ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat
menyebabkan kematian.
|
Sediaan
|
Tramadol (generik) injeksi 50
mg/ml, tablet 50 mg
|
Nalorfin, Nalokson
Adalah
antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin, dan bersifat
analgesik. Khusus digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat
analgetik narkotik.
2) Analgesik non opioid (non
narkotik)
Disebut
juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi susunan syaraf pusat. Semua
analgesik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu
bada pada saat demam.
Khasiatnya
berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus,
mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran
kalor disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya parasetamol, asetosal, dll.
Dan berkhasiat pula sebagai anti inflamasi , anti radang atau anti flogistik.
Anti radang sama kuat dengan analgesik, digunakan
sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen.
Anti radang yang lebih kuat contohnya
fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja serentak sebagai anti radang dan analgesik
contohnya indometazin
Penggolongan
Berdasarkan
rumus kimianya analgesik perifer digolongkan menjadi :
a) Golongan salisilat.
Asam
asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin .Obat ini
diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam dan lain-lain. Saat ini
asetosal makin banyak dipakai karena sifat anti plateletnya. Sebagai contoh
aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan trombosis koroner dan cerebral.
Asetosal
adalah analgetik antipiretik dan anti inflamasi
yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Masalah
efek samping yaitu perangsangan bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan
saluran cerna dapat dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat
menjadi sediaan salut enterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat
hepatotoksik maka tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati yang
kronis
b) Golongan para aminofenol
Terdiri
dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol). Tahun–tahun terakhir penggunaan
asetaminofen yang di Indonesia lebih terkenal dengan nama parasetamol meningkat
dengan pesat.
Efek
analgesik golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam
keadaan demam, dengan mekanisme efek sentral. Fenasetin karena toksisitasnya
terhadap hati dan ginjal saat ini sudah dilarang penggunaannya.
Efek samping parasetamol dan
kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat menyebabkan
kerusakan hati.
c) Golongan pirazolon (dipiron)
Fenilbutazon dan turunannya saat ini
yang digunakan adalah dipiron sebagai
analgesik antipiretik, karena efek inflamasinya lemah. Efek samping semua
derivat pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia.
Dibeberapa negara penggunaannya sangat
dibatasi bahkan dilarang karena efek samping tersebut, tetapi di Indonesia
frekuensi pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan mengenai
terjadinya agranulositosis. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati arthritis
rheumatoid.
d)
Golongan antranilat (asam mefenamat)
Digunakan sebagai analgesik karena
sebagai anti inflamasi kurang efektif dibanding dengan aspirin. Efek samping
seperti gejala iritasi mukosa lambung dan gangguan saluran cerna sering timbul
AINS (Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid)
AINS adalah obat-obat analgesik yang
selain memiliki efek analgesik juga
memiliki efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan
dalam pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya
ibuprofen, indometasin, diklofenak, fenilbutazon dan piroxicam.
Sebagian besar penyakit rheumatik
membutuhkan pengobatan simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri penyakit sendi
degeneratif seperti osteoartritis, analgesik tunggal atau campuran masih bisa
digunakan. Tetapi bila nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang
meradang harus diberikan pengobatan dengan AINS.
1) Ibuprofen
Adalah turunan asam propionat yang
berkhasiat anti inflamasi, analgesik dan anti piretik. Efek sampingnya kecil
dibanding AINS yang lain, tetapi efek anti inflamasinya juga agak lemah
sehingga kurang sesuai untuk peradangan sendi hebat seperti gout akut
2)
Diklofenak
Derivat
fenilasetat ini termasuk AINS yang terkuat anti radangnya dengan efek samping
yang kurang keras dibandingkan dengan obat lainnya seperti piroxicam dan
indometasin. Obat ini sering digunakan untuk segala macam nyeri, juga pada
migrain dan encok. Secara parenteral sangat efektif untuk menanggulangi nyeri
koli hebat (kandung kemih dan kandung empedu).
3)
Indometasin
Daya analgetik dan anti radang sama
kuat dengan asetosal, sering digunakan pada serangan encok akut. Efek samping
berupa gangguan lambung usus, perdarahan tersembunyi (okult), pusing, tremor
dan lain-lain.
4)
Fenilbutazon
Derivat pirazolon ini memiliki khasiat
antiflogistik yang lebih kuat daripada kerja analgetiknya. Karena itu golongnan
ini khususnya digunakan sebagai obat rematik seperti halnya juga dengan
oksifenilbutazon.
Fenilbutazon ada kalanya dimasukan
dengan diam-diam (tidak tertera pada etiket) dalam sediaan-sediaan dari
pabrik-pabrik kecil asing, dengan maksud untuk mengobati keadaan-keadaan lesu
dan letih, otot-otot lemah dan nyeri. Penyalahgunaannya dalam obat-obat penguat
dan tonikum (dengan ginseng) adalah sangat berbahaya berhubung efek merusaknya
terhadap sel-sel darah.
5)
Piroksikam
Bekerja
sebagai anti radang, analgetik dan antipiretik yang kuat. Digunakan untuk
melawan encok. Efek samping berupa perdarahan dalam lambung usus.
Obat generik
1. Acetosal /asam asetil
salisilat
Indikasi
|
Nyeri ringan sampai sedang,
demam, anti platelet
|
Kontra indikasi
|
Anak dibawah usia 12 tahun, anak
yang sedang disusui, gangguan saluran cerna, hemofilia penting untuk
menjelaskan kepada keluarga bahwa acetosal adalah obat yang tidak cocok untuk
anak yang berpenyakit ringan
|
Efek samping
|
Ringan dan tidak sering
yaitu iritasi saluran cerna
|
Sediaan
|
Acetosal (generik)
tablet 100mg, 500 mg
|
2. Parasetamol
Indikasi
|
Nyeri ringan sampai sedang,
demam
|
Kontra indikasi
|
-
|
Perlu peringatan berkurangnya
fungsi hati dan ginjal
|
|
Efek samping
|
Ringan dan tidak sering
yaitu iritasi saluran cerna
|
Sediaan
|
Parasetamol (generik) siruf 120
mg / 5 ml, Tablet 100 mg, 500 mg
|
3. Dipiron/Methampiron
Indikasi
|
|
Kontra indikasi
|
|
Efek samping
|
|
Sediaan
|
Antalgin (generik) cairan
injeksi 250 mg/ml 500 mg/ml, tablet 500 mg
|
4. Asam mefenamat
Indikasi
|
Nyeri ringan sampai sedang dan
kondisi yang berhubungan dengan dismenore dan menoragi
|
Kontra indikasi
|
Harus digunakan hati-hati pada
pasien usia lanjut peradangan usus besar, pada pengobatan jangka lama harus
dilakukan tes darah
|
Efek samping
|
Mengantuk, diare,
trombositopenia, anemia, dan kejang-kejang pada over dosis
|
Sediaan
|
Asam mefenamat (generik) kaptab
250 mg, 500 mg
|
5. Ibuprofen
Indikasi
|
Nyeri dan radang pada penyakit
reumatik dan gangguan otot skelet lainnya. Nyeri ringan sampai berat,
termasuk dismenorea, analgesik, pasca
bedah, nyeri dan demam pada
anak-anak
|
Kontra indikasi
|
Hati-hati pada pasien usia
lanjut, gagal ginjal, payah jantung, pengidap tukak lambung aktif
|
Efek samping
|
Gangguan saluran cerna (mual,
muntah, diare, kadang-kadang pendarahan dan tukak lambung dan lain-lain)
|
Sediaan
|
Ibuprofen (generik) tablet 200
mg, 400 mg, 600 mg
|
6. Diklofenak
Indikasi
|
Nyeri dan radang pada penyakit
reumatik, gangguan otot skelet gout akut dan nyeri pasca bedah
|
Kontra indikasi
|
Hati-hati pada pasien usia
lanjut, gagal ginjal, payah jantung, pengidap tukak lambung aktif
|
Efek samping
|
Gangguan saluran cerna (mual,
muntah, diare, kadang-kadang pendarahan dan tukak lambung dan lain-lain)
|
Sediaan
|
Kalium diklofenak (generik)
tablet 25 mg, 50 mg
|
7. Indometasin
Indikasi
|
Nyeri dan peradangan sedang
sampai berat pada kasus reumatik dan
gangguan otot skeletal, gout akut, dismenorea
|
Kontra indikasi
|
Hati-hati pada pasien usia
lanjut, gagal ginjal, payah jantung, pengidap tukak lambung aktif. Hati-hati
juga pada kasus epilepsi, parkinson dan goncangan jiwa. Tidak dianjurkan
untuk anak.
