PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat
pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur
jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel
induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan
kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang
belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk
juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala.
Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa
genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan
sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa,
serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan
bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan
hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak
bumi yang
tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik
(racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Bahan
pangan hewani merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehat, kreatif,
produktif dan cerdas. Menurut Prof. I.K Han (1999) menyatakan adanya kaitan
positif antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH)
dan pendapatan perkapita. Delgado et. al (1999) menduga akan terjadi
peningkatan produksi dan konsumsi pangan hewani dimasa depan. Di dalam artikel
“Peternakan 2020: Revolusi Pangan Masa Depan”, mereka menduga bahwa konsumsi
daging penduduk dunia akan meningkat dari 233 juta ton (tahun 2000) menjadi 300
juta ton (tahun 2020). Konsumsi susu naik dari 568 juta ton menjadi 700 juta,
sedangkan konsumsi telur sekitar 55 juta ton. Hal tersebut disebabkan oleh
bertambahnya jumlah penduduk dunia, meningkatnya kesejahteraan hidup dan
meningkatnya kesadaran gizi masyarakat dunia.
Akan
tetapi, peningkatan kebutuhan pangan hewani, ternyata tidak diikuti oleh
ketersediaan pangan hewani secara murah, merata dan terjangkau. Teknologi
budidaya peternakan konvensional dan pertumbuhan populasi ternak yang cenderung
lambat merupakan salah satu faktor penyebabnya. Oleh karena itu, aplikasi
bioteknologi diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam memacu
pertumbuhan populasi ternak dan meningkatkan mutu pangan hewani.
Menurut
Sudrajat (2003) aplikasi bioteknologi peternakan dilakukan pada tiga bidang
utama, yaitu bioteknologi reproduksi (inseminasi buatan, transfer embrio dan
rekayasa genetik), bioteknologi pakan ternak dan bioteknologi bidang kesehatan
hewan. Bioteknologi peternakan dapat digunakan mempercepat pembangunan
peternakan melalui peningkatan daya reproduksi dan mutu genetik ternak, perbaikan
kualitas pakan dan kualitas kesehatan ternak
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis
merumuskan maslah sebagai berikut :
1. Apa
pengertian bioteknologi hewan ?
2. Bagaimana
metode bioteknologi hewan pada
1)
Transfer
Embrio ?
2)
Bayi
Tabung ?
3) Kultur
Sel Hewan?
4) Hormon
BST (Bovine Somatotrophin) ?
5) Hewan
transgenic ?
6)
Kriopreservasi
Embrio ?
7)
Inseminasi
Buatan dan Seksing Sperma ?
3.
Apa saja
dampak bioteknologi hewan bagi kehidupan ?
C.
Tujuan
Berdasarkan atas pokok permasalahn diatas, maka
tujuannya adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian bioteknologi hewan?
2.
Untuk
mengetahui macam bioteknologi hewan
1)
Transfer
Embrio
2)
Bayi
Tabung
3) Kultur
Sel Hewan
4) Hormon
BST (Bovine Somatotrophin)
5) Hewan
transgenic
6)
Kriopreservasi
Embrio
7)
Inseminasi
Buatan dan Seksing Sperma
3.
Untuk
mengetahui dampak bioteknologi hewan bagi kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bioteknologi Hewan
Bioteknologi
hewan adalah bioteknologi yang mengunakan agen hayatinya berupa hewan dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
Bioteknologi reproduksi terus berkembang untuk meningkatkan
konsistensi dan keamanan produk dari ternak yang
berharga secara genetik dan menyelamatkan spesies langka. Bioteknologi reproduksi juga memudahkan
antisipasi kemungkinan industri yang mengarah pada produk dengan sifat-sifat
genetik bernilai ekonomis seperti pertumbuhan jaringan otot, produk rendah lemak, dan
ketahanan terhadap penyakit.
