BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teknologi
Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang didefinisikan sebagai
teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA
ke dalam sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat
menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang
digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional. Prinsip dasar teknologi
rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam
nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA
organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal
dari organisme apa saja.
Bahan
pangan hewani merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehat, kreatif,
produktif dan cerdas. Menurut Prof. I.K Han (1999) menyatakan adanya kaitan
positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH)
dan pendapatan perkapita. Delgado et. al (1999) menduga akan terjadi peningkatan
produksi dan konsumsi pangan hewani dimasa depan. Di dalam artikel “Peternakan
2020: Revolusi Pangan Masa Depan”, mereka menduga bahwa konsumsi daging
penduduk dunia akan meningkat dari 233 juta ton (tahun 2000) menjadi 300 juta
ton (tahun 2020). Konsumsi susu naik dari 568 juta ton menjadi 700 juta,
sedangkan konsumsi telur sekitar 55 juta ton. Hal tersebut disebabkan oleh
bertambahnya jumlah penduduk dunia, meningkatnya kesejahteraan hidup dan
meningkatnya kesadaran gizi masyarakat dunia.
Akan
tetapi, peningkatan kebutuhan pangan hewani, ternyata tidak diikuti oleh
ketersediaan pangan hewani secara murah, merata dan terjangkau. Teknologi
budidaya peternakan konvensional dan pertumbuhan populasi ternak yang cenderung
lambat merupakan salah satu faktor penyebabnya. Oleh karena itu, aplikasi
bioteknologi diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam memacu
pertumbuhan populasi ternak dan meningkatkan mutu pangan hewani.
Menurut
Sudrajat (2003) aplikasi bioteknologi peternakan dilakukan pada tiga bidang utama,
yaitu bioteknologi reproduksi (inseminasi buatan, transfer embrio dan rekayasa
genetik), bioteknologi pakan ternak dan bioteknologi bidang kesehatan hewan.
Bioteknologi peternakan dapat digunakan mempercepat pembangunan peternakan
melalui peningkatan daya reproduksi dan mutu genetik ternak, perbaikan kualitas
pakan dan kualitas kesehatan ternak
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis merumuskan maslah sebagai berikut :
1.
Apa definisi bioteknologi hewan ?
2.
Apa macam bioteknologi hewan dan
penjelasannya :
a.
Hewan transgenic ?
b.
Kultur Sel Hewan ?
c.
Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
?
d.
Inseminasi Buatan dan Seksing
Sperma ?
e.
Transfer Embrio ?
f.
Bayi Tabung ?
g.
Kriopreservasi Embrio ?
3.
Bagaimana dampak bioteknologi
hewan bagi kehidupan ?
C. Tujuan
Berdasarkan
atas pokok permasalahn diatas, maka tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui definisi bioteknologi hewan
2. Untuk
mengetahui macam bioteknologi hewan dan penjelasannya
3. Untuk
mengetahui dampak bioteknologi hewan bagi kehidupan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Bioteknologi Hewan
Bioteknologi
hewan adalah bioteknologi yang mengunakan agen hayatinya berupa hewan. Bioteknologi
hewan terus berkembang untuk meningkatkan konsistensi dan keamanan produk dari
ternak yang berharga secara genetik dan menyelamatkan spesies langka.
Bioteknologi
hewan juga memudahkan antisipasi kemungkinan industri yang mengarah pada produk
dengan sifat-sifat genetik bernilai ekonomis seperti pertumbuhan jaringan otot,
produk rendah lemak, dan ketahanan terhadap penyakit.
B.
Macam – Macam
Bioteknologi Hewan
1. Hewan Transgenik
Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi
yang potensial dan sangat menarik karena menjadi model yang unik untuk
mengungkap fenomena biologi yang spesifik (Pinkert, 1994). Sedangkan hewan transgenik menurut Federation
of European Laboratory Animal Associations adalah hewan dimana dengan sengaja
telah dimodifikasi genome-nya, gen disusun dari suatu organisme yang dapat
mewarisi karakteristik tertentu. Dua alasan umum mengapa hewan transgenic tetap
diproduksi :
v
Beberapa hewan transgenic
diproduksi untuk mempunyai sifat ekonomis spesifik. Contoh, ternak transgenic
diciptakan untuk memproduksi susu yang mengandung protein khusus manusia,
dimana mungkin dapat membantu dalam perawatan penyakit emphysema pada manusia
(penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darah).
v
Hewan transgenic lainnya
diproduksi sebagai model penyakit (secara genetic hewan dimanipulasi untuk
menunjukkan gejala penyakit sehingga perawatan efektif dapat dipelajari).