|
Efek samping
|
Gangguan cerna, sakit kepala,
pusing, kepala terasa ringan, hati-hati
khususnya pengemudi
|
Sediaan
|
Indometasin (generik) kapsul 25
mg
|
8. Fenil butazon
Indikasi
|
Penyakit jantung, gangguan paru,
ginjal, dan hati kehamilan dengan
riwayat tukak lambung, penyakit tiroid, anak dibawah usia 14 tahun.
|
Kontra indikasi
|
Radang tenggorokan, sariawan,
gangguan penglihatan, gangguan darah
|
Efek samping
|
Radang tenggorokan,
sariawan, gangguan penglihatan, gangguan darah
|
Sediaan
|
Phenylbutazone (generik) kaplet
200 mg
|
9. Piroksikam
Indikasi
|
Nyeri dan radang pada penyakit
reumatik, gangguan otot skelet gout akut
|
Kontra indikasi
|
Hati-hati pada anak umumnya
tidak dianjurkan
|
Efek samping
|
Gangguan saluran cerna,
tukak lambung, nyeri dapat timbul ditempat penyuntikan. Suppositoria
menyebabkan iritasi rektum kadang-kadang pendarahan
|
Sediaan
|
Piroxicam (generik) tablet 10
mg, 20 mg
|
Spesialite
Analgetika
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Acetosal
|
Aspirin
|
Bayer
|
|
(Acidum Acetylosalicylicum)
|
Aspilets
|
UAP
|
|
|
Bodrexin
|
Tempo Scan P
|
|
|
Cafenol
|
Sterling W
|
|
|
Farmasal
|
Fahreinheit
|
|
|
Aspimec
|
Mecosin
|
2
|
Parasetamol
|
Panadol
|
Sterling
|
|
(Acetaminophenum)
|
Dumin
|
Dumex
|
|
|
Tempra
|
Bristol M
|
|
|
Biogesic
|
Biomedis
|
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
3
|
Asam Mefenamat
|
Ponstan
|
Parke Davis
|
|
(Acidum Mefenamicum)
|
Mefinal
|
Sanbe Farma
|
|
|
Benostan
|
Bernofarm
|
|
|
Mectan
|
Prafa
|
|
|
Asam Mefenamat Indo
|
|
4
|
Antalgin
|
Novalgin
|
Hoechst
|
|
(Methampyronum)
|
Ronalgin
|
Dexa Medica
|
|
|
Unagen
|
UAP
|
5
|
Tramadol
|
Tramal
|
Pharos
|
6
|
Diklofenak Natrium
|
Cataflam
|
Novartis
|
|
|
Flamar
|
Sanbe Farma
|
|
|
Voltaren
|
Novartis
|
7
|
Piroksikam
|
Feldene
|
Pfizer
|
|
(Piroxicamum)
|
Indene
|
Kalbe Farma
|
|
|
Biogesic
|
Biomedis
|
8
|
Fenilbutazon
|
Irgapan
|
Dexa Medica
|
9
|
Ibuprofen
|
Arthrifen
|
Armoxindo
|
|
|
Dolofen F
|
Tempo Scan P
|
|
|
Ibufen
|
Bernofarm
|
|
|
Dofen200/400
|
Dexa Medica
|
10
|
Indomethacin
|
Benocid
|
Bernofarm
|
|
|
Confortid
|
Dumex A
|
|
|
Dialon
|
Eisai
|
B. ANTI EMETIKA
Pengertian
Anti
emetika adalah obat-obat yang digunakan untuk mengurangi Atau menghilangkan
perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya
suatu gejala, maka yang penting dalam pengobatan adalah mencari
penyebabnya. Muntah dapat disebabkan antara lain:
1.
Rangsangan dari asam lambung-usus
ke pusat muntah karena adanya kerusakan mukosa lambung-usus, makanan yang tidak
cocok, hepatitis, dan lain – lain.
2.
Rangsangan tidak langsung melalui chemo
reseptor trigger one (CTZ) yaitu suatu daerah yang letaknya
berdekatan dengan pusat muntah. Rangsangan disebabkan oleh obat-obatan (seperti
tetrasiklin, digoksin, estrogen, morfin dll), gangguan keseimbangan dalam
labirin, gangguan metabolisme (seperti asidosis, uremia, tidak stabilnya hormon
estrogen pada wanita hamil)
3.
Rangsangan melalui kulit korteks
(cortex cerebri) dengan melihat, membau, merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan.
Penggunaan
Anti
emetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
1.
Mabuk jalan (motion sickness)
Disebabkan oleh pergerakan
kendaraan darat, laut maupun udara dengan akibat stimulasi berlebihan di
labirin yang kemudian merangsang pusat muntah melalui chemo reseptor trigger
one (CTZ).
2.
Mabuk kehamilan (morning sickness)
Pada kasus ringan sebaiknya
dihindari agar tidak berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus berat
dapat dipakai golongan antihistamin atau fenotiazin (prometazin) yang kadang
dikombinasikan dengan vitamin B6, penggunaannya sebaiknya dibawah
pengawasan dokter.
3.
Mual atau muntah yang disebabkan
penyakit tertentu, seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat
sitostatika.
Penggolongan
Dibagi menjadi 4 yaitu :
1)
Anti histamin
Sebenarnya
kurang efektif tetapi nyaman dipakai dengan efek samping mengantuk. Anti
histamin yang dipakai adalah sinarizin, dimenhidrinat dan prometazin teoklat.