Metode-metode bioteknologi pda hewan antara lain :
4. Transfer
Embrio
5. Bayi
Tabung
6. Kultur
Sel Hewan
7. Hormon
BST (Bovine Somatotrophin)
8. Hewan
transgenic
9. Kriopreservasi
Embrio
10. Inseminasi
Buatan dan Seksing Sperma
B.
Transfer Embrio
TE
(transfer embrio) merupakan teknologi yang memungkinkan induk betina unggul memproduksi
anak dalam jumlah banyak tanpa harus bunting dan melahirkan. TE dapat
mengoptimalkan bukan hanya potensi dari jantan saja tetapi potensi betina
berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal. Pada proses
reproduksi alamiah, kemampuan betina untuk bunting hanya sekali dalam 1 tahun
(9 bulan bunting ditambah persiapan untuk bunting berikutnya) dan hanya mampu
menghasilkan 1 atau 2 anak bila terjadi kembar. Menggunakan teknologi TE,
betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio
yang untuk selanjutnya bisa ditransfer (dititipkan) pada induk titipan
(resipien) dengan kualitas genetik rata-rata etapi mempunyai kemampuan untuk
bunting.
Proses dan Tata Cara Transfer
Embrio
Prinsip dasar dari transfer embrio meliputi beberapa treatmen/perlakuan
dengan menggunakani teknik-teknik lainnya, yaitu superovulasi, oestrus
synchronization(SinkronisasiBirahi), artificialinsemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs
recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs
transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985). Sebelum dilakukan
transfer, dilakukan produksi embrio.
Menurut Udrayana(2011) produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu
produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.
a. Produksi embrio in vivo dilakukan
dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat di dalam uterus (rahim)
sapi betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina
yang lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan
beku (freeze embryo). Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka
pada sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu
suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur
(ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina
donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan
sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan
banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2
hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian
dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu hasilnya
dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus
synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan
untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan
resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a
(PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Sedangkan menurut
Asrul superovulasi menggunakan hormon gonadotropin, seperti FSH (Follicle
Stimulating Hormonr) atau PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin).
Penyuntikan hormon itu akan meningkakan jumlahcorpus luteum
b. Produksi embrio in vitro dilakukan
dengan cara melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan
sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut
pembuahan di luar tubuh. Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah
cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil
sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi
betina yang telah dipotong di rumah potong hewan. Setelah diperoleh
banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus,
selanjutnya dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam
cawan petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi sel-sel
telur tadi ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup).
Kelebihan Transfer Embrio
a. Pada proses
reproduksi alami,dalam satu tahun betina hanya
bisa buntingsekali dan hanya mampu menghasilkan 1 anak (atau
2 anak bila terjadi kembar). Menggunakan teknologi transfer embrio,
betina unggul tidak perlu bunting dan menunggu satu tahun untuk
menghasilkan anak. Betina unggul hanya berfungsi menghasilkan embrio yang
selanjutnya ditransfer (dititipkan) pada induk resipien yang
memiliki kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai kemampuan untuk
bunting.
b. Embrio yang digunakan untuk
transfer embrio dapat berupa embrio segar atau embrio beku (freezing embrio).
Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat disimpan lama sebagai stok dan
dapat dibawa ke daerah-daerah yang membutuhkan.Sedangkan embrio segar hanya
dapat ditransfer pada saat produksi di lokasi yang berdekatan dengan
donor.
c. Perbaikan mutu genetik TE lebih
efisien daripada dengan IB. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal
dari pejantan unggul sedangkan dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal
dari pejantan dan induk yang unggul.
C.
Bayi Tabung
Kematian
bukan lagi merupakan berakhirnya proses untuk melahirkan keturunan. Melalui
teknik bayi tabung, sel telur yang berada di dalam ovarium betina berkualitas
unggul sesaat setelah mati dapat diproses in vitro di luar tubuh sampai
tahap embrional. Selanjutnya embrio tersebut ditransfer pada resipien sampai
dihasilkan anak.
