KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN – KUMPULAN TAUSIYAH – RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 1 :
Suatu kali, penulis bersilaturrahim kepada seorang dokter muslim. Penulis melihat banyak gambar orang laki-laki dan perempuan di pajang di dinding. Penulis lalu mengingatkannya dengan larangan Rasulullah dalam soal memajang gambar-gambar. Tetapi ia menolak sambil mengatakan, “Mereka kawan-kawan saya di universitas.”
Padahal sebagian besar dari mereka adalah orang-orang kafir. Apalagi para wanitanya yang memperlihatkan rambut dan perhiasannya di dalam gambar tersebut, dan mereka berasal dari negeri komunis. Sang dokter ini juga mencukur jenggotnya. Penulis berusaha menasihati, tetapi ia malah bangga dengan dosa yang ia lakukan, seraya mengatakan bahwa ia akan mati dalam keadaan mencukur jenggot.
Suatu hal yang mengherankan, dokter yang melanggar ajaran-ajaran Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam tersebut mengaku bahwa ia mencintai Nabi. Kepada penulis ia berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku ada dalam perlindunganmu!”
Dalam hati penulis berkata, “Engkau mendurhakai perintahnya, bagaimana mungkin akan masuk dalam perlindungannya. Dan, apakah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam akan rela dengan syirik tersebut? (yaitu karena dokter tersebut meminta perlindungan kepada rasulullah yang sudah wafat). Sesungguhnya kita dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam berada di bawah perlindungan Allah semata.”
===============================================
KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN – KUMPULAN TAUSIYAH – RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 2 :
Jika anda menanyakan kepada seorang muslim, “Apakah anda mencintai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam ?” Ia akan menjawab, “Benar, aku korbankan jiwa dan hartaku untuk beliau.” Tetapi jika selanjutnya ditanyakan, “Kenapa anda mencukur jenggot dan melanggar perintahnya dalam masalah ini dan itu, dan anda tidak meneladaninya dalam penampilan, akhlak dan ketauhidan Nabi?”
Dia akan menjawab, “Kecintaan itu letaknya di dalam hati. Dan alhamdulillah, hati saya baik.” Kita mengatakan padanya, “Seandainya hatimu baik, niscaya akan tampak secara lahiriah, baik dalam penampilan, akhlak maupun keta’atanmu dalam beribadah mengesakan Allah semata. Sebab Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Salam bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu terdapat segumpal daging. Bila ia baik maka akan baiklah seluruh jasad itu, dan bila ia rusak maka akan rusaklah seluruh jasad itu. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
================================================
================================================
KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN – KUMPULAN TAUSIYAH – RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 3 :
Lewat manakah Islam akan tampil kembali memimpin dunia? Da’i besar Muhammad Qutb menjawab persoalan ini dalam sebuah kuliah yang disampaikannya di Daarul Hadits, Makkah Al-Mukarramah. Teks pertanyaan itu sebagai berikut:
“Sebagian orang berpendapat bahwa Islam akan kembali tampil lewat kekuasaan, sebagian lain berpendapat bahwa Islam akan kembali dengan jalan meluruskan akidah, dan tarbiyah (pendidikan) masyarakat. Manakah di antara dua pendapat ini yang benar?”
Beliau menjawab: “Bagaimana Islam akan tampil berkuasa di bumi, jika para du’at belum meluruskan akidah umat, sehingga kaum muslimin beriman secara benar dan diuji keteguhan agama mereka, lalu mereka bersabar dan berjihad di jalan Allah. Bila berbagai hal itu telah diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, barulah agama Allah akan berkuasa dan hukum-hukumNya diterapkan di persada bumi. Persoalan ini amat jelas sekali. Kekuasaan itu tidak datang dari langit, tidak serta merta turun dari langit. Memang benar, segala sesuatu datang dari langit, tetapi melalui kesungguhan dan usaha manusia. Hal itulah yang diwajibkan oleh Allah atas manusia dengan firmanNya:
”Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain.” (Muhammad: 4)
Karena itu, kita mesti memulai dengan meluruskan aqidah, mendidik generasi berikut atas dasar akidah yang benar, sehingga terwujud suatu generasi yang tahan uji dan sabar oleh berbagai cobaan, sebagaimana yang terjadi pada generasi awal Islam.”