2)
Metoklopramid dan fenotiazin
Bekerja
secara selektif di chemo reseptor triger zone (CTZ) tetapi tidak efektif
untuk motion sickness. Obat yang dipakai adalah klorpromazin HCl, perfenazin,
proklorperazin dan trifluoperazin.
3)
Domperidon
Bekerja
berdasarkan perintangan reseptor dopamin ke CTZ. Efek samping jarang terjadi
hanya berupa kejang-kejang usus. Obat ini dipakai pada kasus mual dan muntah
yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
4)
Antagonis 5 HT3
Bermanfaat
pada pasien mual dan muntah yang berkaitan dengan obat-obatan sitostatika.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1.
Sinarizin
Indikasi
|
Kelainan vestibuler seperti
vertigo, tinitus, mual dan muntah
|
Kontra indikasi
|
Kehamilan/menyusui, hipotensi
dan serangan asma
|
Efek samping
|
Gejala ekstra piramidal,
mengantuk, sakit kepala, dll
|
Sediaan
|
Cinnarizine (generik) tablet 25
mg
|
2.
Dimenhidrinat
Indikasi
|
Mual, muntah, vertigo, mabuk
perjalanan dan kelainan labirin
|
Kontra indikasi
|
Serangan asma akut, gagal
jantung dan kehamilan
|
Efek samping
|
Mengantuk dan gangguan
psikomotor
|
Sediaan
|
Generik -
|
3. Klorpromazin HCl
Indikasi
|
Mual dan muntah
|
Kontra indikasi
|
Gangguan hati dan ginjal
|
Efek samping
|
Mengantuk, gejala ekstra
piramidal, dll
|
Sediaan
|
Klorpromazin generik tablet 25,
100 mg
|
4. Perfenazin
Indikasi
|
Mual dan muntah berat
|
Kontra indikasi dan efek samping
: lihat klorpromazin HCl
|
|
Sediaan
|
Perfenazin (Generik) tablet 2,
4, 8 mg
|
5. Proklorperazin
Indikasi
|
Mual dan muntah akibat gangguan
pada labirin
|
Kontra indikasi dan efek samping
: lihat klorpromazin HCl
|
|
Sediaan
|
Generik -
|
6. Trifluoperazin
Indikasi
|
Mual dan muntah berat
|
Kontra indikasi dan efek samping
: lihat klorpromazin HCl
|
|
Sediaan
|
Trifluoperazin HCl (generik)
tabl. 1,5 mg
|
Spesialite Anti emetika
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Difenhidramin Teoklat
|
Antimo
|
Phapros
|
|
(Dimenhydrinatum)
|
Dramamine
|
Soho
|
|
|
Wisatamex
|
Konimex
|
2
|
Betahistine Mesylate
|
Merislon
|
Eisai
|
3
|
Metoclopramide
|
Vomitrol
|
Pharos
|
|
|
Primperan
|
Soho
|
4
|
Hyoscine HBr
|
Buscopan
|
Boehringer
|
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
5
|
Klorpromazin HCl
|
Largactil
|
Aventis
|
|
|
Meprosetil
|
Meprofarm
|
|
|
Promactil
|
Combiphar
|
6
|
Domperidom
|
Motilium
|
Jansen
|
7
|
Pyranthiazine Theoclate + Vitamin B6
|
Mediamer
|
Darya Varia
|
C.
ANTI EPILEPSI
Pengertian
Epilepsi
dari bahasa Yunani berarti kejang atau di Indonesia lebih dikenal dengan
penyakit ayan, adalah gangguan saraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala
biasanya disertai perubahan kesadaran. Penyebab epilepsi adalah pelepasan
muatan listrik yang cepat, mendadak dan berlebihan pada neuron-neuron tertentu
dalam otak yang diakibatkan oleh : luka di otak (absen, tumor,
arteriosklerosis), keracunan timah hitam dan pengaruh obat-obat tertentu yang
dapat memprodvokasi serangan epilepsi.
Jenis-jenis epilepsi
1.
Grand mal. (tonik-klonik umum)
Timbul
serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan
pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa, mata
membeliak dan lain-lain disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2.
Petit mal
Serangannya
hanya singkat sekali tanpa disertai kejang. Dalam kasus ini bila serangan
berlangsung berturut-turut dengan cepat dapat juga terjadi status epileptikus.
3.
Psikomotor (serangan parsial
kompleks)
Kesadaran
terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan memperlihat kan prilaku
otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.
Penggunaan
Tujuan pengobatan pada penderita
epilepsi adalah :
·
Menghindari kerusakan
sel-sel otak
·
Mengurangi beban sosial dan
psikologi pasien maupun keluarganya.
·
Profilaksis / pencegahan
sehingga jumlah serangan berkurang
Dewasa
ini terapi obat pada pasien eplepsi apapun jenisnya selalu dimulai dengan obat
tunggal . Pilihan obat ditentukan dengan melihat tipe epilepsi. Dengan
pemberian obat tunggal diperoleh keuntungan sebagai berikut :
·
Mudah mengevaluasi hasil
pengobatan
·
Mudah mengevaluasi kadar
obat dalam darah
·
Efek samping obat minimal
·
Interaksi obat dapat
dihindari.
Tetapi
dalam kenyataannya ternyata 1/3 kasus yang terjadi tidak dapat dikendalikan
dengan obat tunggal, harus dengan obat kombinasi. Pemberian obat anti epilepsi
selalu dimulai dengan dosis rendah dinaikkan bertahap sampai epilepsi terkendali. Pemutusan obat secara
mendadak harus dihindari terutama untuk
golongan barbiturat dan benzodiazepin karena dapat memicu kambuhnya serangan.
Tindakan
non medis yang dilakukan pada penderita epilepsi saat ini adalah menghilangkan
penyebab penyakit setelah dilakukan operasi otak serta menjauhkan dari segala
factor penyebab (stress, alkohol dll.)
Penggolongan
1.
Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan
pada hampir semua jenis epilepsi, contoh fenitoin.
2.
Golongan barbiturat, sangat efektif sebagai anti konvulsi, paling
sering digunakan karena paling murah terutama digunakan pada serangan grand
mal. Biasanya untuk pemakaian lama dikombinasi dengan kofein atau efedrin guna
melawan efek hipnotiknya. Tetapi tidak dapat digunakan pada jenis petit mal
karena dapat memperburuk kondisi penderita. Contoh fenobarbital dan piramidon
3.
Golongan karbamazepin, senyawa
trisiklis ini berkhasiat antidepresif dan anti konvulsif. Digunakan pada jenis
grand mal dan psikomotor dengan efektifitas sama dengan fenitoin.
4.
Golongan benzodiazepin, memiliki
khasiat anksiolitika, relaksasi otot, hipnotika dan antikonvulsiv.yang termasuk
golongan ini adalah diazepam yang dalam hati akan di biotransformasi menjadi
desmetildiazepam yang aktif, klorazepam yaitu derivat klor yang berdaya anti konvulsiv
kuat dan klobazepam yaitu derivat 1,5 benzodiazepin yang berkhasiat sebagai
anti konvulsiv sekuat diazepam dipasarkan sebagai transquilizer
5.