Secara
alamiah sapi betina berkualitas unggul dapat menghasilkan sekitar tujuh ekor
anak selama hidupnya. Jumlah tersebut dapat berkurang atau menjadi nol bila ada
gangguan fungsi reproduksi atau kematian karena penyakit. Untuk menyelamatkan
keturunan dari betina berkualitas unggul tersebut, embrio dapat diproduksi
dengan cara aspirasi sel telur pada hewan tersebut selama masih hidup atau
sesaat setelah mati. Dari ovarium yang diperoleh di rumah potong hewan bisa
diperoleh sekitar 20 sampai 30 sel telur untuk setiap ternak betina yang
dipotong. Sel telur hasil aspirasi tersebut selanjutnya dimatangkan secara in
vitro. Sel telur yang sudah matang diproses lebih lanjut untuk dilakukan proses
fertilisasi secara in vitro dengan melakukan inkubasi selama lima jam
mempergunakan semen beku dari pejantan berkualitas unggul. Sel telur yang
dibuahi dikultur kembali untuk perkembangan lebih lanjut. Pada akhirnya embrio
yang diperoleh akan dipanen dan dipndahkan rahim induk betina dan dibiarkan
tumbuh sampai lahir.
D.
Kultur Sel Hewan
Kultur
sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk tujuan
memproduksi metabolit tertentu. Pada saat sekarang aplikasi dari system ini
banyak digunakan untuk menghasilkan untuk menghasilkan produk-produk farmasi
dan kit diagnostik dengan kebanyakan jenis produk berupa molekul protein
kompleks. Hal yang paling mendorong kearah aplikasi ini adalah karena biaya
operasionalnya yang tinggi, terutama medium. Selain itu system metabolisme sel
hewan tidak “seramai” pada system metabolisme sel tanaman. Sekalipun demikian
ada aplikasi yang berhubungan tidak langsung dengan masalah pangan, misalnya:
penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan ditanam, penentuan masa ovulasi
dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan. Aadapun contoh-contoh produk
yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya: interferon, tissue plasminogen
activator, erythroprotein, hepatitis B surface antigen.
Manfaat
kultur sel :
a. Keuntungan
hemat tempat, waktu, biaya & keturunan yang dihasilkan identik
b. Mengatasi
keterbatasan jumlah sel dalam pembuatan vaksin
c. Sel
hibridoma
d. Mempelajari kondisi fisiologi sel
E.
Hormon BST (Bovine Somatotrophin)
Dengan
rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya
adalah:
a. Plasmid
bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
b. Gen
somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
c. Gen
somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
d. Bakteri
yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
e. Bovine
somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.
Hormon
ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini mengontrol
laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel
kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini
disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu akan meningkat 20%.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.
Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.
Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST. Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.
F.
Hewan Transgenik
Hewan
transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat menarik
karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik
(Pinkert, 1994). Sedangkan hewan
transgenik menurut Federation of European Laboratory Animal Associations adalah
hewan dimana dengan sengaja telah dimodifikasi genome-nya, gen disusun dari
suatu organisme yang dapat mewarisi karakteristik tertentu. Dua
alasan umum mengapa hewan transgenic tetap diproduksi :
-
Beberapa hewan transgenic diproduksi untuk
mempunyai sifat ekonomis spesifik. Contoh, ternak transgenic diciptakan untuk memproduksi
susu yang mengandung protein khusus manusia, dimana mungkin dapat membantu
dalam perawatan penyakit emphysema pada manusia (penyakit pembengkakan
paru-paru karena pembuluh darah).
-
Hewan transgenic lainnya diproduksi sebagai
model penyakit (secara genetic hewan dimanipulasi untuk menunjukkan gejala
penyakit sehingga perawatan efektif dapat dipelajari). Contoh, ilmuwan Harvard
membuat terobosan besar secar ilmiah ketika mereka diterima sebuah paten U.S.
untuk keahlian tikus secara genetic, dimana tikus membawa gen yang
mengembangkan variasi kanker manusia.
Kemampuan
untuk mengintroduksi gen-gen fungsional ke dalam hewan menjadi alat berharga
untuk memecah proses dan sistem biologi yang kompleks. Transgenik mengatasi
kekurangan praktek pembiakan satwa secara klasik yang membutuhkan waktu lama
untuk modifikasi genetik. Aplikasi hewan transgenik melingkupi berbagai
disiplin ilmu dan area riset diantaranya:
1.