Contoh, ilmuwan Harvard membuat terobosan besar secar ilmiah ketika mereka
diterima sebuah paten U.S. untuk keahlian tikus secara genetic, dimana tikus
membawa gen yang mengembangkan variasi kanker manusia.
Kemampuan
untuk mengintroduksi gen-gen fungsional ke dalam hewan menjadi alat berharga
untuk memecah proses dan sistem biologi yang kompleks. Transgenik mengatasi
kekurangan praktek pembiakan satwa secara klasik yang membutuhkan waktu lama
untuk modifikasi genetik. Aplikasi hewan transgenik melingkupi berbagai
disiplin ilmu dan area riset diantaranya:
1. Basis
genetik penyakit hewan dan manusia, disain dan pengetesan terapinya;
2. Resistensi
penyakit pada hewan dan manusia;
3. Terapi
gen
Hewan transgenik merupakan
model untuk pertumbuhan, immunologis, neurologis, reproduksi dan kelainan
darah);
4. Obat-obatan
dan pengetesan produk;
5. Pengembangan
produk baru melalui “molecular farming”
Introduksi gen ke dalam
hewan atau mikroorganisme dapat merubah sifat dari hewan atau organisme
tersebut agar dapat menghasilkan produk tertentu yang diperlukan oleh manusia
seperti factor IX dan hemoglobin manusia.
Produksi
peternakan
1) Ternak
Pemanfaatan
teknologi transgenik memungkinkan diperolehnya ternak dengan karakteristik
unggul (Pinkert, 1994; Prather et al, 2003). Petani selalu menggunakan
peternakannya yang selektif untuk menghasilkan hewan yang sesuai dengan
keinginan. Misalnya meningkatkan produksi susu, meningkatkan kecepatan
pertumbuhan. Peternakan tradisional memakan waktu dan sulit memenuhi permintaan.
Ketika teknologi menggunakan biologi molekuler untuk mengembangkan
karakteristik hewan dengan waktu yang singkat dan tepat. Disamping itu,
transenik hewan menyediakan cara yang mudah untuk meningkatkan hasil.
2) Kualitas
produksi
Sapi
transgenic bisa memproduksi susu yang banyak dan rendah laktosa dan kolesterol,
babi dan unggas menghasilkan daging yang lebih banyak, dan domba yang memiliki
wool yang tebal. Di masa lampau, petani menggunakan hormone pertumbuhan untuk
memacu perkembangan hewan tetapi teknik ini bermasalah, khususnya sejak residu
hormone masih terkandung dalm produk.
3) Resistensi
penyakit
Ilmuwan mencoba
menghasilkan hewan yang resisten terhadap penyakit, seperti babi yang resisten
terhadap influenza, tetapi jumlah gen yang berperan masih terbatas jumlahnya.
Aplikasi
Kesehatan
1) Pasien
yang meninggal tiap tahun karena butuh pengganti jantung, hati, atau ginjal.
Contoh, sekitar 5000 organ dibutuhkan tiap tahun di UK. Babi transgenic
menyediakan transpalantasi organ yang dibutuhkan untuk meredakan. Xenotransplantation
adalah wadah yang diproduksi oleh protein babi yang dapat menyebabkan alergi
pada penerima donor, tetapi bisa dihindarkan dengan mengganti protein babi
dengan protein manusia.
2) Suplement
nutrisi dan Obat-obatan
Produk seperti insulin,
hormone pertumbuhan, factor anti penggumpalan darah mungkin terkandung dalam
susu sapi, kambing, dan domba transgenic. Penelitian merupakan cara untuk
menghasilkan susu melalui transgenesis untuk penyembuhan penyakit seperti
phenylketonuria (PKU), penyakit pembengkakan paru-paru yang menurun, dan
penyakit kista.
Contoh : Pada tahun
1997, sapi transgenic pertama kali, memproduksi yang kaya akan protein 2,4 gr
per liter. Susu sapi transgenic ini lebih bernutrisi daripada susu sapi biasa.
Susu ini dapat diberikan pada bayi atau dan orang dewasa dengan gizi yang
dibutuhkan dan mudah dicerna. Karena mengandung gen alpha-lactalbumin.