Golongan asam valproat, terutama
efektif untuk terapi epilepsi umum tetapi kurang efektif terhadap serangan
psikomotor. Efek anti konvulsi asam valproat didasarkan meningkatnya kadar asam
gama amino butirat acid (GABA) di dalam otak.
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, efek samping
1. Fenitoin
Indikasi
|
Semua jenis epilepsi, kecuali
petit mal, status epileptikus
|
Kontra indikasi
|
Gangguan hati, hamil, menyusui
|
Efek samping
|
Gangguan saluran cerna, pusing
nyeri kepala tremor, insomnia dll
|
Sediaan
|
Phenytoin (generik) kapsul 100
mg, 300 mg
|
2. Penobarbital
Indikasi
|
Semua jenis epilepsi kecuali
petit mal, status epileptikus
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan berat,
porfiria
|
Efek samping
|
Mengantuk, Letargi, depresi
mental dll
|
Sediaan
|
Phenobarbital (generik) tabl. 30
lmg, 50 mg cairan inj. 100 mg/ml
|
3. Karbamazepin
Indikasi
|
Epilepsi semua jenis kecuali petit
mal neuralgia trigeminus
|
Kontra indikasi
|
Gangguan hati dan ginjal,
riwayat depresi sumsum tulang
|
Efek samping
|
Mual, muntah, pusing, mengantuk,
ataksia, bingung.
|
Sediaan
|
Karbamazepine (generik) tablet
200 mg
|
4. Klobazam
Indikasi
|
Terapi tambahan pada epilepsi
penggunaan jangka pendek untuk ansietas
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan
|
Efek samping
|
Mengantuk, pandangan kabur,
bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi
|
Sediaan
|
Clobazam (generik) tablet 10 mg
|
5. Diazepam
Indikasi
|
Status epileptikus, konvulsi
akibat keracunan
|
Kontra indikasi
|
Depresi pernafasan
|
Efek samping
|
Mengantuk, pandangan kabur,
bingung, ataksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala, vertigo
|
Sediaan
|
Diazepam (generik) tablet 2 mg.
5 mg
|
Spesialite Anti epilepsi
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Fenitoin Natrium/
|
Dilantin
|
Parke Davis
|
|
Difenilhidantoin Natrium
|
Phenilep
|
Prafa
|
|
(Phenytoin Natricum)
|
|
|
2
|
Karbamazepin
|
Tegretol
|
Novartis
|
|
(Carbamazepinum)
|
Teril
|
Merck
|
3
|
Klonazepam
|
Rivotril
|
Roche
|
|
(Clonazepamum)
|
|
|
D. PSIKOFARMAKA
Pengertian
Psikofarmaka
adalah obat-obat yanng berkhasiat terhadap susunan saraf pusat dengan
mempengaruhi fungsi psikis dan proses mental. Dalam pembahasan psikofarmaka ini
hanya akan dibicarakan obat-obat penyakit jiwa sejati tidak termasuk obat-obat
hipnotika, sedativa, anti konvulsi dan amfetamin.
Perubahan
dan kemajuan farmakoterapi diawali dengan ditemukannya klorpromazin, reserpin
sampai ke meprobramat dan senyawa benzodiazepin yang digunakan sebagai transquilizer,
tetapi obat-obat modern tersebut tidak dapat menggantikan terapi shock atau
terapi renjatan listrik (ECT = Electro Convulsive Therapy) yang masih digunakan
oleh psikiater untuk mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan bunuh diri.
Tetapi keuntungan pengobatan menggunakan obat-obatan ini adalah mudah, murah
dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit.
Obat-obatan
psikofarmaka bekerja langsung terhadap saraf otak dengan mempengaruhi kerja
neurotransmitter yaitu suatu neurohormon yang meneruskan impuls dari sistem
adrenergik di otak seperti noradrenalin, serotonin dan dopamin.
Penggolongan
Psikofarmaka dibagi dalam 3
kelompok besar, yaitu:
1)
Obat-obat yang menekan
fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2, yaitu:
·
Neuroleptika, yaitu obat
yanng bekerja sebagai anti psikotis dan sedativa yang dikenal dengan mayor
tranquilizer
·
Ataraktika / anksiolitika,
yaitu obat yangn bekerja sedativa, relaksasi otot dan anti konvulsi yang
digunakan dalam keadaan gelisah, takut dan stress, dikenal dengan minor
transquilizer.
2) Obat-obat yang
menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP, dibagi menjadi 2 yaitu:
·
Anti depressiva, dibagi
menjadi thimoleptika yaitu obat yang
dapat melawan melankolia dan memperbaiki suasana jiwa serta thimeretika yaitu
menghilangkan inaktivitas fisik dan mental tanpa memperbaiki suasana jiwa.
·
Psikostimulansia, yaitu
obat yang dapat mempertinggi inisiatif, kewaspadaan dan prestasi fisik dan
mental dimana rasa letih dan kantuk ditangguhkan, memberikan rasa nyaman
(euforia) dan kadang perasaan tidak nyaman tapi bukan depresi (disforia).
3) Obat-obat yang
mengacaukan fungsi mental tertentu antara lain psikodisleptika
seperti zat-zat halusinasi, contoh : LSD dan fenasklidin
(a) Neuroleptika
Memiliki beberapa khasiat, yaitu:
·
Anti psikotika, yaitu dapat
meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau menghilangkan halusinasi,
mengembalikan kelakuan abnormal dan schizoprenia.
·
Sedativa, yaitu
menghilangkan rasa bimbang, takut dan gelisah, contoh tioridazina
·
Anti emetika, yaitu
merintangi neurotransmiter ke pusat muntah, contoh proklorperazin
·
Analgetika, yaitu menaikan
ambang rasa nyeri, contoh haloperidol
Obat-obatan
ini tidak dapat dikombinasikan dengan obat-obat golongan adrenergik seperti
adrenalin, efedrin dan wekamin, karena dapat mengakibatkan penimbunan
noradrenalin sehingga menyebabkan hipertensi dan aritmia.
Hampir
semua obat-obatan neuroleptika memiliki efek samping, antara lain :
·
Gejala ekstrapiramidal
yaitu kejang muka, tremor dan kaku anggota gerak, karena disebabkan kekurangan
kadar dopamin dalam otak. Gejala ini dapat dihilangkan dengan mengurangi dosis
atau menggunakan neuroleptika yang lain.
·
Sedativa, disebabkan efek
anti histamin antara lain mengantuk, lelah dan pikiran keruh.
·
Diskenesiatarda, yaitu
gerakan tidak sengaja terutama pada otot muka (bibir dan rahang).
·
Hipotensi, disebabkan
adanya blokade reseptor alfa adrenergik dab vasodilatasi.
·
Efek anti kolinergik dengan
ciri-ciri mulut kering, obstipasi dan gangguan penglihatan.
·
Efek anti serotonin
menyebabkan gemuk karena menstimulasi napsu makan.