Basis
genetik penyakit hewan dan manusia, disain dan pengetesan terapinya;
2.
Resistensi
penyakit pada hewan dan manusia;
3.
Terapi
gen
Hewan
transgenik merupakan model untuk pertumbuhan, immunologis, neurologis,
reproduksi dan kelainan darah);
4.
Obat-obatan
dan pengetesan produk;
5.
Pengembangan
produk baru melalui “molecular farming”
Introduksi
gen ke dalam hewan atau mikroorganisme dapat merubah sifat dari hewan atau
organisme tersebut agar dapat menghasilkan produk tertentu yang diperlukan oleh
manusia seperti factor IX dan hemoglobin manusia.
a.
Produksi
peternakan
1)
Ternak
Pemanfaatan teknologi transgenik memungkinkan
diperolehnya ternak dengan karakteristik unggul (Pinkert, 1994; Prather et
al, 2003). Petani selalu menggunakan peternakannya yang selektif untuk
menghasilkan hewan yang sesuai dengan keinginan. Misalnya meningkatkan produksi
susu, meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Peternakan tradisional memakan waktu
dan sulit memenuhi permintaan. Ketika teknologi menggunakan biologi molekuler
untuk mengembangkan karakteristik hewan dengan waktu yang singkat dan tepat.
Disamping itu, transenik hewan menyediakan cara yang mudah untuk meningkatkan
hasil.
2)
Kualitas
produksi
Sapi transgenic bisa memproduksi susu yang
banyak dan rendah laktosa dan kolesterol, babi dan unggas menghasilkan daging
yang lebih banyak, dan domba yang memiliki wool yang tebal. Di masa lampau, petani
menggunakan hormone pertumbuhan untuk memacu perkembangan hewan tetapi teknik
ini bermasalah, khususnya sejak residu hormone masih terkandung dalm produk.
3)
Resistensi
penyakit
Ilmuwan
mencoba menghasilkan hewan yang resisten terhadap penyakit, seperti babi yang
resisten terhadap influenza, tetapi jumlah gen yang berperan masih terbatas
jumlahnya.
b.
Aplikasi
Kesehatan
1) Pasien
yang meninggal tiap tahun karena butuh pengganti jantung, hati, atau ginjal.
Contoh, sekitar 5000 organ dibutuhkan tiap tahun di UK. Babi transgenic
menyediakan transpalantasi organ yang dibutuhkan untuk meredakan.
Xenotransplantation adalah wadah yang diproduksi oleh protein babi yang dapat
menyebabkan alergi pada penerima donor, tetapi bisa dihindarkan dengan
mengganti protein babi dengan protein manusia.
2) Suplement
nutrisi dan Obat-obatan
Produk
seperti insulin, hormone pertumbuhan, factor anti penggumpalan darah mungkin
terkandung dalam susu sapi, kambing, dan domba transgenic. Penelitian merupakan
cara untuk menghasilkan susu melalui transgenesis untuk penyembuhan penyakit
seperti phenylketonuria (PKU), penyakit pembengkakan paru-paru yang menurun,
dan penyakit kista.
Contoh :
Pada tahun 1997, sapi transgenic pertama kali, memproduksi yang kaya akan
protein 2,4 gr per liter. Susu sapi transgenic ini lebih bernutrisi daripada
susu sapi biasa. Susu ini dapat diberikan pada bayi atau dan orang dewasa
dengan gizi yang dibutuhkan dan mudah dicerna. Karena mengandung gen
alpha-lactalbumin.
3) Terapi
Gen Manusia
Terapi
gen manusia meliputi penambahan copyan gen normal pada genome orang yang
memiliki gen yang tidak normal. Perlakuan tersebut berpotensi pada 5000
penyakit genetic yang besar dan hewan transgenic. Contoh, salah satu institute
di finladia memproduksi gen anak sapi mampu memacu pertumbuhan sel darah merah
di manusia (Margawati,2009).
c.