3) Terapi
Gen Manusia
Terapi gen manusia
meliputi penambahan copyan gen normal pada genome orang yang memiliki gen yang
tidak normal. Perlakuan tersebut berpotensi pada 5000 penyakit genetic yang
besar dan hewan transgenic. Contoh, salah satu institute di finladia
memproduksi gen anak sapi mampu memacu pertumbuhan sel darah merah di manusia
(Margawati,2009).
Aplikasi
industri
Pada
tahun 2001, 2 ilmuwan di Canada menyambung gen laba-laba ke dalam sel penghasil
susu kambing. Kambing mulai menghasilkan strand seperti serabut sutra saat
pemerahan susu. Dengan mengekstrak polimer strand dari susu dan menenunnya
menjadi benang, kemudian ilmuwan membuatnya menjadi mengkilat, keras, dan
fleksibel dan diaplikasikan pada pembuatan kain, kasa steril, dan string raket
tenis.
Hewan
transgenic yang sensitive terhadap racun telah diproduksi untuk uji keamanan
kimia. Mikroorganisme telah dirancang untuk meproduksi varietas protein yang
dapat memproduksi enzim untuk mempercepat reaksi kimia pada industri.
Kualitas produk
transgenic
Di masa
yang akan datang hewan transgenik akan diproduksi dengan penyisipan gen pada
lokasi yang spesifik dalam genom. Teknik ini telah terbukti berhasil pada
mencit tetapi masih Iintensif diteliti pada hewan-hewan besar.
Tabel
Contoh–contoh Locyt-Locyt Gen dan Aplikasi pada Ternak
Spesies
|
Gen
|
Aplikasi
|
Babi
|
α -1,3-galactosyl
trasferase
|
Mencegah rejeksi hiperakut dalam
xenotransplantasi
|
Babi, sapi
|
Fas, Fas-L
|
Menekan rejeksi yang dimediasi
sel pada xenotransplantasi
|
Sapi
|
Menekan rejeksi yang dimediasi
sel pada xenotransplantasi
|
Produksi serum labumin manusia
dalam susu
|
Sapi
|
Milk casein
|
Meningkatkan produksi protein
dan formula bayi
|
Semua
|
SRY dan penentu sex lainnya
|
Produksi daging dan susu yang
lebih efisien
|
Semua
|
Growth/differentitian factor 8
|
Produksi daging yang lebih efisien
|
2. Kultur Sel Hewan
Kultur sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel
manusia maupun hewan untuk tujuan memproduksi metabolit tertentu. Pada saat
sekarang aplikasi dari system ini banyak digunakan untuk menghasilkan untuk
menghasilkan produk-produk farmasi dan kit diagnostik dengan kebanyakan jenis
produk berupa molekul protein kompleks. Hal yang paling mendorong kearah
aplikasi ini adalah karena biaya operasionalnya yang tinggi, terutama medium.
Selain itu system metabolisme sel hewan tidak “seramai” pada system metabolisme
sel tanaman. Sekalipun demikian ada aplikasi yang berhubungan tidak langsung
dengan masalah pangan, misalnya: penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan
ditanam, penentuan masa ovulasi dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan.
Aadapun contoh-contoh produk yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya:
interferon, tissue plasminogen activator, erythroprotein, hepatitis B surface
antigen.
Manfaat kultur
sel :
a. Keuntungan
hemat tempat, waktu, biaya & keturunan yang dihasilkan identik
b. Mengatasi
keterbatasan jumlah sel dalam pembuatan vaksin
c. Sel
hibridoma
d. Mempelajari kondisi fisiologi sel
3. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan
rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya
adalah:
a. Plasmid
bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
b. Gen
somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
c. Gen
somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
d. Bakteri
yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
e. Bovine
somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan
produksi susu. BST ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan
meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan
rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu akan
meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and
Drug Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika
berpendapat nsusu yang dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di
Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang diberikan
hormon ini meningkat 70%. Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar
ukuran ternak menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel
telur yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging dari hewan yang diberi hormon
ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu
kesehatan manusia.
4. Inseminasi Buatan dan Seksing Sperma
Program
peningkatan produksi dan kualitas pada ternak berjalan lambat bila 13 proses
reproduksi berjalan secara alamiah. Melalui rekayasa bioteknologi reproduksi,
proses reproduksi dapat dimaksimalkan antara lain dengan teknologi IB
(inseminasi buatan). Tujuan utama dari teknik IB ialah memaksimalkan potensi
pejantan berkualitas unggul. Sperma dari satu pejantan berkualitas unggul dapat
digunakan untuk beberapa ratus bahkan ribuan betina, meskipun sperma tersebut
harus dikirim ke suatu tempat yang jauh.