·
Galaktorea yaitu meluapnya
ASI karena menstimulasi produksi ASI secara berlebihan.
(b) Ataraktika / Anksiolitika
Perbedaan
antara ataraktika/anksiolitika dengan neuroleptika adalah pada
ataraktika/anksiolitika tidak berkhasiat anti psikotis, tidak berkhasiat
langsung terhadap system saraf otak serta tidak menyebabkan efek
ekstrapiramidal
Obat-obat
ataraktika memiliki sifat-sifat lain yaitu toksisitasnya ringan, indeks
terapinya luas dan dapat menyebabkan adiksi terutama meprobramat. Oleh jarena
itu pemberiannya harus hati-hati dengan jangka waktu pemakaian paling lama 4 –
6 minggu.
Pada
pemakaiannya golongan benzodiazepin seringkali dikombinasikan dengan
neuroleptika atau anti depresif untuk mendapatkan efek yang lebih kuat.
Sebaiknya dihindaripemakaian obat ini bersama
alkohol karena dapat memperkuat kerja obat tersebut.
Pengolongan obat-obat ataraktika,
dibagi menjadi 2 yaitu :
·
Derivat Benzodiazepin
Golongan ini
paling banyak digunakan diseluruh dunia. Menurut lama kerjanya dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
(1)
Yang bekerja long acting (plasma t
½ lebih dari 20 jam) dengan pemberian dosis tunggal pada malam hari, contohnya
klordiazepoksida, klorazepam, klobazam, diazepam dan medazepam.
(2)
Yang bekerja short acting (plasma
t ½ kurang dari 14 jam) dengan pemberian beberapa
kali sehari agar efeknya bertahan, contohnya oksazepam, oksazolam, lorazepam
dan temazepam.
·
Kelompok lain
Contoh :
Benzoktamin, Hidroksizin dan Meprobramat
c) Anti depresiva
Obat-obat
anti depresiva bekerja dengan jalan menghambat penyerapan kembali
neurotransmiter noradrenalin dan serotonin sehingga otak kekurangan
neurotransmiter tersebut.
Dikenal 5 macam depresi, yaitu :
·
Depresi ndogen atau dikenal
dengan melankolia
·
Depresi eksogen yang disebabkan
efek samping penggunaan obat seperti obat hipertensi, kortikosteroid, pil KB
dan benzodiazepin long acting .
·
Depresi post natal, terjadi
pada sementara wanita pasca persalinan
·
Depresi post menopause,
terjadi setelah haid terhenti
·
Depresi sinilis, terjadi
pada usia lanjut diatas 70 – 75 tahun
Anti depresiva dibagi dalam 2
golongan, yaitu :
·
Anti depresiva generasi
pertama, seringkali disebut anti depresiva trisiklis dengan efek samping
gangguan pada sisten otonom dan jantung, contohnya imipramin dan amitriptilin.
·
Anti depresiva generasi
kedua, tidak menyebabkan efek anti kolinergik dan gangguan jantung, contohnya
meprotilin dan mianserin.
Semua
anti depresiva menunjukan kelambatan dalam efek anti depresivnya setelah
pengobatan dimulai yang dikenal dengan waktu laten berkisar 2 – 4 minggu. Satu
kurun pengobatan anti depresiva umumnya diteruskan selama sedikitnya 4 bulan
dan tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat menimbulkan mimpi
buruk. Penghentian dilakukan dengan mengurangi dosis sedikit demi sedikit
berangsur menurun. Anti depresiva tidak boleh diberikan kepada penderita
epilepsi, glaukoma dan prostitis.
E. HIPNOTIKA DAN SEDATIVA
Pengertian
Hipnotika atau obat tidur berasal dari
kata hypnos yang berarti tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam
dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah
atau menyebabkan tidur. Sedangkan sedativa adalah obat yang menimbulkan depresi
ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah
kejang-kejang.
Setiap
mahluk hidup memerlukan waktu tidur yang cukup berkisar antara 6 sampai 8 jam
guna mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena kurang tidur. Pusat
tidur terletak di otak yang mengatur fisiologi yang sangat penting bagi
kesehatan tubuh. Pada saat tidur aktivitas saraf-saraf parasimpatis dipertinggi
yang menyebabkan penyempitan pupil mata (miosis), perlambatan pernafasan dan
sirkulasi darah (broncho kontriksi), menurunnya kegiatan jantung dan stimulasi
aktivitas saluran cerna dimana peristaltik dan sekresi getah lambung diperkuat.
Jadi pada saat tidur proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga dari
organisma diperkuat.
Insomnia dan Pengobatanya
Insomnia
atau tidak bisa tidur dapat disebabkan oleh faktor-fsktor seperti: batuk, rasa
nyeri, sesak nafas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan ataupun depresi.
Faktor penyebab inilah yang pertama-tama
harus dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai seperti: antitussiva,
analgetika, obat-obat vasodilator, antidepresiva, sedativa atau transquilizer.
Dianjurkan agar penderita mengembangkan kebiasaan tidur yang tetap dan teratur,
hindari kopi dan alkohol untuk menahan kantuk.
Bila
penanganan diatas tidak berhasil, barulah digunakan obat-obat hipnotika dengan
dosis serendah mungkin. Hipnotika ini efektif dalam mempercepat dan
memperpanjang waktu tidur dengan mengurangi frekwensi bangun dan memperbaiki
kualitas tidur. Penggunaannya sebaiknya dihentikan segera setelah penderita
dapat tidur normal untuk mencegah habituasi dan adiksi.
Persyaratan obat tidur yang ideal
Obat
tidur yang ideal harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain :
·
Menimbulkan suatu keadaan
yang sama dengan dengan tidur normal
·
Jika terjadi kelebihan
dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf pusat maupun organ lainnya kecil
·
Tidak tertimbun dalam tubuh
·
Tidak menyebabkan kerja
ikutan yang negatif pada keesokan harinya
·
Tidak kehilangan khasiatnya
pada penggunaan jangka panjang
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek
samping umum yang mirip dengan morfin, antara lain:
·
Depresi pernafasan,
terutama pada dosis tinggi, contohnya flurazepam, kloralhidrat dan paraldehida
·
Tekanan darah menurun,
contohnya golongan barbiturat
·
Hang-over, yaitu efek sisa
pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di kepala dan pikiran
kacau, contohnya golongan benzodiazepin dan barbiturat
·
Berakumulasi di jaringan
lemak karena umumnya hipnotika bersifat lipofil
·
Lain-lain, seperti
toleransi dan ketergantungan dan bahaya bunuh diri, contohnya glutetimid dan derivatnya,
metaqualon dan derivatnya serta golongan barbiturat
Penggolongan
Secara
kimiawi, obat-obat hipnotika digolongkan sebagai berikut :
·
Golongan barbiturat,
seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital, heksobarbital dan lain-lain
·
Golongan benzodiazepin,
seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan triazolam
·
Golongan alkohol dan
aldehida, seperti kloralhidrat dan turunannya serta paraldehida
·
Golongan bromida, seperti
garam bromida (kalium, natrium dan amonium) dan turunan urea seperti karbromal
dan bromisoval
·
Golongan lain, seperti
senyawa piperindindion (glutetimida) dan metaqualon
Obat generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1.