Aplikasi
industri
Pada
tahun 2001, 2 ilmuwan di Canada menyambung gen laba-laba ke dalam sel penghasil
susu kambing. Kambing mulai menghasilkan strand seperti serabut sutra saat
pemerahan susu. Dengan mengekstrak polimer strand dari susu dan menenunnya
menjadi benang, kemudian ilmuwan membuatnya menjadi mengkilat, keras, dan
fleksibel dan diaplikasikan pada pembuatan kain, kasa steril, dan string raket
tenis.
Hewan
transgenic yang sensitive terhadap racun telah diproduksi untuk uji keamanan
kimia. Mikroorganisme telah dirancang untuk meproduksi varietas protein yang
dapat memproduksi enzim untuk mempercepat reaksi kimia pada industri.
d.
Kualitas
produk transgenic
Di masa
yang akan datang hewan transgenik akan diproduksi dengan penyisipan gen pada
lokasi yang spesifik dalam genom. Teknik ini telah terbukti berhasil pada
mencit tetapi masih Iintensif diteliti pada hewan-hewan besar.
Tabel
Contoh–contoh Locyt-Locyt Gen dan Aplikasi pada Ternak
G.
Kriopreservasi Embrio
Kriopreservasi
merupakan komponen bioteknologi yang memiliki peranan yang sangat besar dan
menentukan kemajuan teknologi transfer embrio. Hal ini dikaitkan dengan
kemampuannya dalam mempertahankan viabilitas embrio beku dalam waktu yang tidak
terbatas sehingga sewaktu-waktu dapat ditransfer ketika betina resipien telah
tersedia, serta dapat didistribusi ke berbagai tempat secara luas. Dengan kata
lain, Kriopreservasi merupakan suatu proses penghentian sementara kegiatan
metabolism sel tanpa mematikan sel dimana proses hidup dapat berlanjut setelah
kriopreservasi dihentikan. Metode kriopreservasi dapat dilakukan dengan dua
cara yakni kriopreservasi secara bertahap dan kriopreservasi secara cepat
(vitrifikasi).
Secara umum, mekanisme kriopreservasi
merupakan perubahan bentuk fisik timbal balik dari fase cair ke padat dan
kembali lagi ke fase cair. Mekanisme fisika kriopreservasi meliputi penurunan
temperatur pada tekanan normal disertai dengan dehidrasi sampai tingkat
tertentu dan mencapai temperatur jauh di bawah 0oC (-196 oC). Proses ini harus
reversibel ke kondisi fisiologis awal. Tujuan kriopreservasi adalah
mempertahankan sesempurna mungkin sifat-sifat material biologis terutama
viabilitasnya.
H.
Inseminasi Buatan dan Seksing Sperma
Program
peningkatan produksi dan kualitas pada ternak berjalan lambat bila 13 proses
reproduksi berjalan secara alamiah. Melalui rekayasa bioteknologi reproduksi,
proses reproduksi dapat dimaksimalkan antara lain dengan teknologi IB
(inseminasi buatan). Tujuan utama dari teknik IB ialah memaksimalkan potensi
pejantan berkualitas unggul. Sperma dari satu pejantan berkualitas unggul dapat
digunakan untuk beberapa ratus bahkan ribuan betina, meskipun sperma tersebut
harus dikirim ke suatu tempat yang jauh.
Jenis
kelamin anak pada ternak yang diprogram IB dapat ditentukan dengan memanfaatkan
teknologi seksing sperma X dan sperma Y. Dewasa ini ada dua teknik yang umum
dipakai untuk seksing sperma yaitu separasi albumin yang menghasilkan 75 sampai
80 persen sperma Y dan filtrasi sephadex yang menghasilkan 70 hingga 75
persen sperma X. Perubahan proporsi sperma X atau Y akan menyebabkan peluang
untuk memperoleh anak dengan jenis kelamin yang diharapkan lebih besar. Seleksi
gender pada hewan digunakan untuk beberapa tujuan diantaranya:
a.