================================================
KUMPULAN NASEHAT DI BULAN RAMADHAN – KUMPULAN TAUSIYAH – RENUNGAN DI BULAN ROMADHON 4 :
Berilmulah, wahai saudaraku ! Dan jadikanlah tujuan kalian dalam menuntut ilmu, mencari keridhaan Alloh Jalla Jalaluhu, jujur dan kembali kepadaNya. Janganlah engkau jadikan tujuan menuntut ilmu dalam rangka membantah ulama, menonjolkan diri dalam majelis, bersaing dan pamer kepada khalayak ramai. Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam bersabda.
“Barang siapa menuntut ilmu untuk membodohi orang, atau menantang para ulama, atau mencari perhatian manusia, maka dia masuk neraka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Muqaddimah 253, dan dishahihkan Al–Albani lihat Al–Misykat 225–226 ; bersumber dari sahabat Ibnu Umar Rhadiyallahu ‘anhu]
Hadits ini merupakan peringatan keras bagi orang yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu, serta tujuannya dalam menuntut ilmu tidak dalam rangka mencari keridhoan Alloh Jalla Jalaluhu.
Sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, bahwa syetan selalu mengintai dan membisikkan kepadamu untuk tidak berbuat ikhlas kepada Alloh Jalla Jalaluhu, maka janganlah engkau menggubrisnya dan upayakanlah dirimu untuk senantiasa ikhlas dalam segala hal, utamanya menuntut ilmu, oleh karena itu teruslah menuntut ilmu !.
Berkata Sufyan Ats–Tsauri : “Dulu kami menuntut ilmu untuk selain Alloh tetapi ilmu itu enggan kecuali hanya untuk Alloh Jalla Jalaluhu.” Maknanya, jiwa itu selalu memiliki tuntutan serta keinginan, terlebih lagi ketika menginjak usia muda dan memasuki usia remaja, jiwa ini memiliki keinginan dan dorongan yang sangat kuat untuk melakukan berbagai macam perkara sesuai dengan kadar kejahilannya, atau ilmu yang dimiliki serta keikhlasan kepada Rabbnya serta keikhlasan kepada Rabbnya serta rasa ittiba’nya kepada Rasulullah Shalallohu ‘alaihi wa salam.
[Disalin dari Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun V/Rabi’ul Awwal 1427H/April 2006. Dengan Judul Nasehat Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari Hafizhahullah. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim 61153, Judul artikel oleh Redaksi Almanhaj]
sumber: Manhaj firqoh an najiyah karya syaikh muhammad jamil zainu
www.sunniy.wordpress.com
www.sunniy.wordpress.com
Filed under: nasehat
Date: Tue, 03 May 2005 15:48:02 +0700
From: “Admin Jilbab Online”
Subject: ::Kisah:: Jeritan seorang Perawan Tua
menjadi satu perkara yang menakutkan saat ini, mengancam kebanyakan
pemudi-pemudi di masyarakat kita yang Islami, bahkan di seluruh dunia.
Berikut ini marilah kita mendengarkan salah satu jeritan mereka :
perawan tua dari Madinah Munawaroh,”Semula saya sangat bimbang sebelum
menulis untuk kalian karena ketakutan terhadap kaum wanita karena saya
tahu bahwasanya mereka akan mengatakan bahwa aku ini sudah gila, atau
kesurupan. Akan tetapi, realita yang aku alami dan dialami pula oleh
sejumlah besar perawan-perawan tua, yang tidak seorang pun
mengetahuinya, membuatku memberanikan diri. Saya akan menuliskan kisahku
ini dengan ringkas.
memimpikan seorang pemuda yang multazim dan berakhlak mulia. Dahulu saya
membangun pemikiran serta harapan-harapan; bagaimana kami hidup nanti
dan bagaimana kami mendidik anak-anak kami… dan.. dan…
Hanya semata mendengar orang berkata kepadaku, “Fulan menikah lagi yang
kedua”, tanpa sadar saya mendoakan agar ia celaka. Saya berkata, “Kalau
saya adalah istrinya -yang pertama- pastilah saya akan mencampakkannya,
sebagaimana ia telah mencampakkanku’. Saya sering berdiskusi dengan
saudaraku dan terkadang dengan pamanku mengenai masalah ta’addud. Mereka
berusaha agar saya mau menerima ta’addud, sementara saya tetap keras
kepala tidak mau menerima syari’at ta’addud. Saya katakan kepada mereka,
‘Mustahil wanita lain akan bersama denganku mendampingi suamiku”.