Diazepam
Indikasi
|
Hipnotika dan sedativa, anti
konvulsi, relaksasi otot dan anti ansietas (obat epilepsi)
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
-
|
Sediaan
|
Diazepam (generik) tablet 2 dan
5 mg
|
2.
Nitrazepam
Indikasi
|
lihat diazepam
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Pada penggunaan lama terjadi
kumulasi dengan efek sisa (hang over), gangguan koordinasi dan melantur
|
Sediaan
|
-
|
3. Flunitrazepam
Indikasi
|
Hipnotik, sedativa, anestetik
premedikasi operasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Amnesia (hilang ingatan)
|
Sediaan
|
|
4. Kloral Hidrat
Indikasi
|
Hipnotika dan sedativa
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Merusak mukosa lambung usus dan
ketagihan
|
Sediaan
|
Diazepam
|
5. Luminal
Indikasi
|
Sedativa, epilepsi, tetanus dan
keracunan strikhnin
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Adiksi dan habituasi
|
Sediaan
|
Phenobarbital (Generik) tablet
30 dan 50 mg, Injeksi
|
Spesialite hipnotika dan sedativa.
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Nitazepam
|
Mogadon
|
Roche
|
|
|
Dumolid
|
Dumex
|
2
|
Estazolam
|
Esilgan
|
Takeda
|
3
|
Triazolam
|
Halcion
|
Up John
|
F. ANESTETIKA
Istilah
anestesi dikemukakan pertama kali oleh O.W Holmes yang artinya tidak ada rasa
sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
·
Anestetika umum yaitu rasa
sakit hilang disertai dengan kehilangan kesadaran
·
Anestetika lokal yaitu
menghilangkan rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran
(1) Anestetika umum
Pengertian
Tindakan
anestesi sudah dikenal sejak dahulu untuk mempermudah tindakan operasi.
Orang-orang Mesir menggunakan canabis indica, dan pemukulan kepala
dengan tongkat kayu untuk menghilangkan kesadaran seseorang.
Tahun
1776 ditemukan anestetika gas yang pertama yaitu N2O, karena dirasa
kurang efektif dicarilah zat yang lain. Tahun 1795 eter ditemukan sebagai
anestesi inhalasi.
Tehnik
anestesi modern saat ini sudah merupakan praktek yang biasa dilakukan yaitu
dengan memberikan beberapa anestetika dengan mekanisme kerja berbeda agar
diperoleh keadaan anestetika operasi dengan resiko efek toksik yang minimal.
Anestetika suntikan intra vena (i.v) biasa dipakai untuk taraf induksi kemudian
dilanjutkan dengan anestetik inhalasi untuk mempertahankan keadaan tidak sadar.
Obat khusus sering diberikan untuk menghasilkan relaksasi otot.
Untuk
prosedur tertentu mungkin dibutuhkan hipotensi terkendali, untuk itu digunakan
labetolol dan gliseril trinitrat. Sedang beta bloker seperti adenosin,
amiodaron dan verapamil bisa digunakan untuk mengendalikan aritmia selama
anestesi. Dalam proses anestesi terdapat taraf-taraf narkosa tertentu yaitu penekanan sistem saraf
sentral secara bertingkat dan berturut-turut sebagai berikut:
Taraf -taraf narkose
Anestetika
umum dapat menekan susunan saraf sentral secara berurutan, yaitu :
·
Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasa nyeri berkurang
·
Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi
kegelisahan
Kedua taraf ini disebut taraf
induksi
·
Taraf anestesia, yaitu refleks mata hilang, nafas otomatis dan
teratur seperti tidur serta otot-otot melemas (relaksasi)
·
Taraf pelumpuhan sum - sum tulang, yaitu kerja jantung dan
pernafasan terhenti
Tujuan
narkosa adalah untuk mencapai taraf anastesia dengan sedikit mungkin kerja
ikutan atau efek samping, oleh karena itu
taraf pertama sampai ketiga adalah yang paling penting sedangkan taraf
ke empat harus dihindari. Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan
urutan taraf terbalik dari taraf ketiga sampai kesatu.
Persyaratan anestetika umum
Beberapa
syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetika umum adalah:
·
Berbau enak dan tidak
merangsang selaput lendir
·
Mula kerja cepat tanpa efek
samping
·
Sadar kembalinya tanpa
kejang
·
Berkahasiat analgetik baik
dengan melemaskan otot-otot seluruhnya
·
Tidak menambah pendarahan
kapiler selama waktu pembedahan
Guna
mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama digunakan suatu anestetika
pokok dengan penambahan suatu obat pembantu, yang bertujuan untuk menghindarkan
atau memperkecil kerja ikutan dan memperkuat salah satu khasiat anestetikanya,
seperti:
·
Sebelum narkose
(premedikasi), diberikan obat-obat sedatif (klorpromazin, morfin dan pethidin)
guna meniadakan kegelisahan dan obat-obat parasimpatolitik (atropin) guna
menekan sekresi ludah yang berlebihan
·
Selama narkose, diberikan
obat-obat relaksasi otot (tubokurarin, galamin, dll)
·
Setelah narkose (post
medikasi), diberikan obat-obat analgetika (methampyron, dll), sedativa (lminal,
dll) dan anti emetika (klorpromazin HCl)
Kadangkala
dipakai kombinasi dari anestetika pokok dengan suatu anestetika lanjutan untuk
memperpanjang lamanya narkose, seperti gas N2O dan siklopropan pada
narkosa pokok serta barbital-barbital.
Efek samping
Hampir
semua anestetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping, yang terpenting
diantaranya adalah :
·
Menekan pernafasan, paling
kecil pada N2O, eter dan trikloretiken
·
Mengurangi kontraksi
jantung, terutama halotan dan metoksifluran, yang paling ringan pada eter
·
Merusak hati, oleh karena
sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor
(kloroform)
·
Merusak ginjal, khususnya
metoksifluran
Penggolongan
Menurut penggunaanya anestetika
umum dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :
·
Anestetika injeksi,
contohnya diazepam, barbital ultra short acting (tiopental dan heksobarbital),
dll
·
Anestetika inhalasi,
diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan. Contohnya eter, dll
Tehnik pemberian
Pemberian anestetika inhalasi
dibagi menjadi 3 cara, yaitu:
·
Sistem terbuka, yaitu
dengan penetesan langsung keatas kain kasa yang menutupi mulut atau hidung
penderita, contohnya eter dan trikloretilen.