Memproduksi
lebih banyak anak betina dari induk superior untuk meningkatkan
produksi
susu, daging dan kulit.
b.
menghasilkan
lebih banyak anak jantan untuk produksi daging dari betina-betina yang telah
diculling.
c.
Mencegah
intersex pada kelahiran kembar (khususnya ternak sapi).
I.
Dampak Negatif Bioteknologi Hewan
Ada dua konsep
yang berbeda tentang keselamatan hewan yang ada saat ini. Konsep yang terbatas
berfokus pada kesehatan biologis dari organisme yang diklon dan pada kualitas
kejiwaan dari hewan yang ditunjukkan akibat intervensi manusia dalam hidupnya.
Konsep yang luas juga mempertimbangkan mengenai kesempatan hewan untuk
menunjukkan spesifikasi jenis spesies yang alami. Kedua perspektif ini menjadi
dasar dari perdebatan tentang keselamatan hewan, resiko yang dapat ditimbulkan
dan juga segi etikanya.
a) Konsep
terbatas
Konsep
terbatas terbagi menjadi dua yaitu tentang sisi etika dan kejiwaan dari hewan
dan tentang kesehatan fisiologis dan biologis dari hewan. Sisi etika dan
kejiwaan hingga saat ini masih menjadi perdebatan karena tidak terdapat metode
untuk mengukur kejiwaan dari hewan. Sehingga umumnya banya dibahas mengenai
efek kesehatan fisik dan biologis hewan.
Hal ini seringkali menyebabkan berbagai
masalah yang berkaitan dengan keselamatan hewan. Masalah yang umunya terjadi
adalah kehamilan yang terlambat atau terlalu dini, kematian saat kelahiran,
jarak kematian setelah kelahiran yang singkat, masa hidup yang singkat,
obesitas dan berbagai macam cacat tubuh.
b)
Konsep luas
Konsep luas juga mencakup permasalahan pada
kesehatan hewan tetapi juga mempertimbangkan kealamian dari hewan dan sisi
etika terhadap hewan. Bioteknologi pada hewan dapat menimbulkan efek negatif
terutama pada kehidupan alamiah hewan. Proses kloning dan rekayasa ataupun in
vitro menyebabkan hewan tidak dapat hidup secara alami pada habitatnya. Fokus
masalah umunya terdapat pada proses perkawinan hewan yang tidak lagi terjadi
secara alami. Hal ini melanggar kode etik terhadap hewan. Selain itu, proses
perkawinan yang direkayasa oleh manusia dapat menghilangkan spesies-spesies
alami. Efek tersebut dapat menyebabkan kepunahan terhadap spesies-spesies hewan
tertentu.
Bioteknologi pada hewan juga dapat menggangu
keseimbangan ekosistem lingkungan dan juga sistem rantai makanan. Selain itu,
hewan hasil rekayasa atau kloning kehilangan integritasnya sebagai hewan.
Integritas yang dimaksud yaitu hak untuk hidup secara alami yang tidak
diperoleh hewan hasil klon atau rekayasa. Hal ini dikarenakan hewan hasil
bioteknologi tidak memiliki kesempatan untuk hidup seperti hewan lainnya,
contohnya: hidup di laboratorium, makanan diatur ilmuan, proses perkawinan yang
direkayasa, dsb.
c)
Resiko pada
kesehatan manusia
Produk pangan hewani hasil bioteknologi
menjadi perdebatan dalam kalangan masyarakat. Konsumsi produk hewani hasil
bioteknologi dapat menyebabkan alergi pada manusia. Selain itu juga
diperkirakan dapat mengubah susunan genetik manusia apabila gen yang direkayasa
tersebut menyisip pada gen manusia. Penyisipan gen ini dapat menyebabkan
berbagai macam efek mutasi pada fisik manusia, salah satu contohnya adalah
pertumbuhan sel yang abnormal yang dikenal dengan kanker. Dampak lain dari
mutasi adalah cacat lahir pada keturunan berikutnya yang disebabkan karena gen
yang menyisip juga diturunkan ke bayi dan diekspresikan.
d) Resiko pada lingkungan dan sosio
ekonomi
Resiko bioteknologi hewan terhadap
lingkungan yaitu menggangu keseimbangan alam. Resiko utama adalah kepunahan
dari jenis hewan alami, hal ini dikarenakan manusia terus mengembangbiakkan
hewan hasil rekayasa sehingga hewan alaminya mulai tersisihkan kemudian punah.