Jenis
kelamin anak pada ternak yang diprogram IB dapat ditentukan dengan memanfaatkan
teknologi seksing sperma X dan sperma Y. Dewasa ini ada dua teknik yang umum
dipakai untuk seksing sperma yaitu separasi albumin yang menghasilkan 75 sampai
80 persen sperma Y dan filtrasi sephadex yang menghasilkan 70 hingga 75
persen sperma X. Perubahan proporsi sperma X atau Y akan menyebabkan peluang
untuk memperoleh anak dengan jenis kelamin yang diharapkan lebih besar. Seleksi
gender pada hewan digunakan untuk beberapa tujuan diantaranya:
a. Memproduksi
lebih banyak anak betina dari induk superior untuk meningkatkan
produksi susu, daging dan
kulit.
b. menghasilkan
lebih banyak anak jantan untuk produksi daging dari betina-betina yang telah
diculling.
c. Mencegah
intersex pada kelahiran kembar (khususnya ternak sapi).
5. Transfer Embrio
TE
(transfer embrio) merupakan teknologi yang memungkinkan induk betina unggul
memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa harus bunting dan melahirkan. TE
dapat mengoptimalkan bukan hanya potensi dari jantan saja tetapi potensi betina
berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada proses
reproduksi alamiah, kemampuan betina untuk bunting hanya sekali dalam 1 tahun
(9 bulan bunting ditambah persiapan untuk bunting berikutnya) dan hanya mampu
menghasilkan 1 atau 2 anak bila terjadi kembar.
Menggunakan
teknologi TE, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi
menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer (dititipkan) pada
induk titipan (resipien) dengan kualitas genetik rata-rata etapi mempunyai
kemampuan untuk bunting.
Proses dan Tata Cara Transfer Embrio
Prinsip dasar dari transfer
embrio meliputi beberapa treatmen/perlakuan dengan
menggunakani teknik-teknik lainnya, yaitu superovulasi, oestrus
synchronization(SinkronisasiBirahi), artificialinsemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs
recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs
transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985). Sebelum dilakukan
transfer, dilakukan produksi embrio.
Menurut Udrayana(2011) produksi
embrio terdiri dari 2 cara yaitu produksi embrio in vivo dan
produksi embrio in vitro.
a. Produksi embrio in
vivo dilakukan dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat
di dalam uterus (rahim) sapi betina donor (penghasil embrio),
kemudian dipindahkan pada sapi betina yang lain (betina resipien) atau
untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze embryo). Untuk
memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada sapi-sapi betina donor biasanya
dilakukan teknik superovulasi, yaitu suatu perlakuan
menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur (ovum) pada setiap
periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina donor yang telah
di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan
sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan
banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2
hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian
dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu hasilnya
dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus synchronization (sinkronisasi
estrus) adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi
ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan
hormon prostaglandin F2a (PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a.
Sedangkan menurut Asrul superovulasi menggunakan hormon gonadotropin, seperti
FSH (Follicle Stimulating Hormonr) atau PMSG (Pregnant Mare’s
Serum Gonadotropin). Penyuntikan hormon itu akan meningkakan jumlahcorpus luteum
b. Produksi embrio in vitro dilakukan
dengan cara melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan
sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut
pembuahan di luar tubuh. Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah
cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil
sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi
betina yang telah dipotong di rumah potong hewan. Setelah diperoleh
banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus, selanjutnya
dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam cawan
petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi sel-sel telur
tadi ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup).
Kelebihan Transfer Embrio
a. Pada proses
reproduksi alami,dalam satu tahun betina hanya
bisa buntingsekali dan hanya mampu menghasilkan 1 anak (atau
2 anak bila terjadi kembar). Menggunakan teknologi transfer embrio,
betina unggul tidak perlu bunting dan menunggu satu tahun untuk
menghasilkan anak. Betina unggul hanya berfungsi menghasilkan embrio yang
selanjutnya ditransfer (dititipkan) pada induk resipien yang
memiliki kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai kemampuan untuk
bunting.
b. Embrio yang digunakan untuk transfer
embrio dapat berupa embrio segar atau embrio beku (freezing embrio).
Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat disimpan lama sebagai stok dan
dapat dibawa ke daerah-daerah yang membutuhkan.Sedangkan embrio segar hanya
dapat ditransfer pada saat produksi di lokasi yang berdekatan dengan
donor.
c. Perbaikan mutu genetik TE lebih
efisien daripada dengan IB. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal
dari pejantan unggul sedangkan dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal
dari pejantan dan induk yang unggul.
6. Bayi Tabung
Kematian
bukan lagi merupakan berakhirnya proses untuk melahirkan keturunan. Melalui
teknik bayi tabung, sel telur yang berada di dalam ovarium betina berkualitas
unggul sesaat setelah mati dapat diproses in vitro di luar tubuh sampai
tahap embrional. Selanjutnya embrio tersebut ditransfer pada resipien sampai
dihasilkan anak.
Secara
alamiah sapi betina berkualitas unggul dapat menghasilkan sekitar tujuh ekor
anak selama hidupnya. Jumlah tersebut dapat berkurang atau menjadi nol bila ada
gangguan fungsi reproduksi atau kematian karena penyakit. Untuk menyelamatkan
keturunan dari betina berkualitas unggul tersebut, embrio dapat diproduksi
dengan cara aspirasi sel telur pada hewan tersebut selama masih hidup atau
sesaat setelah mati.
Dari
ovarium yang diperoleh di rumah potong hewan bisa diperoleh sekitar 20 sampai
30 sel telur untuk setiap ternak betina yang dipotong. Sel telur hasil aspirasi
tersebut selanjutnya dimatangkan secara in vitro. Sel telur yang sudah matang
diproses lebih lanjut untuk dilakukan proses fertilisasi secara in vitro dengan
melakukan inkubasi selama lima jam mempergunakan semen beku dari pejantan
berkualitas unggul. Sel telur yang dibuahi dikultur kembali untuk perkembangan
lebih lanjut. Pada akhirnya embrio yang diperoleh akan dipanen dan dipndahkan
rahim induk betina dan dibiarkan tumbuh sampai lahir.
7. Kriopreservasi Embrio
Kriopreservasi
merupakan komponen bioteknologi yang memiliki peranan yang sangat besar dan
menentukan kemajuan teknologi transfer embrio. Hal ini dikaitkan dengan
kemampuannya dalam mempertahankan viabilitas embrio beku dalam waktu yang tidak
terbatas sehingga sewaktu-waktu dapat ditransfer ketika betina resipien telah
tersedia, serta dapat didistribusi ke berbagai tempat secara luas. Dengan kata
lain, Kriopreservasi merupakan suatu proses penghentian sementara kegiatan
metabolism sel tanpa mematikan sel dimana proses hidup dapat berlanjut setelah
kriopreservasi dihentikan. Metode kriopreservasi dapat dilakukan dengan dua
cara yakni kriopreservasi secara bertahap dan kriopreservasi secara cepat
(vitrifikasi).
Secara umum, mekanisme kriopreservasi
merupakan perubahan bentuk fisik timbal balik dari fase cair ke padat dan
kembali lagi ke fase cair. Mekanisme fisika kriopreservasi meliputi penurunan
temperatur pada tekanan normal disertai dengan dehidrasi sampai tingkat
tertentu dan mencapai temperatur jauh di bawah 0oC (-196 oC). Proses ini harus
reversibel ke kondisi fisiologis awal. Tujuan kriopreservasi adalah
mempertahankan sesempurna mungkin sifat-sifat material biologis terutama
viabilitasnya.
C.
Dampak Negatif Bioteknologi Hewan
Semakin berkembangnya ilmu di bidang
bioteknologi, maka semakin berkembang pula pemikiran manusia termask
pemikiran-pemikiran yang kontra terhadapnya. Terutama yang menyangkut hewan itu
sendiri dan dari segi kemanusiaan. Ada
dua konsep yang berbeda tentang keselamatan hewan yang ada saat ini. Konsep
yang terbatas berfokus pada kesehatan biologis dari organisme yang diklon dan
pada kualitas kejiwaan dari hewan yang ditunjukkan akibat intervensi manusia
dalam hidupnya. Konsep yang luas juga mempertimbangkan mengenai kesempatan
hewan untuk menunjukkan spesifikasi jenis spesies yang alami. Kedua perspektif
ini menjadi dasar dari perdebatan tentang keselamatan hewan, resiko yang dapat
ditimbulkan dan juga segi etikanya.