·
Sistem tertutup, yaitu
dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan campuran gas dengan oksigen
dimana sejumlah CO2 yang dikeluarkan dimasukan kembali (bertujuan
memperdalam pernafasan dan mencegah berhentinya pernafasan atau apnea yang
dapat terjadi bila diberikan dengan sistem terbuka). Karena pengawasan
penggunaan anestetika lebih teliti maka cara ini banyak disukai, contohnya
siklopropan, N2O dan halotan
·
Insuflasi gas, yaitu uap
atau gas ditiupkan kedalam mulut, batang
tenggorokan atau trachea dengan memakai alat khusus seperti pada operasi
amandel
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1. Dinitrogen Monoksida (N2O,
gas gelak/gas tertawa)
Indikasi
|
Anestesi inhalasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
-
|
Sediaan
|
-
|
2. Enfluran
Indikasi
|
Anestesi inhalasi (untuk pasien
yang tidak tahan eter)
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Menekan pernafasan, gelisah dan
mual
|
Sediaan
|
-
|
3. Halotan
Indikasi
|
Anestesi inhalasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Menekan pernafasan, aritmia dan
hipotensi
|
Sediaan
|
-
|
4. Droperidol
Indikasi
|
Anestesi inhalasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
-
|
Sediaan
|
-
|
5. Eter
Indikasi
|
Anestesi inhalasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Merangsang mukosa saluran pernafasan
|
Sediaan
|
-
|
6. Ketamin Hidroklorida
Indikasi
|
Anestesi inhalasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Menekan pernafasan (dosis
tinggi), halusinasi dan tekanan darah naik
|
Sediaan
|
-
|
7. Tiopental
Indikasi
|
Anestesi injeksi pada pembedahan
kecil seperti di mulut
|
Kontra indikasi
|
Insufisiensi sirkulasi jantung
dan hipertensi
|
Efek samping
|
Menekan pernafasan
|
Sediaan
|
-
|
Spesialite obat - obat anestetika umum
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Diaethyl Aether
|
Aether Anaestheticus
|
Kimia Farma
|
2
|
Ketamin Hidroklorida
|
Ketalar
|
Parke Davis
|
|
(Ketamini Hydrochloridum)
|
|
|
3
|
Tiopental Natrium
|
Pentothal Sodium
|
Abbot
|
|
(Thiopentalum Natricum)
|
|
|
4
|
Enflurane
|
Athrane
|
Abbot
|
5
|
Halothanum
|
Fluothane
|
Zenecca
|
(2) Anestetika lokal.
Pengertian
Obat
anestetika lokal yang pertama dikenal adalah kokain yang diperoleh dari Erythroxylon coca yang dapat memberikan
rasa nyaman dan mempertinggi daya tahan tubuh. Pada awalnya di dunia kedokteran
digunakan untuk menghilangkan nyeri stempat oleh kedokteran gigi dan mata.
Karena kemampuannya untuk merintangi transmisi ke batang otak kemudian dipakai
sebagai anestesi blokade saraf pada
pembedahan maupun dalam anestesi spinal/umum. Barulah kemudian dibuat
anestetika lokal sintetis seperti prokain dan derivatnya seperti lidokain,
prilokain dan bupivikain.
Penggunaan
Anestetika
lokal umumnya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan kecil dimana
pemakaian anestetika umum tidak dibutuhkan. Anestetika lokal dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :
·
Anestetika permukaan,
digunakan secara lokal untuk melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan
atau tablet hisap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau leher, tetes
mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda asing di mata,
salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar dan suppositoria untuk
penderita ambeien/wasir
·
Anestetika filtrasi, yaitu
suntikan yang diberikan ditempat yang dibius ujung-ujung sarafnya, misalnya
pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi)
·
Anestetika blok atau
penyaluran saraf, yaitu dengan penyuntikan di suatu tempat dimana banyak saraf
terkumpul sehingga mencapai daerah anestesi yang luas, misalnya pada
pergelangan tangan atau kaki
Obat-obat
anestetika lokal umumnya yang dipakai adalah garam kloridanya yang mudah larut
dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya ditambahkan suatu vasokontriktor
yang dapat menciutkan pembuluh darah sehingga absorbsi akan diperlambat,
toksisitas berkurang, mula kerja dipercepat dengan khasiat yang lebih ampuh dan
lokasi pembedahan praktis tidak berdarah, contohnya adrenalin.
Tetapi
kombinasi ini tidak boleh digunakan pada jari-jari tangan karena dapat
menyebabkan gangrein (jaringan mati).
Persyaratan anestetika lokal
Anestetika
lokal dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut :
·
Tidak merangsang jaringan
·
Tidak mengakibatkan
kerusakan permanen terhadap susunan saraf sentral
·
Toksisitas sistemisnya
rendah
·
Efektif pada penyuntikan
dan penggunaan lokal
·
Mula kerja dan daya
kerjanya singkat untuk jangka waktu cukup lama
·
Larut dalam air dengan
menghasilkan larutan yang stabil dan tahan pemanasan (proses sterilisasi)
Efek Samping
Efek
samping penggunaan anestetika lokal terjadi akibat khasiat dari kardio
depresifnya (menekan fungsi jantung), mengakibatkan hipersensitasi berupa
dermatitis alergi.
Penggolongan
Secara kimiawi anestetika lokal
dibagi 3 kelompok, yaitu :
·
Senyawa ester, contohnya
prokain, benzokain, buvakain, tetrakain dan oksibuprokain
·
Senyawa amida, contohnya
lidokain, prilokain, mepivikain, bupivikain, cinchokain dll
·
Serba-serbi, contohnya
jokain dan benzilalkohol.
Selain kokain,
semua obat tersebut diatas dibuat sintetis.
Sediaan, indikasi, kontra indikasi dan efek samping
1.
Bupivikain
Indikasi
|
Anestetika lokal
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
-
|
Sediaan
|
-
|
2.
Etil Klorida
Indikasi
|
Anestetika lokal
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Menekan pernafasan, gelisah dan
mual
|
Sediaan
|
-
|
3. Lidokain
Indikasi
|
Anestesi filtrasi dan Anestesi
permukaan, Antiaritmia
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Mengantuk
|
Sediaan
|
-
|
4. Benzokain
Indikasi
|
Anestesi permukaan dan
Menghilangkan rasa nyeri dan gatal
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
-
|
Sediaan
|
-
|
5.Prokain (Novokain)
Indikasi
|
Anestesi filtrasi dan permukaan
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Hipersensitasi dan kematian
|
Sediaan
|
-
|
6.Tetrakain
Indikasi
|
Anestesi filtrasi
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
-
|
Sediaan
|
Obat tetes mata dan tablet hisap
|
7.Benzilalkohol
Indikasi
|
Menghilangkan rasa gatal,
sengatan matahari dan gigi
|
Kontra indikasi
|
Insufisiensi sirkulasi jantung
dan hipertensi
|
Efek samping
|
Menekan pernafasan
|
Sediaan
|
-
|
Spesialit obat-obat anestetika lokal
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Lidokain Hidroklorida
|
Pehacain
|
Phapros
|
|
(Lidocaini Hydrochloridum)
|
Extracain
|
Ethica
|
|
|
Xylocain
|
Zenecca
|
2
|
Prokain Hidroklorida
|
Prokain HCl
|
Ethica
|
|
(Procaini Hydrochloridum)
|
|
|
Pengertian.