Keseimbangan alam lain yang terganggu adalah rantai makanan dan seleksi alam,
di mana yang dapat bertahan hidup hanya hewan hasil rekayasa. Hewan hasil rekayasa
bioteknologi yang dilepaskan ke alam bebas juga diperkirakan dapat menyebabkan
mutasi alam, terutama apabila gen yang disisipkan dapat berpindah kepada
organisme lainnya. Mutasi alam berdampak dengan: menurunkan gen pada keturunan
berikutnya, menyebabkan ukuran hewan abnormal, dan menyebabkan jumlah hewan
kuat yang berlebihan sehingga timbul dominasi di alam. Rekayasa yang terus
berkembang juga dapat menyebabkan keseragaman genetik pada ekosistem yang
menyebabkan alam kehilangan keberagamannya.
Resiko bioteknologi hewan pada
sosio ekonomi berupa adanya keseragaman genetik. Umumnya variasi akan hewan
pangan dalam hal jenis dan ukuran akan menyebabkan variasi harga yang mendukung
pertumbuhan ekonomi. Apabila ada keseragaman genetik, maka harga hewan pangan akan
menjadi sama sehingga terjadi penurunan ekonomi. Perusahaan pangan yang
menggunakan produk bioteknologi akan makin berkembang sedangkan yang tidak akan
merugi.
Dampak lain juga terdapat pada
bidang sosial dan politik. Akan terjadi kesenjangan sosial antara negara yang
maju dan menggunakan pangan transgenik dan negara berkembang. Hal ini juga akan
memicu ketergantungan pangan oleh negara berkembang terhadap negara maju.
Secara politik, ketergantungan ini dapat merugikan negara-negara berkembang.
Masalah sosial-politik ini dapat memicu kembali masalah negara barat dan negara
timur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bioteknologi hewan adalah bioteknologi yang mengunakan
agen hayatinya berupa hewan. TE (transfer embrio) merupakan teknologi yang
memungkinkan induk betina unggul memproduksi anak dalam jumlah banyak tanpa
harus bunting dan melahirkan. Bayi tabung, sel telur yang berada di dalam
ovarium betina berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat diproses in
vitro di luar tubuh sampai tahap embrional.
Kultur sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel
manusia maupun hewan untuk tujuan memproduksi metabolit tertentu. Pada saat
sekarang aplikasi dari system ini banyak digunakan untuk menghasilkan untuk
menghasilkan produk-produk farmasi dan kit diagnostik dengan kebanyakan jenis
produk berupa molekul protein kompleks. Hewan transgenik merupakan satu alat
riset biologi yang potensial dan sangat menarik karena menjadi model yang unik
untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik.
Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan
hewan yaitu BST (Bovine Somatotrophin). Kriopreservasi merupakan suatu proses
penghentian sementara kegiatan metabolism sel tanpa mematikan sel dimana proses
hidup dapat berlanjut setelah kriopreservasi dihentikan.
Dampak bioteknologi
hewan adalah Konsep yang terbatas berfokus pada kesehatan biologis dan Konsep
yang luas juga mempertimbangkan mengenai kesempatan hewan untuk menunjukkan
spesifikasi jenis spesies yang alami
B. Saran
Sebaiknya penggunaan bioteknologi hewan perlu
diawasi oleh pemerintah agar tidak memiliki dampak yang merugikan masyarakat
banyak.
DAFTAR
PUSTAKA
Margawati, Endang Tri. 2009. Transgenic Animals: Their Benefits To Human
Welfare. http://www.actionbioscience.org/biotech/margawati.html#learnmore
0 comments:
Post a Comment