1.
Konsep terbatas
Konsep terbatas terbagi menjadi dua yaitu tentang sisi etika dan kejiwaan
dari hewan dan tentang kesehatan fisiologis dan biologis dari hewan. Sisi etika
dan kejiwaan hingga saat ini masih menjadi perdebatan karena tidak terdapat
metode untuk mengukur kejiwaan dari hewan. Sehingga umumnya banya dibahas
mengenai efek kesehatan fisik dan biologis hewan.
Hal ini seringkali menyebabkan berbagai
masalah yang berkaitan dengan keselamatan hewan. Masalah yang umunya terjadi
adalah kehamilan yang terlambat atau terlalu dini, kematian saat kelahiran,
jarak kematian setelah kelahiran yang singkat, masa hidup yang singkat,
obesitas dan berbagai macam cacat tubuh.
Metode in vitro juga merupakan metode yang
sering dilakukan pada hewan golongan ruminansia dan tikus. Metode ini
menyebabkan suatu masalah yang sering disebut dengan large offspring syndrome (LOS). LOS mengarah pada penambahan berat
saat kelahiran. Hal ini seringkali menyebabkan timbulnya cacat dan beberapa
penyakit. Beberapa contoh masalah yang timbul yaitu: plasenta yang tidak
normal, pertumbuhan janin yang berlebihan dan perpanjangan masa kehamilan,
kematian saat kelahiran, hypoxia, kegagalan pernafasan dan masalah sirkulasi,
dan banyak masalah pada bentuk tubuh setelah kelahiran, meningkatkan suhu tubuh
saat kelahiran, cacat pada jalur urogenital (saluran kencing), cacat hati dan
otak, disfungsi imunitas, anemia, infeksi bakteri dan virus, lymphoid hypoplasia,
thymic atrophy.
2. Konsep luas
Konsep luas juga mencakup permasalahan pada
kesehatan hewan tetapi juga mempertimbangkan kealamian dari hewan dan sisi
etika terhadap hewan. Bioteknologi pada hewan dapat menimbulkan efek negatif
terutama pada kehidupan alamiah hewan. Proses kloning dan rekayasa ataupun in
vitro menyebabkan hewan tidak dapat hidup secara alami pada habitatnya. Fokus
masalah umunya terdapat pada proses perkawinan hewan yang tidak lagi terjadi
secara alami. Hal ini melanggar kode etik terhadap hewan. Selain itu, proses
perkawinan yang direkayasa oleh manusia dapat menghilangkan spesies-spesies
alami. Efek tersebut dapat menyebabkan kepunahan terhadap spesies-spesies hewan
tertentu.
Bioteknologi pada hewan juga dapat menggangu
keseimbangan ekosistem lingkungan dan juga sistem rantai makanan. Selain itu,
hewan hasil rekayasa atau kloning kehilangan integritasnya sebagai hewan.
Integritas yang dimaksud yaitu hak untuk hidup secara alami yang tidak
diperoleh hewan hasil klon atau rekayasa. Hal ini dikarenakan hewan hasil
bioteknologi tidak memiliki kesempatan untuk hidup seperti hewan lainnya,
contohnya: hidup di laboratorium, makanan diatur ilmuan, proses perkawinan yang
direkayasa, dsb.
3. Resiko pada kesehatan manusia
Produk pangan hewani hasil bioteknologi
menjadi perdebatan dalam kalangan masyarakat. Konsumsi produk hewani hasil
bioteknologi dapat menyebabkan alergi pada manusia. Selain itu juga
diperkirakan dapat mengubah susunan genetik manusia apabila gen yang direkayasa
tersebut menyisip pada gen manusia. Penyisipan gen ini dapat menyebabkan
berbagai macam efek mutasi pada fisik manusia, salah satu contohnya adalah
pertumbuhan sel yang abnormal yang dikenal dengan kanker. Dampak lain dari
mutasi adalah cacat lahir pada keturunan berikutnya yang disebabkan karena gen
yang menyisip juga diturunkan ke bayi dan diekspresikan.