Penyakit parkinson atau penyakit
gemetaran yang ditandai dengan gejala tremor, kaku otot atau kekakuan anggota
gerak, gangguan gaya berjalan (setapak demi setapak) bahkan dapat terjadi gangguan
persepsi dan daya ingat merupakan penyakit yang tejadi akibat proses degenerasi
yang progresif dari sel-sel otak (substansia nigra) sehingga menyebabkan
terjadinya defisiensi neurotransmiter yaitu dopamin.
Gejala-gejala Parkinson dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
·
Gangguan motorik positif,
misalnya terjadi tremor dan rigiditas.
Gangguan motorik negatif, misalnya terjadi
hipokinesia
·
Gejala vegetatif, seperti
air liurdan air mata berlebihan, muka
pucat dan kaku (mask face)
·
Gangguan psikis, seperti
berkurangnya kemampuan mengambil keputusan, merasa tertekan.
Penyebab
penyakit parkinson :
·
Idiopatik (tidak diketahui
sebabnya)
·
Radang, trauma,
aterosklerosis pada otak.
·
Efek samping obat
psikofarmaka.
Penggunaan
Meskipun pengobatan parkinson tidak
dapat mencegah progresi penyakit, tetapi sangat memperbaiki kualitas dan
harapan hidup kebanyakan pasien. Karena itu pemberian obat sebaiknya dimulai
dengan dosis rendah dan ditingkatkan sedikit demi sedikit.
Penggolongan
Berdasarkan cara
kerjanya dibagi menjadi:
1.
Obat anti muskarinik, seperti
triheksifenidil/benzheksol, digunakan pada pasien dengan gejala ringan dimana
tremor adalah gejala yang dominan.
2.
Obat anti dopaminergik, seperti
levodopa, bromokriptin. Untuk penyakit parkinson idiopatik, obat pilihan utama
adalah levodopa.
3.
Obat anti dopamin antikolinergik,
seperti amantadine.
4.
Obat untuk tremor essensial,
seperti haloperidol, klorpromazine, primidon dll.
Obat generik, indikasi, kontra
indikasi dan efek samping
1. Triheksifenidil
Mempunyai
daya antikolinergik yang dapat memperbaiki tremor, tetapi kurang efektif
terhadap akinesia dan kekakuan. Keluarnya liur yang berlebihan juga dipengaruhi
secara baik olehnya. Dapat terjadi toleransi, kombinasi dengan levodopa sangat
berguna .
2. Biperiden
Derivat yang terutama efektif terhadap
akinesia dan kekakuan, kurang aktif tehadap tremor. Efek samping kurang-lebih
sama
Indikasi
|
Parkinson,
gangguan ekstrapiramidal karena obat
|
Kontra indikasi
|
Retensi urine,
glaukoma, tersumbatnya saluran cerna.
|
Efek samping
|
Gangguan lambung usus, mulut
kering, gangguan penglihatan dan efek-efek sentral (gelisah, sulit tidur,
halusinasi).
|
Sediaan
|
Trihexiphenidil (generik) tabl
2mg, 5mg
|
3. Levodopa.
Zat pelopor dopamin ini mudah memasuki
cairan otak untuk diubah menjadi Dopamin.Levodopa terutama efektif terhadap hipokinesia dan kekakuan,
sedangkan terhadap tremor umumnya kurang efektif dibandingkan dengan
antikolinergik. Efek samping mual dan muntah dapat dilawan dengan domperidom, antagonis
dopamin yang secara selektif menduduki reseptor-reseptor dopamin di lambung.
Indikasi
|
Parkinsonisme
bukan karena obat
|
Kontra indikasi
|
Glaukoma,
penyakit psikiatri berat
|
Efek samping
|
Anoreksia, mual,muntah, insomnia
dll
|
Sediaan
|
|
4. Bromokriptin
Bekerja sebagai antagonis dopamin, obat
ini semula digunakan pada pasien-pasien parkinson hanya dimana erek-efek dopa
berkurang setelah beberapa tahun dan efeknyapun menjadi lebih singkat,
bersamaan dengan lebih seringnya terjadi efek samping.
Indikasi
|
Parkinsonisme
(bukan karena obat)
|
Kontra indikasi
|
-
|
Efek samping
|
Gangguan lambung usus, pada
dosis tinggi halusinasi, gangguan psikomotor dan lain-lain
|
5.
Amantadine.
Obat
anti influenza ini secara kebetulan ditemukan daya anti parkinsonnya.
Khasiatnya menyerupai levodopa, tetapi jauh lebih lemah dan efeknya nampak
setelah satu minggu. Mekanisme kerja melalui memperbanyak pelepasan Dopamin
dari ujung-ujung saraf.
Efek samping lebih ringan
dari levodopa , pada dosis biasa tidak sering terjadi antara lain mulut kering,
gangguan penglihatan , hipotensi ortostatik, kadang-kadang terjadi udema mata
kaki.
Spesialite antiparkinson.
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
1
|
Trihexyphenidil
|
Artane
|
Lederle
|
2
|
Levodopa
|
Madopar
|
Roche
|
3
|
Bromocriptin Mesilate
|
Parlodel
|
Novartis
|
4
|
Selegiline
|
Jumex
|
Sanofi
|
H. NOOTROPIK / NEUROTROPIK
Pengertian dan Penggunaan
Adalah
obat yang digunakan pada gangguan (insufisiensi) cerebral seperti mudah lupa,
kurang konsentrasi dan vertigo. Gangguan pada sirkulasi darah di otak
seringkali ditemukan pada lansia diatas usia 60 tahun. Gejalanya dapat berupa
kelemahan ingatan jangka pendek dan konsentrasi, vertigo, kuping berdengung,
jari – jari dingin dan depresi.
Usia
harapan hidup penduduk dunia akan semakin panjang sehingga jumlah orang yang
menderita gangguan sirkulasi di otak akan meningkat. Dengan demikian diduga
obat – obatan dikelompok ini akan menjadi semakin penting.
Obat generik, indikasi, kontra
indikasi dan efek samping
1. Piracetam
Obat
ini diindikasikan untuk gejala dengan proses menua seperti daya ingat berkurang,
terapi pada anak seperti kesulitan belajar.
2. Pyritinol HCl
Obat
ini diindikasikan untuk pasca trauma otak, perdarahan otak, gejala degenerasi
otak sehubungan gangguan metabolisme.
3. Mecobalamin
Obat
ini diindikasikan untuk terapi neuropati perifer.
Spesialite :
NO.
|
NAMA
GENERIK
&
LATIN
|
NAMA
DAGANG
|
SEDIAAN
|
PABRIK
|
1.
|
Pyritinol
HCl
|
Enchepabol
|
dragee
: 100 / 200mg
larutan 100ml;
ampul
20mg
|
Merck
|
2.
|
Piracetam
|
Nootropil
|
Caps.400/800/1200mg;
sirup 10%,
ampul 1g/5ml
|
UCB
Pharma
|
3.
|
Mecobalamin
|
Methycobal
|
Kaps
250 lg, 500 lg ,
Ampul
500 lg
|
Eisai
|
0 comments:
Post a Comment