Terkadang saya menjadi penyebab munculnya problema-problema antara
suami-istri karena ia ingin memadu istri pertamanya; saya menghasutnya
sehingga ia melawan kepada suaminya.
impianku. Saya menanti… akan tetapi ia belum juga datang dan saya
masih terus menanti. Hampir 30 tahun umurku dalam penantian. Telah lewat
30 tahun… oh Illahi, apa yang harus kuperbuat? Apakah saya harus
keluar untuk mencari pengantin laki-laki? Saya tidak sanggup,
orang-orang akan berkata wanita ini tidak punya malu. Jadi, apa yang
akan saya kerjakan? Tidak ada yang bisa saya perbuat, selain dari menunggu.
seorang dari wanita berkata, ‘Fulanah jadi perawan tua”. Aku berkata
kepada diriku sendiri, “Kasihan Fulanah jadi perawan tua”, akan
tetapi… fulanah yang dimaksud itu ternyata aku. Ya Illahi!
Sesungguhnya itu adalah namaku… saya telah menjadi perawan tua.
Bagaimanapun saya melukiskannya kepada kalian, kalian tidak akan bisa
merasakannya. Saya dihadapkan pada sebuah kenyataan sebagai perawan tua.
Saya mulai mengulang kembali perhitungan-perhitunganku, apa yang saya
kerjakan?
ingin seorang suami, seorang laki-laki tempat saya bernaung di bawah
naungannya, membantuku menyelesaikan problema-problemaku… Saudaraku
yang laki-laki memang tidak melalaikanku sedikit pun, tetapi dia bukan
seperti seorang suami. Saya ingin hidup; ingin melahirkan, dan menikmati
kehidupan. Akan tetapi, saya tidak sanggup mengucapkan perkataan ini
kepada kaum laki-laki. Mereka akan mengatakan, “Wanita ini tidak malu”.
Tidak ada yang bisa saya lakukan selain daripada diam. Saya tertawa…
akan tetapi bukan dari hatiku. Apakah kalian ingin saya tertawa,
sedangkan tanganku menggenggam bara api? Saya tidak sanggup…
ini telah datang calon pengantin, tapi saya menolaknya…” Tanpa terasa
saya berkata, “Kenapa kamu lakukan? Itu tidak boleh!” Ia berkata
kepadaku, “Dikarenakan ia menginginkanmu sebagai istri kedua, dan saya
tahu kalau kamu sangat memerangi ta’addud (poligami)”. Hampir saja saya
berteriak di hadapannya, “Kenapa kamu tidak menyetujuinya?” Saya rela
menjadi istri kedua, atau ketiga, atau keempat… Kedua tanganku di
dalam api. Saya setuju, ya saya yang dulu memerangi ta’addud, sekarang
menerimanya. Saudaraku berkata, “Sudah terlambat”
membuatku menerima, bagaimana dengan hikmah-hikmah yang lain? Ya ALlah,
ampunilah dosaku. Sesungguhnya saya dahulu tidak mengetahui. Kata-kata
ini saya tujukan untuk kaum laki-laki, “Berta’addud-lah, nikahilah satu,
dua, tiga, atau empat dengan syarat mampu dan adil. Saya ingatkan kalian
dengan firman-Nya, “… Maka nikahilah olehmu apa yang baik bagimu dari
wanita, dua, atau tiga, atau empat, maka jika kalian takut tidak mampu
berlaku adil, maka satu…” Selamatkanlah kami. Kami adalah manusia
seperti kalian, merasakan juga kepedihan. Tutupilah kami, kasihanilah kami.”
bersuami, “Syukurilah nikmat ini karena kamu tidak merasakan panasnya
api menjadi perawan tua. Saya harap kamu tidak marah apabila suamimu
ingin menikah lagi dengan wanita lain. Janganlah kamu mencegahnya, akan
tetapi doronglah ia. Saya tahu bahwa ini sangat berat atasmu. Akan
tetapi, harapkanlah pahala di sisi ALlah. Lihatlah keadaan suadarimu
yang menjadi perawan tua, wanita yang dicerai, dan janda yang ditinggal
mati; siapa yang akan mengayomi mereka? Anggaplah ia saudarimu, kamu
pasti akan mendapatkan pahala yang sangat besar dengan kesabaranmu”
akan menikahinya”. Saya katakan kepadamu, “Lihatlah sensus penduduk.