4. Resiko pada lingkungan dan sosio ekonomi
Resiko bioteknologi hewan terhadap lingkungan yaitu menggangu
keseimbangan alam. Resiko utama adalah kepunahan dari jenis hewan alami, hal
ini dikarenakan manusia terus mengembangbiakkan hewan hasil rekayasa sehingga
hewan alaminya mulai tersisihkan kemudian punah. Keseimbangan alam lain yang
terganggu adalah rantai makanan dan seleksi alam, di mana yang dapat bertahan
hidup hanya hewan hasil rekayasa. Hewan hasil rekayasa bioteknologi yang
dilepaskan ke alam bebas juga diperkirakan dapat menyebabkan mutasi alam,
terutama apabila gen yang disisipkan dapat berpindah kepada organisme lainnya.
Mutasi alam berdampak dengan: menurunkan gen pada keturunan berikutnya,
menyebabkan ukuran hewan abnormal, dan menyebabkan jumlah hewan kuat yang
berlebihan sehingga timbul dominasi di alam. Rekayasa yang terus berkembang
juga dapat menyebabkan keseragaman genetik pada ekosistem yang menyebabkan alam
kehilangan keberagamannya.
Resiko bioteknologi hewan pada sosio ekonomi berupa adanya
keseragaman genetik. Umumnya variasi akan hewan pangan dalam hal jenis dan
ukuran akan menyebabkan variasi harga yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Apabila ada keseragaman genetik, maka harga hewan pangan akan menjadi sama
sehingga terjadi penurunan ekonomi. Perusahaan pangan yang menggunakan produk
bioteknologi akan makin berkembang sedangkan yang tidak akan merugi.
Dampak lain juga terdapat pada bidang sosial dan politik. Akan
terjadi kesenjangan sosial antara negara yang maju dan menggunakan pangan
transgenik dan negara berkembang. Hal ini juga akan memicu ketergantungan
pangan oleh negara berkembang terhadap negara maju. Secara politik,
ketergantungan ini dapat merugikan negara-negara berkembang. Masalah
sosial-politik ini dapat memicu kembali masalah negara barat dan negara timur.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bioteknologi
hewan adalah bioteknologi yang mengunakan agen hayatinya berupa hewan. Hewan
transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat menarik
karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik.
Kultur
sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk tujuan
memproduksi metabolit tertentu. Pada saat sekarang aplikasi dari system ini
banyak digunakan untuk menghasilkan untuk menghasilkan produk-produk farmasi
dan kit diagnostik dengan kebanyakan jenis produk berupa molekul protein
kompleks.
Dengan
rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan hewan yaitu BST (Bovine
Somatotrophin). TE (transfer embrio) merupakan teknologi yang memungkinkan
induk betina unggul memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa harus bunting
dan melahirkan. Bayi tabung, sel telur yang berada di dalam ovarium betina
berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat diproses in vitro di luar
tubuh sampai tahap embrional. Kriopreservasi merupakan suatu proses penghentian
sementara kegiatan metabolism sel tanpa mematikan sel dimana proses hidup dapat
berlanjut setelah kriopreservasi dihentikan. .
Dampak bioteknologi hewan adalah Konsep yang terbatas berfokus pada kesehatan
biologis dan Konsep yang luas juga mempertimbangkan
mengenai kesempatan hewan untuk menunjukkan spesifikasi jenis spesies yang
alami
B. Saran
Penggunaan
bioteknologi hewan digunakan sebagai mana mestinya secara efektif dan efisien
sesuai dengan kodrat yang telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa
DAFTAR PUSTAKA
Jaenisch R : Transgenic animals. Science 1988: 240; 14681474
Anonymous,
2009. Aplikasi Bioteknologi dalam Pemuliaan Ternak. Oleh: Dr. Rusfidra, S.Pt.2007dalam.http://rusfidra.multiply.com/Aplikasi_Bioteknologi_dalam_Pemuliaan_Ternak
I Gede Putu Wirawan. 2009. Rekayasa Genetika. http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=915
Margawati, Endang Tri. 2009. Transgenic Animals: Their Benefits To
Human Welfare.http://www.actionbioscience.org/biotech/margawati.html#learnmore
http://prasetyaningsih.blogspot.com/2011/04/penerapan-bioteknologi-pada-bidang.html
saya sangat tertarik dengan artikel bpk..
ReplyDeletedari yang saya ketahui, penjurusan untuk veteriner bioteknologi di indonesia tidak ada yang ada hanya berbasis tumbuhan.. mata kuliah apa yang cocok dan sesuai jika ingin menjadi seorang bioteknologi hewan ,, Terima kasih..