Sesungguhnya jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki. Jika setiap
laki-laki menikah dengan satu wanita, niscaya banyak dari wanita-wanita
kita yang menjadi perawan tua. Jangan hanya memikirkan diri sendiri
saja. Akan tetapi, pikirkan juga saudarimu. Anggaplah dirimu berada
dalam posisinya”.
penting suamiku tidak menikah lagi.” Saya katakan kepadamu, “Tangan yang
berada di air tidak seperti tangan yang berada di bara api. Ini mungkin
terjadi. Jika suamimu menikah lagi dengan wanita lain, ketahuilah
bahwasanya dunia ini adalah fana, akhiratlah yang kekal. Janganlah kamu
egois, dan janganlah kamu halangi saudarimu dari nikmat ini. Tidak akan
sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa
yang ia cintai untuk dirinya sendiri”. (1)
menikah, kamu pasti akan berkata kepada suamimu “Menikahlah dengan
saudariku dan jagalah ia”. Ya ALlah, sesungguhnya kami memohon kepadamu
kemuliaan, kesucian, dan suami yang shalih”
bin Abdul Aziz As-Sa’dani, Darul Falah, cet. Agustus 2004
Ya Allah ikhlaskan hamba-MU
Karuniakan ketulusan dalam diriku untu menempuh semua ini…….
saudariku bersabarlah… Allah ada bersama kita
Setelah keruntuhan Khilafah, negeri-negeri Muslim dipecah-belah menjadi banyak negara. Terbentuklah negara-negara ‘merdeka’ atas dasar nasionalisme. Iran (1921), Saudi Arabia (1921), Mesir (1922), Irak (1932), Jordan (1945), Lebanon (1945), Syria (1945), Indonesia (1945), Pakistan (1947), Maroko (1956), Nigeria (1960), Somalia (1960), Kuwait (1961), Algeria (1962) dan banyak lagi.
Sejak saat itu umat terpecah belah, terkerat-kerat oleh sistem hukum yang dibuatnya sendiri, terkotak-kotak oleh kepentingan politik, dan diperdaya oleh negara-negara Barat yang kafir
Kita rindu penguasa muslim yang gagah berani yang berani mengumandangkan jihad fi sabilillah dalam rangka menegakkan kalimat Allah dan membela kaum muslimin yang tertindas. Kita sudah muak dan bosan dengan penguasa yang justru melindungi para penindas serta menghalangi jihad yang hendak membela kaum tertindas!
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Kami bertanya kepada yang mulia tentang fenomena yang berkembang di berbagai rumah sakit dan merasuk di kalangan masyarakat muslim, yang mana norma-norma masyarakat barat yang kafir telah berpindah kepada kita, yaitu berupa menghadiahkan bunga untuk orang-orang sakit yang kadang dibeli dengan harta yang sangat mahal. Bagaimana pendapat yang mulia mengenai tradisi ini?
Tidak diragukan lagi bahwa bunga-bunga itu tidak ada gunanya dan tidak ada fungsinya, itu tidak bisa mengobati yang sakit, tidak meringankan rasa sakit, tidak mendatangkan kesehatan dan tidak menghalau penyakit, karena bunga-bunga itu hanya berupa benda dengan berbagai bentuk dan warna tanaman yang berbunga yang disusun oleh tangan atau mesin kemudian dijual dengan harga yang tinggi. Produsennya mendapat untung besar sementara pembelinya merugi. Tradisi ini hanya menirukan barat tanpa pemikiran. Bunga-bunga itu dibeli dengan harga tinggi, lalu disimpan di samping orang yang sakit satu sampai dua jam, atau sehari sampai dua hari, kemudian dibuang tanpa manfaat apa-apa. Padahal yang lebih baik adalah mengalihkan dananya dan membelanjakannya untuk sesuatu yang bermanfaat bagi urusan dunia atau agama. Maka bagi yang melihat seseorang membelinya atau menjualnya, hendaknya mengingatkannya agar tidak melakukannya dengan harapan ia mau bertaubat dan meninggalkan jual beli yang benar-benar merugikan ini.